5 Langkah Tepat Mencegah Bullying, Mama Wajib Tahu
Sebelum terlambat, cegah perilaku bullying sejak dini
7 Juli 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ancaman yang timbul dari perilaku bullying tidak bisa dianggap remeh.
Sudah banyak korban berjatuhan dan tidak menutup kemungkinan rasa dendam memicu mereka melakukan hal yang sama.
Sebagai orangtua, Mama pasti khawatir jika perilaku menyimpang ini menimpa anak mama.
Mama tidak bisa mengawasinya sepanjang hari, terlebih ketika ia berada di sekolah.
Hal inilah yang membuat kekhawatiran Mama semakin memuncak.
Kadang karena kelewat khawatir, Mama jadi bersikap over protective. Padahal sikap ini juga memiliki potensi yang tak kalah negatif dari bullying itu sendiri.
Ketimbang terlalu larut dalam kecemasan, Mama sebaiknya mulai mengajarkan beberapa hal penting agar anak mama mampu menahan diri dari dorongan mem-bully atau malah menjadi korban.
Lima langkah sederhana di bawah ini bisa Mama praktekkan di kehidupan sehari-hari untuk mengantisipasi terjadinya bullying pada anak.
1. Mengenali norma-norma sosial
Sedari kecil, sebaiknya Mama mulai kenalkan anak pada norma-norma sosial.
Memberinya pengetahuan tentang mana hal yang baik dan buruk berdasarkan tanggapan masyarakat.
Bantu ia memahami dengan memberi peringatan jika melakukan hal-hal yang sekiranya bersifat negatif.
Mama juga bisa menunjukkan padanya contoh-contoh perilaku negatif dan sanksi yang harus diterima pelakunya.
Mulai dari hukuman sederhana seperti teguran, pengucilan, denda, hingga lembaga pemasyarakatan.
Semakin dini ia mengenal perbedaan baik-buruk, potensinya menjadi pelaku bullying semakin kecil.
Editors' Pick
2. Mengawasi anak dari pengaruh lingkungan sekitar
Lingkungan sekitar tempat tinggal juga berpengaruh besar pada pembentukan karakter anak.
Kebiasaan orang-orang sekitar menjadi teladan yang akan ditiru Si Anak.
Mama tentu tidak bisa mengatur polah tingkah para tetangga agar selalu baik dan sesuai norma.
Mereka bisa saja bertingkah buruk dan memberi contoh negatif pada anak Mama.
Sedangkan melarang Si Anak bermain keluar dan membatasi interaksi juga berdampak buruk untuk kejiwaannya.
Mama tidak perlu khawatir atau bingung.
Biarkan anak mama tetap bersosialisasi di luar rumah dengan membekalinya pemahaman soal norma sosial tadi.
Mama bisa memantau aktivitasnya di luar lewat obrolan dan membiasakannya bercerita.
Jika Mama menemukan beberapa oknum di sekitar tempat tinggal yang sikapnya terlalu negatif, beri pemahaman pada anak mama untuk agak menjaga jarak.
3. Menjadi sosok teman baik yang punya otoritas
Kini sudah bukan zamannya menjadi orangtua otoriter dan gila hormat.
Anak-anak masa kini lebih suka jika Mama dan Papanya bisa dianggap seperti teman sendiri tapi tetap dihormati.
Ini menjadi tugas Mama untuk mengubah diri sendiri menjadi sosok teman baik yang tetap memegang otoritas.
Si Anak akan lebih menghargai nasehat dan arahan dari Mama jika dikatakan secara baik-baik dan bersahabat.
Bukan memarahi atau menghardik, tapi merangkul dan berdiskusi. Berikan ia hak untuk berpendapat, dan jangan segera menyalahkan meskipun Mama tahu pemikirannya kurang tepat.
Selain itu, Mama dan Papa harus bisa menjadi teladan yang baik. Sosok yang perilaku dan caranya bersikap bisa menjadi contoh bagi Si Anak.
4. Memberi arahan tentang pola interaksi sosial
Salah satu penyebab bullying adalah kurangnya rasa hormat dan toleransi dari anak.
Penyebabnya bisa karena kondisi di rumah yang kurang kondusif, sering melihat pertengkaran, atau menerima perlakuan buruk.
Sudah menjadi tugas orangtua untuk memberinya contoh pola interaksi sosial yang baik.
Dari situ akan tumbuh rasa hormat dan Si Anak bisa lebih menghargai orang lain.
5. Mengarahkan minat dan bakatnya
Bullying juga bisa terjadi sebagai pelampiasan emosi seorang anak. Energi berlebih yang tersimpan dalam dirinya diekspresikan menjadi hal negatif karena tidak tersalurkan dengan tepat.
Maka dari itu penting bagi Mama mengenali minat, bakat, dan potensi anak sejak dini di luar kegiatan akademisnya.
Saat ia mulai jenuh dengan kegiatan belajar, alihkan ke kegiatan menyenangkan yang ia suka.
Misalnya Si Anak hobi menggambar, maka sediakan alat-alat lukis atau masukkan ia ke sanggar lukis.
Bisa juga dengan menawarinya kegiatan di klub olahraga, seperti berenang atau berlatih bela diri yang akan berguna juga untuk mekanisme pertahanan dirinya kelak.
Banyak orangtua yang menganggap bullying sebagai peristiwa satu arah. Hanya ada kejadian dan penanggulangan.
Padahal bullying bisa diantisipasi dengan lebih jeli memahami pola perkembangan kejiwaan anak dan terus memberikan pengawasan.
Yuk, Ma mulai lakukan antisipasi sejak dini!