Serba-Serbi Masturbasi pada Remaja Laki-Laki yang Orangtua Wajib Tahu
Lakukan pendekatan dengan obrolan pada anak tentang masturbasi.
2 Januari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Menjadi orangtua untuk anak yang sudah beranjak remaja tentu menambah tantangan dalam mendidiknya.
Bisa jadi rumit jika sudah bicara soal seks. Mama dan Papa mungkin tidak tahu apakah mereka sudah mulai mengenal dan melakukan masturbasi.
Dilansir dari Very Well Family, menurut The American Acadamy of Pediatrics, masturbasi remaja merupakan aktivitas normal yang merupakan perpanjangan alami dari eksplorasi tubuh anak-anak mereka.
Wajar jika Mama dan Papa khawatir, tapi cobalah untuk tahu dulu serba-serbi seputar masturbasi pada remaja.
Jika Mama dan Papa bertanya-tanya, apa saja yang dilakukan si Anak di balik pintu kamarnya yang terkunci, atau saat lama di kamar mandi, mungkin kalian akan memikirkan hal yang susah dibayangkan. Namun Mama dan Papa tak perlu khawatir jika remaja laki-laki kalian mulai kenal onani.
Dalam tulisan ini, Popmama.com merangkum serba-serbi seputar masturbasi pada remaja laki-laki. Ada beberapa tanda bahwa si Anak mungkin perlu ngobrol dengan Mama dan Papa atau bahkan dengan dokter spesialis anak, tentang masturbasi yang mulai ada dalam pikiran mereka.
Editors' Pick
Eksplorasi Seksual Remaja
Masa puber yang mulai dialami remaja membuat mereka ingin tahu lebih banyak tentang tubuh mereka yang mengalami perubahan. Remaja ini akan sering mengeksplorasi setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya, dan mencari tahu mengapa bisa begitu, untuk apa, dan bagaimana cara kerjanya serta fungsinya.
Very Well Family menuliskan bahwa dalam sebuah penelitian terbaru yang melibatkan anak laki-laki dan perempuan berusia 14 hingga 17 tahun, dilaporkan 80% anak laki-laki dan 48% anak perempuan mengaku pernah melakukan masturbasi.
Sebagian besar remaja ini melakukannya secara pribadi, sembunyi-sembunyi, dan dengan frekuensi yang berbeda-beda. Penjelasan dari dokter anak, frekuensi masturbasi remaja bisa berubah berdasarkan hasrat seksual yang berbeda-beda dan munculnya lebih banyak rasa penasaran setiap waktunya.
Ajak Anak Bicara dari Hati ke Hati
Sebaiknya Mama dan Papa mengajak si Anak ngobrol lebih banyak soal seks. Jangan menghindari pembicaraan tentang masturbasi yang mungkin saja terjadi dalam obrolan ini. Sebagai orang tua, Mama dan Papa tentu punya gaya komunikasi yang sudah mereka kenal. So, kalian harus jadi diri sendiri dan tidak merasa awkward saat obrolan berlangsung.
Meski memang tak perlu membahan panjang lebar tentang masturbasi, tapi mama dan Papa harus bisa meyakinkan di Anak bahwa kalian tidak akan melanggar privasi mereka. Sampaikan padanya bahwa kalian peduli, dan beri pemahaman bahwa tumbuh kembang secara seksual pada remaja bukanlah hal yang memalukan.
Akan lebih baik lagi jika si Anak mengetahui bahwa menjelajahi tubuhnya sendiri adalah hal yang normal. Penting juga untuk menyampaikan pada mereka bahwa masturbasi merupakan aktivitas pribadi. Para remaka mungkin tak akan lugas mengakui bahwa mereka melakukannya, dan kalian tak perlu memaksanya untuk menceritakan semua.
Kapan Harus Khawatir dan Mengambil Tindakan?
Bukan seberapa sering anak melakukan masturbasi yang kahirnya jadi fokus dan patut dikhawatirkan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan masturbasi pada remaja yang Mama dan Papa harus waspadai, seperti berikut:
Bullying. Mama dan Papa patut khawatir ketika si Anak dimata-matai, direkam, atau diintimidasi terkait masturbasi yang dilakukannya. Mama dan Papa harus meyakinkannya untuk meminimalkan rasa malu dan tertindas. Ingatkan pada mereka bahwa setiap pelanggaran privasi merupakan kejahatan dan bukan kesalahan pihak yang diintimidasi.
Nyeri. Si Anak mungkin tak akan mengaku pada Mama atau Papa ketika dia mengalami rasa nyeri pada bagian tubuh yang dirangsang saat melakukan masturbasi. Hal yang bisa membantu mengurangi nyeri tentu saja pelumas. Nah, supaya si Anak tidak merasa malu jika harus bertanya atau membeli sendiri, Mama bisa letakkan stok sebotol pelumas di dalam kotak obat keluarga, di mana dia dapat mengambilnya tanpa menjadi sorotan.
Cidera fisik. Sebagai tambahan, hal ini mungkin jarang terjadi pada remaja laki-laki. Cidera fisik bisa menyerang remaja perempuan Mama saat melakukan masturbasi dengan alat yang dipakainya untuk stimulasi vagina. Bisa saja alat tersebut tersangkut dan menimbulkan masalah di sana. Jika Mama curiga si Gadis mengalami nyeri atau tampak tidak nyaman di area genitalnya, cari tahu apakah keadaannya darurat atau tidak. Beri tahu dia bahwa Mama bisa membuatkan janji temu dengan dokter anak, atau sarankan untuk membawanya ke IGD tanpa bertanya apapun padanya.
Masturbasi yang berlebihan. Dilansir dari Very Well Family, anak yang pernah mengalami pelecehan seksual bisa melakukan masturbasi secara berlebihan dan menjadi sangat menikmati aktivitas seksual yang satu ini. Mereka juga cenderung ingin bertingkah laku yang berkaitan dengan seks.
Well, pastikan untuk memberi kesempatan pada anak remaja Mama dan Papa agar lebih terbuka. Yakinkan mereka bahwa kalian berada di pihaknya. Konsultasikan juga dengan dokter anak untuk mendapat saran atau penanganan secara profesional pada masalah seksual anak, termasuk kaitannya dengan masturbasi.
Baca juga:
- 5 Hal yang Perlu Orangtua Lakukan Jika Melihat Anak Masturbasi
- Memicu Penyakit, Ini 5 Perilaku Pola Makan yang Salah pada Anak Remaja
- 5 Cara Mengajarkan Remaja dalam Menghadapi Penolakan