15 Pahlawan Kemerdekaan Indonesia
Mereka yang berjasa memperjuangkan kemerdekaan
17 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mengenalkan anak tentang para pahlawan yang telah berjuang dalam memerdekakan bangsa Indonesia adalah suatu hal yang penting. Hal tersebut dapat membangun jiwa nasionalisme dan membangun rasa cinta terhadap tanah air pada anak.
Mama dapat mengenalkannya dengan menceritakan perjuangan dari setiap para pahlawan.
Untuk itu, kali ini Popmama.com telah merangkumkan sejarah singkat 15 pahlawan kemerdekaan untuk menambah pengetahuan anak mama. Simak yuk, Ma!
1. Ir. Soekarno
Ir. Soekarno atau yang kerap disapa Bung Karno adalah presiden pertama Republik Indonesia sekaligus tokoh proklamator negara ini.
Bung Karno lahir di Surabaya, 6 Juni 1901. Beliau merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Semasa kecilnya, beliau berpindah-pindah tempat tinggal dan sekolah. Hingga akhirnya pada tahun 1920 Soekarno melanjutkan pendidikan di Technische Hoogeschool (kini berubah nama menjadi ITB) di Bandung. Soekarno lulus pada 25 Mei 1926 dan mendapat gelar "Ir".
Di tahun yang sama, Soekarno mendirikan Biro Insinyur bersama dengan Ir. Anwari tahun 1926.
Selang setahun kemudian , beliau mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI), tepatnya pada pada 4 Juli 1927. Tujuan mendirikan PNI yaitu untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajah. Namun, hal tersebut membuat Soekarno di penjara di Penjara Sukamiskin pada 29 Desember 1929.
Setelah bebas dari penjara. Bung Karno tetap teguh memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan melakukan berbagai cara. Tak jarang usaha-usaha yang dilakukannya membuat dirinya masuk penjara kembali.
Setelah perjuangan panjang bersama para pemuda dan pahlawan Indonesia lainnya, akhirnya pada 17 Agustus 1945 Soekarno dan Moh. Hatta mampu menyatakan kemerdekaan.
Setelah itu, pada 18 Agustus 1945, PPKI mengangkat Ir. Soekarno menjadi presiden Indonesia. Lalu, Bung Karno menyerahkan jabatannya sebagai presiden Indonesia setelah terjadi gejolak politik. Gejolak ini disebabkan oleh pemberontakan G-30-S/PKI yang menewaskan banyak perwira TNI.
Soekarno wafat di RSPAD tanggal 21 Juni 1970 karena sakit yang terus memburuk. Beliau dimakamkan di Blitar, dekat dengan makam sang ibunda, Ida Ayu Nyoman Rai.
2. Moh. Hatta
Mohammad Hatta lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902. Beliau merupakan bapak proklamator sekaligus bapak koperasi Indonesia.
Moh. Hatta memulai pendidikannya di Sekolah Melayu Fort de Kock, kemudian melanjutkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang.
Semasa sekolah, beliau terkenal sebagai sosok yang cerdas. Kecerdasannya pun ia gunakan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia bersama para pemuda-pemudi Indonesia.
Salah satu peran Moh. Hatta yaitu merumuskan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia bersama dengan Soekarno dan Ahmad Soebardjo. Moh. Hatta diketahui menyumbang kalimat pertama untuk teks proklamasi.
Moh. Hatta pun ikut menandatangani teks proklamasi dan ikut mendampingi Soekarno dalam membacakan teks proklamasi tersebut.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Moh. Hatta diangkat dan dilantik menjadi wakil Presiden pertama Indonesia.
Tak hanya sampai di situ, Moh. Hatta harus berjuang dalam Konferensi Meja Bundar. Percuangan beliau berhasil membuat Belanda dan dunia mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia.
3. Bung Tomo
Sutomo atau yang lebih dikenal dengan Bung Tomo adalah salah satu pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan. Beliau lahir di Surabaya, 3 Oktober 1920.
Dalam memperjuangkan kemerdekaan, Bung Tomo berperan penting dalam membangkitkan semangat para pejuang muda di Surabaya untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA. Hal tersebut berakhir dengan peristiwa pertempuran 10 November 1945.
Setelah memperjuangkan tanah air dari para Penjajah, Bung Tomo masuk ke dalam dunia politik. Ia mulai aktif dalam kehidupan politik pada tahun 1950-an.
Bung Tomo menutup usia pada 7 Oktober 1981 ketika sedang menunaikan ibadah Haji di padang Arafah Makkah.Jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.
4. Sutan Syahrir
Sutan Syahrir lahir di kota Padang Panjang, pada 5 Maret 1909. Beliau adalah sosok yang gemar membaca buku.
Ia mengenyam bangku perkuliahan di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam, Belanda.
Di tengah-tengah masa perkuliahannya, ia melihat semangat pemuda Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan sudah mulai luntur. Maka, beliau berhenti kuliah dan memutuskan untukkembali ke tanah air.
Saat kembali ke Indonesia, Sutan Syahrir bersama Mohammad Hatta memimpin Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) pada 1932. Kegiatan Syahrir dan Hatta di PNI membuat pemerintah kolonial Belanda lebih mengawasi secara ketat aktifitas partai tersebut. Hal tersebut karena pergerakan yang dilakukan oleh PNI dinilai lebih radikal dengan mobilisasi massa besar-besaran.
Walau begitu, Sutan Syarir tak tinggal diam. Beliau memiliki tekad kuat untuk melakukan pergerakan ‘di bawah tanah' serta membangun jaringan dengan para pemuda pemudi untuk mempersiapkan diri merebut kemerdekaan.
Sutan Syahrir kemudian mendesak Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaaan Indonesia pada tangga 15 Agustus 1945, desakan itu juga didukung oleh para pemuda lainnya. Namun, Soekarno dan Hatta menolaknya karena mereka tetap mengikuti hasil keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 24 September 1945.
Atas kejadian tersebut, para pemuda merasa kecewa dan akhirnya berujung melakukan penculikan terhadap Soekarno dan Hatta. Keduanya dibawa ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945.Di sana, para pemuda mendesak Soekarno dan Hatta untuk memproklamirkan kemerdekaan secepatnya. Akhirnya, semua sepakat meproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Pasca kemerdekaan Indonesia, Sutan Syahrir diamanahkan menjadi Perdana Menteri pertama Republik Indonesia. Ia menjabat sebagai menteri termuda di dunia dengan usia 36 tahun. Bahkan, beliau juga rangkap jabatan sebagai Menteri Luar Negeri dan Menteri Dalam Negeri pada saat itu.
5. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponogoro lahir di Yogyakarta, 11 November 1785. Beliau memiliki peran yang besar dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya pada perang yang terjadi di tanah Jawa.
Lelaki yang memiliki nama kecil Bendara Raden Mas Mustahar memimpin memimpin Perang Diponegoro atau Perang Jawa pada periode 1825-1830 melawan Hindia Belanda.
Pada tahun 1830, pasukan Belanda yang di pimpin oleh Jenderal De Kock berhasil mendesak Pangeran Diponegoro di Magelang pada 28 Maret 1830. Belanda meminta agar perang tersebut dihentikan. Namun, Pangeran Diponogoro menolak. Hingga akhirnya Pangeran Diponogoro ditangkap dan diasingkan ke Ungaran, Semarang.
Selanjutnya pada 30 April 1830, Belanda memutuskan Pangeran Diponegoro diasingkan ke Manado bersama dengan istri keenamnya, Raden Ayu Ratna Ningsih.
Pangeran Diponegoro beserta rombongannya tiba di Manado pada 3 Mei 1830 dan langsung ditawan di Benteng Amsterdam.
Pada 1834, Pangeran Diponogoro dipindahkan ke Benteng Rotterdam di Makassar, Sulawesi Selatan. Di kota tersebut, Pangeran Diponegoro menghabiskan sisa hidupya hingga tutup usia pada 8 Januari 1855. Beliau dimakamkan di Jalan Diponegoro, Makassar.
6. Jenderal Sudirman
Jenderal Sudirman lahr pada 24 Januari 1916 di Bodas, Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah. Beliau merupakan anak dari Karsit Kartowiraji dan Siyem. Namun, pada usia 8 tahun beliau diangkat oleh Raden Cokro Sumonaryo seorang asisten wedana di Rembang.
Pada tahun 1943, Sudirman memulai karir kemiliterannya dengan bergabung menjadi anggota Pembela Tanah Air (Peta). Setelah selesai pelatihan di Bogor, Sudirman mendapatkan pangkat shodanco dan menjadi komandan batalyon peta di Kroya Jawa Tengah.
Setelah Indonesia merdeka Sudirman bergabung menjadi tentara keamanan rakyat atau TKR. Saat menjadi anggota TKR Sudirman berhasil merebut senjata pasukan Jepang dalam pertempuran di Banyumas, Jawa Tengah.
Kepiawaiannya dalam bidang militer membuat Sudiran sebagai Panglima Divisi 5 TKR dengan pangkat kolonel.
Perang besar pertama yang dipimpin oleh Sudirman adalah perang melawan tentara Inggris dan NICA Belanda pada November-Desember 1945 yang dikenal sebagai pertempuran Palagan Ambarawa. Pertempuran tersebut berakhir dengan kemenangan.
Atas berbagai prestasi militernya, pada 18 Desember 1945 Sudirman dilantik menjadi jenderal oleh Presiden Soekarno. Seiring perkembangan TKR menjadi TNI Sudirman dilantik menjadi Panglima Besar bersama pucuk TNI lainnya di Gedung Agung Yogyakarta pada 28 Juni 1947.
Editors' Pick
7. Moh Yamin
Moh. Yamin lahir pada 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto. Dalam memperjuangkan kemerdekaan, Moh. Yamin bergabung menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Beliau ikut serta merumuskan isi dasar negara yang kini dikenal dengan Pancasila.
Moh. Yamin pun bergabung dalam Panitia Sembilan dan ikut merumuskan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
8. Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara berjuang dalam bidang politik dan pendidikan. Beliau lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889.
Di masa mudanya, Ki Hajar Dewantara bergabung dengan organisasi Budi Utomo. Beliau memiliki peran sebagai propaganda dalam menyadarkan masyarakat pribumi tentang pentingnya semangat kebersamaan dan persatuan sebagai bangsa Indonesia.
Pada tahun 1912 Ki Hajar Dewantara diajak oleh Douwes Dekker ke Bandung untuk bersama-sama menjalankan Suratkabar Harian "De Express".
Kemudian Douwess Dekker mengajak Ki Hajar Dewantara untuk mendirikan organisasi yang bernama Indische Partij, yakni partai politik pertama yang berani mencantumkan tujuan ke arah "Indonesia Merdeka".
Tak hanya sampai di situ, pada Juli 1913 Ki Hajar Dewantara bersama dr. Cipto Mangunkusumo di Bandung, mendirikan Komite Bumi Putera, komite tersebut dibentuk dengan tujuan untuk memprotes akan adanya peringatan 100 tahun Kemerdekaan Belanda, dari penjajahan Perancis yang akan diadakan pada 15 November 1913.
Dalam bidang pendidikan, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa, pada 3 Juli 1922. Beliau pun bergabung dalam Perkumpulan Partai-partai Politik Kebangsaan Indonesia (PPKI). Ia mengikuti kongres PPKI di Surabaya dan mengemukakan betapa pentingnya pengajaran nasional sebelum bangsa Indonesia mempunyai pemerintahan nasional sendiri.
Perjuangan-perjuangan tersebut menjadikan Ki Hajar Dewantara mendapat gelar pahlawan nasional yang ikut dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
9. Agus Salim
Agus Salim terlahir dengan nama Mashudul Haq. Beliau lahir Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat pada tanggal 8 Oktober 1884.
Agus Salim mulai terjun ke dunia politik dengan bergabung menjadi anggota dan pemimpin organisasi Serikat Islam.
Beliaupun bergabung menjadi anggota Panitia Sembilan dan ikut merumuskan dasar Negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.
10. Nyi Ageng Serang
Raden Ajeng Kustiah Wulaningsih Retno Edi atau lebih dikenal dengan Nyi Ageng Serang lahir pada tahun 1752 di Serang, Purwodadi, Jawa Tengah.
Nyi Ageng Serang adalah seorang pejuang wanita yang ikut berjuang dalam medan pertempuran melawan pasukan penjajah saat Perang Diponegoro pada tahun 1825-1830.
Dalam berbagai pertempuran, Nyi Ageng Serang dan cucunya Raden Mas Papak selalu dapat mengalahkan Belanda. Mereka terkenal dengan taktiknya kamuflase daun lumbu (daun keladi).
11. Tuanku Imam Bonjol
Muhammad Shahab, Tuanku Imam Bonjol lahir pada 1772. Beliau merupakan pemimpin Perang Padri. Perang yang awal mulanya merupakan perang saudara yang berlandaskan agama namun akhirnya menjadi perang yang memperjuangkan kemerdekaan. Sebab, dalam perang tersebut terdapat campur tangan dari Belanda.
Pada 16 Agustus 1837, benteng Bonjol dikuasai Belanda. Hal tersebut untuk menangkap Imam Bonjol dan melakukan perundingan bersama Tuanku Imam Bonjol.
Namun, pada akhirnya Belanda menangkap Imam Bonjol dan mengasingkannya ke Cianjur, Jawa Barat. Tak berhenti di sana, Imam Bonjol kemudian dibawa ke Ambon dan dipindahkan lagi ke Lotak, Minahasa di dekat Manado. Beliau menghabiskan sisa hidupnya di sana dan wafat pada 8 November 1864.
12. Abdul Haris Nasution
Jenderal Abdul Haris Nasution lahir pada 3 Desember 1918 di Mandailing Natal, Sumatera Utara. Beliau adalah seorang pahlawan Indonesia dan tokoh TNI.
Selepas proklamasi, Nasution bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Beliau ikut berjuang dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Nasution menjadi perwira di Divisi Siliwangi, dan memimpin pasukannya mempertahankan Indonesia.
Nasution dan Divisi Siliwangi berperan besar menumpas pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948.
Jenderal Abdul Haris Nasution juga menjadi salah satu target penculikan oleh Gerombolan G30S/PKI. Sebab, beliau merupakan Menteri Pertahanan dan Keamanan, dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata. Beliau juga dikenal sangat menentang PKI. Namun, pada akhirnya Nasution bisa membebaskan diri dan memimpin penumpasan Gerombolan G30S/PKI.
13. Adam Malik Batubara
Adam Malik Batubara di Pematang Siantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917. Beliau gemar membaca buku untuk menambah wawasannya.
Saat masih remaja, tepatnya pada usia 17 tahun, Adam Malik telah menjadi ketua Partindo di Pematang Siantar (1934- 1935) dan ikut aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan bangs Indonesia.
Di zaman Jepang, Adam Malik aktif bergerilya dalam gerakan pemuda untuk memperjuangkan kemerdekaan. Beliau bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, ikut serta dalam melarikan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok untuk mendesak keduanya melakukan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
14. Kapitan Pattimura
Thomas Matulessy atau yang lebih dikenal dengan Pattimura adalah pahlawan bangsa yang berperan sebagai panglima perang dalam perlawanan rakyat Maluku dengan tentara VOC Belanda. Beliau lahir di Pulau Seram lahir pada 8 Juni 1783.
Dalam perjuangannya melawan Belanda, Pattimura terkenal sebagai sosok yang cerdik sehingga disegani oleh para pemimpin VOC. Pattimura pun sangat piawai dalam menghimpun masyarakat Maluku untuk bersama-sama mengusir Belanda dari tanah tercintanya tersebut.
15. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin mendapat julukan Ayam Jantan dari Timur. Beliau merupakan pahlawan yang berasal dari Sulawesi Selatan.
Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada 12 Januari 1631.
Pada bulan November 1653, Hasanuddin menggantikan ayahnya untuk menjadi Raja Goa ke-16. Pada saat itu usianya masih 22 tahun.
Setelah naik takhta pemimpin Kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin berupaya menggabungkan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia Timur untuk memberikan perlawanan yang cukup sengit kepada pihak Kompeni Belanda.
Nah, itulah 15 pahlawan kemerdekaan beserda dengan perjuangannya dalam melawan kemerdekaan Indonesia. Sangat berjasa sekali bukan?
Semoga dari cerita perjuangan para pahlawan tersebut anak mama jadi termotivasi untuk menjadi pahlawan. Mulailah dengan menjadi pahlawan untuk dirinya sendiri. Pahlawan yang berjuang membuang rasa malas, pahlawan yang berjuang dalam pendidikannya dengan rajin belajar, dan lain-lain.
Baca juga:
- 10 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Bisa Menjadi Panutan
- 5 Pahlawan Perempuan Indonesia yang Diabadikan dalam Mata Uang
- 5 Daftar Sekolah yang Didirikan Oleh Pahlawan Nasional