Conduct Disorder, Kelainan Mental yang Bikin Anak Suka Kekerasan
Jika dibiarkan, anak bisa memiliki keinginan untuk membunuh, lho. Hih kok seram?
18 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baru saja terungkap kejadian seorang anak remaja yang mengaku membunuh anak balita. Ia melakukannya karena merasa berkeinginan membunuh dan tak ada rasa bersalah atas perlakuannya.
Banyak dari orangtua yang mungkin bertanya, bagaimana bisa seorang anak remaja memiliki keinginan seperti itu? Ini bukanlah sikap impulsif, karena sudah dirasakannya dari lama.
Sikap seperti itu masuk dalam salah satu tanda gangguan dari conduct disorder. Seperti apa itu, dan bagaimana mengetahui ciri-cirinya? Berikut Popmama.com rangkumkan untuk Mama.
1. Apa itu Conduct Disorder
Menurut buku The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition, karakter umum anak yang memiliki kondisi conduct disorder adalah kurang rasa empati, tidak bisa menunjukkan welas asih, dan tidak peduli dengan keadaan orang lain.
Conduct disorder merupakan pola perilaku yang dilakukan secara berulang, dan perilaku yang ditunjukkan itu tidak sesuai dengan nilai kebenaran yang dianut oleh masyarakat atau tidak sesuai dengan normal sosial untuk rata-rata seusianya.
Kelainan ini sudah bisa terlihat dari kecil. Menurut American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, ada beberapa tanda umum yang ditunjukkan anak.
Anak yang memiliki gangguan ini biasanya kejam terhadap orang lain atau binatang dan tidak memiliki rasa kasihan pada objek yang disakitinya. Suka memulai perkelahian, merusak dengan sengaja, dan sering berbohong, memperdaya serta menipu orang lain.
Editors' Pick
2. Umur anak yang mengalami conduct disorder
Meski bisa dilihat dari kecil, namun biasanya kelainan ini baru terlihat jelas pada anak remaja.
Menurut National Center for Biotechnology Information, conduct disorder adalah salah satu ganggan mental yang paling sering ditemui pada anak dan remaja.
Setidaknya 1 sampai 4 persen anak berusia rentang dari 9 tahun sampai 17 tahun memiliki kondisi seperti ini.
Jika Mama sudah melihat tandanya dari sekarang, tak ada salahnya segera menanganinya dengan serius.