Hindari! 5 Pola Asuh Ini Buruk Bagi Perkembangan Anak
Pola asuh orangtua yang salah justru akan berakibat buruk untuk anak
17 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua di dalam sebuah keluarga pasti memiliki pola asuh yang berbeda-beda untuk anaknya. Perbedaan pola asuh inilah yang akan berpengaruh terhadap perkembangan sifat dan sikap si Anak di masa depan.
Terkadang orangtua merasa bingung harus menerapkan pola asuh seperti apa. Untuk itu, perlu adanya diskusi mengenai hal ini ke pasangan, orangtua, mertua atau orang yang sudah ahli seperti psikolog anak. Dengan begitu, Mama akan semakin lebih paham pola asuh mana yang cocok untuk diterapkan.
Untuk membantu Mama, kali ini Popmama.com sudah merangkum beberapa pola asuh yang seharusnya tidak diterapkan anak di rumah karena akan berefek buruk.
1. Pola asuh permisif
Mama dan Papa menggunakan pola asuh permisif gak nih di rumah?
Jika Mama menggunakan pola asuh secara permisif, berarti ada sifat dan sikap kebebasan di dalam tipe pengasuhan ini.
Mama dengan pola asuh ini cenderung memberikan kebebasan pada si Anak, tanpa pengawasan sama sekali. Dengan tipe permisif dan terbuka dalam hal apa pun, anak akan terbiasa saat diberikan kebebasan tanpa pengawasan dari orangtua sama sekali. Dengan begitu, ia akan berusaha untuk mengatur dirinya sendiri tanpa ada campur tangan orangtua.
Berhati-hati ya karena pola asuh yang permisif akan menyebabkan anak menjadi tidak disiplin dan membentuk dirinya kurang memiliki tanggung jawab.
Editors' Pick
2. Pola asuh otoriter
“Pokoknya kamu harus menuruti kata-kata Mama”
Memaksakan kehendak, adalah salah satu ciri dari pola asuh otoriter. Si Anak akan dituntut untuk menuruti keinginan kedua orangtuanya. Terkadang tuntutan ini bisa berupa teriakan, seakan memaksanya melakukan apa yang sudah diperintahkan.
Pola pengasuhan otoriter ini cenderung mengekang dan mengharuskan si Anak mengikuti semua perintah orangtuanya tanpa membantah.
Tak jarang, anak-anak dalam pola pengasuhan seperti ini tidak diberikan kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya sendiri. Padahal kondisi ini bisa memicu anak bersikap agresif ke orang lain, mengalami depresi bahkan sampai berdampak pada cara bersosialisasi hingga menurunkan prestasi di sekolah.
Wah, jangan sampai Mama menerapkan pola asuh seperti ini di rumah ya.
3. Pola asuh terlalu cuek
Pola asuh yang terlalu cuek seolah membuat orangtua tidak banyak memiliki peran dalam mengurus si Anak. Orangtua hanya memiliki kepedulian yang sedikit.
Di dalam rumah biasanya pola asuh ini menghabiskan sedikit waktu luang dengan anak. Contohnya, saat sedang berada di dalam ruangan yang sama, namun orangtua tidak berinteraksi dengan anak-anaknya. Entah Si Anak dibebaskan untuk menghabiskan waktu bermain games sementara Mama terus-menerus nonton televisi.
Orangtua dengan pola asuh cuek ini tidak pernah menanyakan kegiatan si Anak selama seharian di sekolah. Bahkan tidak peduli apakah anaknya sudah mengerjakan tugas sekolah atau belum.
Dengan karakter orangtua yang terlalu cuek secara tidak langsung akan membentuk si Anak mengalami kesulitan dalam menaati peraturan. Anak cenderung lebih suka melanggar peraturan-peraturan yang ada. Ini disebabkan dirinya kurang mendapatkan pengawasan, merasa tidak diperhatikan hingga tidak pernah merasakan peraturan dari kedua orangtuanya.
Baca juga: 4 Pola Asuh Zee Zee Shahab dan Suami yang Sangat Menginspirasi
4. Pola asuh temporizer
Pola asuh orangtua ini biasanya terkesan tidak konsisten. Terkadang orangtua seakan tidak mempunyai pendirian atau bahkan bisa mengingkari kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya. Padahal ini contoh yang kurang baik karena bisa ditiru si Anak.
Bila anak terus menerus menerima pola asuh seperti ini, dirinya akan merasa bingung terhadap peraturan yang ada di dalam rumah. Ia juga menjadi pribadi yang tidak tegas karena meniru perilaku dari orangtuanya sendiri.
Tak jarang pola asuh ini juga justru menimbulkan perasaan kurang percaya diri pada si Anak lho, Ma.
5. Pola asuh terlalu melindungi
Terlalu melindungi si Anak sebenarnya juga tidak bagus lho, Ma.
Biasanya orangtua merasa begitu terlalu khawatir dengan keadaan anaknya sendiri, sehingga cenderung terlalu berlebihan dalam melindungi. Pola asuh yang satu ini bahkan bisa disebut terlalu posesif karena takut terjadi sesuatu pada si Anak.
Terlalu melindungi membuat anak merasa terlalu banyak larangan dengan alasan demi kebaikan. Contohnya seperti tidak diizinkan bermain bola di luar rumah karena orangtua takut jatuh atau bajunya kotor. Padahal ini seolah terlalu mengekang si Anak untuk tetap berada di dalam rumah tanpa bersosialisasi.
Melindungi dari bahaya memang diperbolehkan, namun terlalu berlebihan pun tidak baik untuk perkembangan si Anak.
Itulah, 5 pola asuh yang sebaiknya Mama hindari dalam mengasuh anak. Mama dan Papa perlu berdiskusi mengenai pola asuh seperti apa yang tepat. Dengan begitu, si Anak bisa memiliki pengasuhan yang tepat demi perkembangan sifat dan sikapnya di masa depan.
Yuk Ma, mulai perhatikan kembali pola asuh yang sesuai untuk anak mama!
Baca juga: Pola Asuh Tepat untuk Ciptakan Anak Remaja yang Sukses di Masa Depan