5 Tipe Bullying yang Harus Mama dan Anak Kenali
Kenali tipe bullying ini sebelum menjadi korbannya
9 Desember 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bullying menjadi ancaman serius bagi anak dan remaja. Baik sebagai pelaku maupun korban mengalami dampak buruk yang akan mengubah karakter mereka.
Bullying pada usia anak kadang tidak terlalu nampak sehingga Mama mungkin tidak menyadari apa yang dialami si Anak. Anak Mama juga mungkin saja tidak menyadari bahwa dirinya sedang menjadi korban bullying.
Nah, yuk pelajari tipe-tipe bullying agar paham bahwa bullying nggak cuma masalah kekerasan fisik.
1. Verbal bullying
Jenis bullying ini sering tidak sadar dilakukan karena tersamarkan sebagai lelucon atau ejekan.
Kalimat kasar yang terlontar dari mulut orangtua saat memarahi anak juga masuk kategori bullying. Karena dampaknya tidak terlihat secara langsung, banyak orang yang nyaman melakukan penindasan verbal. Padahal efeknya jangka panjang dan lebih membekas.
Mama perlu waspada jika anak mama terbiasa berkata kasar, atau membuat lelucon yang tidak pantas. Ia akan dengan mudah menertawakan keburukan orang dan membuatnya jadi bahan guyonan. Kalau hal-hal ini sudah ia lakukan, bisa jadi di luar sana ia terbiasa sebagai pelaku bullying.
Sedangkan anak yang menjadi korban bullying verbal, biasanya menjadi takut berbicara atau mengemukakan pendapat. Ia juga takut tampil di muka umum karena trauma pada tanggapan atau ucapan buruk.
Editors' Pick
2. Bullying fisik
Berbeda jauh dengan tanda-tanda bullying verbal, penindasan fisik meninggalkan bekas yang mudah terlihat. Penanganannya relatif lebih cepat, karena pelaku maupun korban dapat diidentifikasi segera.
Anak yang menjadi pelaku bullying fisik, biasanya bersifat emosional dan kurang berempati dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan anak yang menjadi korban, tentu nampak bekas-bekas penindasannya, atau mengalami trauma yang lebih parah.
Penindasan fisik tak hanya berupa pukulan atau aksi yang meninggalkan bekas. Bisa juga berupa penghadangan di tengah jalan, menggertak dengan membawa rombongan, atau melempari dengan benda-benda kecil.
Mama perlu waspada jika si Anak terlihat ‘ringan tangan’ di rumah. Ia tak segan-segan melakukan penindasan pada saudara atau bahkan mainannya.
Jika anak Mama menjadi korban penindasan fisik, ia cenderung menunjukkan ketakutan berlebih saat harus bertemu dengan pelakunya. Ia bisa tiba-tiba malas pergi ke sekolah, meminta pindah sekolah, atau menangis ketakutan saat teringat peristiwa bullying.