7 Cara Menerapkan 3D untuk Mengajarkan Anak Mengelola Emosi

Terapkan 3D pada anak: Dikenali, diterima, dihargai untuk perkembangan emosi yang sehat

8 Oktober 2024

7 Cara Menerapkan 3D Mengajarkan Anak Mengelola Emosi
Pixabay/BiancaVanDijk

Mengapa menerapkan prinsip 3D penting untuk perkembangan emosi anak?

Sebagai orangtua, kadang kita lupa bahwa anak-anak juga butuh didengarkan dan dipahami. Kita sering kali fokus pada perilaku anak tanpa menyadari pentingnya memahami dan merespon perasaan mereka.

Salah satu pendekatan yang disarankan oleh Psikolog Anak Elly Risman dalam Eps. 2 Seri Podcast Grow As A Parent adalah menerapkan konsep prinsip 3D: Dikenali, Diterima, dan Dihargai.

Pendekatan ini penting untuk membantu anak-anak mengenali dan mengelola emosinya sejak dini. Elly Risman, yang berpengalaman dalam masalah keluarga, menyebutkan bahwa jika perasaan anak tidak diterima, mereka akan merasa seluruh dirinya tidak diterima.

Konsep 3D ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada anak mengenai emosi yang mereka alami, sehingga mereka bisa merespon situasi emosional dengan lebih baik. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana Anda bisa menerapkan 3D pada anak-anak untuk membantu mereka mengelola emosi dengan sehat.

Temukan cara lengkapnya di bawah ini, dan simak manfaat dari 7 cara menerapkan 3D untuk mengajarkan anak mengelola emosimelalui Popmama.com.

7 Cara Menerapkan 3D untuk Mengajarkan Anak Mengelola Emosi

1. Dikenali, kenali emosi anak dengan cermat

1. Dikenali, kenali emosi anak cermat
Pixabay/johnhain

Setiap anak memiliki perasaan yang unik, dan sebagai orangtua, penting untuk mengenali apa yang sedang mereka alami. Saat anak menunjukkan tanda-tanda emosi seperti marah, sedih, atau frustrasi, jangan langsung menegurnya.

Mulailah dengan menanyakan perasaannya. Misalnya, tanyakan apakah dia merasa marah, kesal, atau sedih. Hal ini membantu anak untuk lebih memahami dan menamakan emosinya, sebuah langkah awal yang penting untuk mengatur perasaannya.

2. Diterima, terima perasaan anak tanpa menghakimi

2. Diterima, terima perasaan anak tanpa menghakimi
Popmama.com/Dhia Althifa Maharani

Setelah mengenali emosi anak, langkah berikutnya adalah menerima perasaan tersebut. Semua emosi adalah hal yang wajar dan bisa dialami oleh siapa saja. Jika kita sebagai orangtua bisa menerima perasaan anak tanpa menghakimi, anak akan merasa lebih nyaman untuk berbagi perasaannya. Ini juga mengurangi risiko anak melampiaskan emosinya secara fisik karena ia merasa didengar dan dipahami.

Editors' Pick

3. Dihargai, hargai emosi anak dengan empati

3. Dihargai, hargai emosi anak empati
Popmama.com/Dhia Althifa Maharani

Menghargai perasaan anak tidak hanya tentang menerima, tapi juga menunjukkan empati. Sebagai contoh, katakan kepada anak bahwa perasaannya itu wajar dan orangtua juga bisa merasakan hal yang sama dalam situasi serupa.

Ini membuat anak merasa didukung dan lebih mampu mengelola emosinya dengan baik. Dengan berempati, anak belajar bahwa perasaannya dihargai dan valid, bukan sesuatu yang harus disembunyikan.

Selain mengenali, menerima serta menghargai si Anak, Mama juga bisa menerapkan beberapa tips parenting lainnya seperti di bawah ini;

4. Selalu perhatikan anak saat mereka memasuki ruangan

4. Selalu perhatikan anak saat mereka memasuki ruangan
Pexels/Helena Lopes

Salah satu cara efektif untuk meningkatkan koneksi dengan anak adalah dengan memperhatikan mereka setiap kali mereka masuk ke ruangan. Lihat ke arah mereka, berikan senyuman, dan tunjukkan bahwa Anda senang melihat mereka. Ini memberikan anak perasaan bahwa mereka adalah prioritas Anda di saat itu, yang pada gilirannya akan memperkuat ikatan emosional antara Anda dan anak.

5. Ajari anak untuk mengungkapkan perasaannya secara verbal

5. Ajari anak mengungkapkan perasaan secara verbal
Pexels/Jonathan Borba

Anak-anak sering kali merasa bingung tentang cara mengekspresikan perasaan mereka. Sebagai orangtua, kita bisa membantu mereka dengan mengajarkan cara untuk mengungkapkan emosi secara verbal, bukan fisik.

Misalnya, ajarkan anak untuk mengatakan, "Aku merasa marah karena..." daripada melampiaskan kemarahan dengan memukul atau menangis. Ini membantu mereka membangun kemampuan berkomunikasi yang sehat dan menghindari konflik.

6. Jadilah contoh pengelolaan emosi yang baik

6. Jadilah contoh pengelolaan emosi baik
Pexels/Ketut Subiyanto

Anak-anak mencontoh perilaku orangtua mereka, termasuk cara mengelola emosi. Jika kita ingin anak bisa mengelola emosi dengan baik, kita sendiri juga harus bisa menunjukkan pengelolaan emosi yang sehat.

Misalnya, ketika Anda merasa marah, cobalah untuk tetap tenang dan ungkapkan perasaan dengan bahasa yang baik. Ketika anak melihat Anda bisa mengatasi emosi dengan baik, mereka akan belajar untuk melakukan hal yang sama.

7. Beri anak ruang untuk mengelola emosinya

7. Beri anak ruang mengelola emosinya
Unsplash/Aditi Gautam

Anak-anak juga butuh ruang untuk bisa memproses dan mengelola perasaannya sendiri. Setelah Anda mengenali, menerima, dan menghargai emosi mereka, beri mereka kesempatan untuk belajar mengatur perasaan tersebut.

Ini bisa dilakukan dengan mengajarkan teknik pernapasan saat mereka merasa marah atau meminta mereka untuk berbicara kepada boneka kesayangan tentang perasaannya. Ini membantu mereka membangun kemandirian emosional.

Dengan menerapkan konsep 3D—Dikenali, Diterima, dan Dihargai—Anda akan membantu anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih empatik, percaya diri, dan mampu mengelola emosi mereka. Pastikan Anda selalu menjadi role model yang baik dalam hal pengelolaan emosi, karena anak-anak selalu belajar dari apa yang mereka lihat.

Semoga informasi mengenai 7 cara menerapkan 3d untuk mengajarkan anak mengelola emosi ini bermanfaat, ya, Ma!

Baca juga:

The Latest