5 Cara Mengatasi Ketakutan Anak Saat Melihat Peristiwa Traumatis
Yuk Ma, mulai bantu untuk mengatasi trauma pada anak!
1 Februari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak hanya orang dewasa yang bisa merasakan trauma, namun anak-anak juga dapat mengalami dan terpuruk dalam rasa tidak enak itu.
Kondisi trauma pada anak ini bisa bermacam-macam, ada yang terjadi dalam kurun waktu singkat bahkan ada juga yang dapat berkepanjangan hingga si Anak beranjak dewasa. Sebagai orangtua, Mama perlu sekali memerhatikan pemandangan yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak apalagi sampai harus memicu rasa trauma.
Sebenarnya ada banyak kejadian yang dapat menciptakan rasa trauma ketika si Anak melihat atau merasakan secara langsung seperti:
- Melihat pelecehan seksual.
- Berada di situasi kejadian bom atau bencana alam.
- Mengalami perbuatan tidak menyenangkan dari teman sekolah.
- Melihat kekerasan dan hubungan yang kurang baik di dalam keluarganya.
- Menyaksikan seseorang dengan emosi yang sulit terkontrol karena dapat memicu si Anak merasa takut.
Anak-anak yang melihat pemandangan kurang enak untuk dilihat atau dianggap kurang wajar dapat memicu rasa trauma, apalagi bila si Anak merasa tersudutkan dan membuatnya merasa ketakutan. Peran Mama sebagai orangtua perlu turut andil untuk mengatasi masalah ini.
Untuk Mama yang merasa kebingungan dalam mengatasi rasa trauma pada anak di rumah, berikut beberapa panduan dari Popmama.com agar kondisi trauma ini tidak semakin berkepanjangan.
1. Berusaha mengenal dan menerima perasaan anak
Dilansir dari Psychology Today beberapa kasus anak-anak yang mengalami trauma dapat berkembang menjadi gangguan stres pasca trauma.
Pemandangan yang kurang enak dilihat dapat memicu terjadinya trauma, apalagi orangtua tidak bisa membatasi segala kejadian yang bisa terlihat oleh anak-anak secara langsung.
Dalam mengatasi trauma yang telah dirasakan oleh si Anak, cobalah untuk mengenal penyebab terjadinya trauma. Orangtua tidak akan bisa mengetahui faktor pemicu terjadinya trauma bila tidak diajak berdiskusi secara langsung. Ajaklah anak mama mengenal dan menerima perasaan trauma yang memang sedang terjadi padanya.
Tidak perlu memotong pembicaraan saat dirinya sedang bercerita, Mama hanya perlu menjadi pendengar yang baik agar si Anak mampu menceritakan kejadian tersebut secara detail. Mulailah tuntun dirinya berbicara dari hal-hal sederhana. Pergunakan kata-kata yang membuat dirinya nyaman saat bercerita, bukan menggunakan kata-kata yang dapat membuat anak takut.
Melalui proses bercerita, kondisi si Anak biasanya akan bercampur banyak perasaan serta segala bentuk emosi. Hal ini semakin membantu dalam memberikan informasi lebih banyak, sehingga orangtua tidak perlu lagi menerka-nerka penyebab trauma yang terjadi.
Selain itu, si Anak perlahan-lahan akan mengenal dan menerima perasaannya sendiri dalam mengatasi rasa trauma.
Baca juga: Mengenal Trauma Pada Anak Pasca Kejadian Bom
Editors' Pick
2. Berusaha memberikan perhatian khusus
Trauma terkadang semakin membuat kondisi psikologis si Anak menjadi terganggu dan tidak nyaman dalam menjalani segala aktivitas keseharian. Bahkan di kondisi tertentu, trauma bisa membuat pola pikirnya terganggu karena kejadian itu seolah terus terbayang-bayang dalam ingatan.
Tak jarang, usaha serta perhatian khusus perlu dilakukan agar dirinya bisa merasa aman dan nyaman. Tanpa disadari bentuk perhatian yang Mama berikan juga mampu membuatnya merasa tidak sendirian dalam menjalani masa-masa trauma ini.
Mama perlu hadir di situasi tersulit ini agar si Anak bisa kembali bangkit dan percaya diri dalam menyembuhkan perasaan traumanya.
Baca juga: 7 Cara Efektif Meningkatkan Jangkauan Perhatian Pada Anak