Jatuh cinta termasuk perasaan yang bisa saja muncul kepada siapa saja, termasuk anak-anak padahal usianya masih terlalu dini. Ketika memasuki masa remaja, tak jarang anak mama akan mulai memiliki ketertarikan atau jatuh cinta terhadap lawan jenisnya.
Masa perkembangan anak-anak yang mulai memasuki dunia remaja tentu membuat sebagian orangtua kaget bahkan belum siap ketika anaknya mulai jatuh cinta dengan orang lain. Apalagi dengan banyaknya pemberitaan di luar sana yang mengatakan dampak negatifnya pacaran di usia dini.
Sebagai orangtua yang peduli terhadap perkembangan anak-anak di rumah, Mama perlu bersikap tegas ketika anak mulai jatuh cinta apalagi sudah mulai pacaran. Orangtua perlu berdiskusi kepada anak mengenai beberapa hal yang perlu dibicarakan terkait masalah jatuh cinta ini.
Untuk Mama yang sedang melewati masa-masa perkembangan anak saat mulai jatuh cinta hingga memulai hubungan pacaran bersama cinta monyetnya, tak perlu khawatir karena Popmama.com telah merangkum beberapa panduan tepat agar mudah diterapkan.
Semoga panduan ini bisa membantu ya, Ma!
1. Melibatkan peran orangtua ketika ada permasalahan cinta
Pixabay/Nastya_gepp
Seperti yang Mama ketahui bahwa urusan cinta itu tidak mudah karena perlu dijalani oleh dua orang. Usia anak mama yang terbilang masih dini untuk pacaran bisa saja kesulitan dalam membina cinta monyetnya.
Banyaknya pemberitaan mengenai seseorang yang bunuh diri akibat putus dengan pacarnya bisa saja terjadi pada anak-anak di rumah, bila tidak pembinaan dan peran orangtua di dalam hubungan tersebut.
Sebelum semuanya terlambat, ada baiknya untuk membuat aturan bahwa Mama perlu terlibat dalam segala permasalahan cinta yang bisa terjadi pada si Anak dan pasangannya. Adanya peran orangtua juga membantu agar tidak ada hal-hal negatif yang terjadi dalam hubungan cinta monyet ini.
Adanya peran orangtua pun dapat membantu si Anak bercerita dan berbagi pengalaman terhadap dirinya dan pasangan. Bahkan jika sudah merasa nyaman untuk membicarakan cinta kepada orangtuanya sendiri, apapun akan selalu diceritakan sehingga Mama juga lebih mengetahui perkembangan hubungan mereka.
Perlu diingat juga bahwa pendampingan orangtua pada masa-masa awal anak beranjak remaja dalam menentukan kedekatan hubungan antara Mama dan anak ke depannya.
Editors' Pick
2. Perlu memperkenalkan pasangan kepada orangtua
Unsplash/Mikael Kristenson
Salah satu aturan main ketika anak sudah jatuh cinta atau mulai pacaran di usia dini yaitu perlu mengenai pasangan anak mama. Berikan pengertian kepadanya bahwa orangtua perlu mengetahui dengan siapa ia menjalin hubungan cinta monyet. Usahakan agar anak mama terbuka terhadap hubungannya dan tidak menjalani pacaran dengan sembunyi-sembunyi.
Jika Mama termasuk orangtua yang setuju dengan anaknya yang pacaran di usia dini tidak ada salahnya untuk bertemu secara langsung dengan si Anak. Dengan begitu pertemuan tersebut dalam mengetahui secara langsung karakter dari pasangan anak, mulai dari sikap, sifat, sopan santun atau hal lainnya.
Sebagai orangtua, Mama pun bisa mengetahui orang atau karakter seperti apa yang disukai oleh anak. Pertemuan ini juga bisa diberitahukan bahwa peran orangtua akan tetap ada di dalam hubungan cinta monyet ini agar berjalan sesuai keinginan.
3. Tetap mengutamakan pendidikan dan nilai di sekolah
Freepik
Anak-anak yang sudah mengenal cinta belum sepenuhnya merasa dewasa dalam bertindak dan menentukan sesuatu. Apalagi terkadang cinta membuat seseorang tidak fokus terutama ketika sedang ada masalah bersama pacarannya.
Tak jarang, beberapa kasus anak yang sudah jatuh cinta atau membina sebuah komitmen dengan status pacaran dalam membuat pendidikan serta nilai-nilai di sekolah terganggu.
Untuk itu, Mama perlu mengingatkan si Anak mengenai belajar tetap menjadi tujuan nomor satu. Akan lebih bagus kalau anak mama dapat belajar bersama dengan cinta monyetnya saat ini atau bahkan memacu dirinya untuk lebih berprestasi.
Intinya tetap harus mengutamakan pelajaran dibanding larut atau terbawa perasaan jatuh hati terhadap cinta monyet yang biasanya hanya sesaat. Selain itu, berikan kegiatan-kegiatan baru yang menyenangkan agar anak mama tidak terlalu selalu memikirkan tentang cinta.
4. Memperkenalkan istilah cinta dari perspektif orangtua
Unsplash/Janko Ferlič
Cinta seringkali dilihat anak-anak saat memerhatikan kedua orangtuanya. Cinta Mama dan Papa yang harmonis di dalam keluarga termasuk pembelajaran pertamanya mengenai arti cinta. Maka dari itu, orangtua perlu menjadi contoh positif dalam hal cinta.
Dari pengamatan mengenai cinta itulah yang membuat dirinya bisa merasa suka kepada lawan jenisnya, lalu mewujudkan arti cinta. Lalu Mama juga bisa menanyakan mengenai pendapat anak-anak mengenai “cinta monyet”. Arahkan jika pengertiannya masih salah dengan terus mendampingi bahkan persiapkan diri Mama saat sewaktu-waktu ia merasa patah hati.
Dalam bicara soal cinta, Mama perlu mengajari anak agar tidak selalu melibatkan perasaannya. Cobalah untuk tetap berpikir logis mengenai cinta dan berikan alternatif tentang kehidupan cintanya.
Demi hubungan pacaran atau cinta monyet yang tetap sehat, anak mama perlu mendapatkan sedikit pembelajaran mengenai seks edukasi. Namun, sebelum si Anak mendapat pendidikan atau informasi mengenai seks, ada baiknya menjelaskan bahwa pendidikan kesehatan reproduksi dini sangat penting untuk diketahui.
Dilansir dari Parent Further, Mama bisa membahas mengenai kesehatan reproduksi serta pendidikan seks melalui beberapa topik sederhana seperti bergandengan tangan, berpelukan hingga permasalahan yang menjurus sexting.
Sexting sendiri merupakan gabungan dari dua kata yaitu “sex” dan “texting”. Jika digabungkan, sexting memiliki arti sebuah pesan yang mengarah ke topik seksual.
Bentuk pesan yang masuk ke dalam kategori sexting bisa dalam bentuk kata-kata, foto, video atau rekaman suara. Sexting bisa dilakukan dengan sangat mudah oleh anak-anak dan dikirimkan melalui berbagai cara termasuk pesan teks, e-mail, obrolan di media sosial hingga berbagai sarana komunikasi elektronik lainnya
Orangtua harus bisa lebih peka karena bentuk sexting juga bisa ditemukan dari pesan yang menggunakan emoji. Seiring banyaknya aplikasi chat yang menggunakan emoji, orangtua perlu sadari kalau emoji-emoji ini pun bisa mengandung pesan seksual.
Pengetahuan terhadap sexting yang bisa menyangkut pelecehan seksual dapat diajarkan kepada anak-anak ketika sudah memiliki hubungan cinta monyet bersama pacarnya. Bahkan pendidikan seperti ini juga penting untuk orangtua yang memiliki anak laki-laki agar dirinya tidak menjadi pelaku maupun korban pelecehan seksual.
Itulah beberapa aturan main yang bisa diterapkan para orangtua ketika memperbolehkan anak-anaknya menjalani pacaran alias cinta monyet.
Semoga beberapa langkah di atas juga membantu mengatasi berbagai masalah yang bisa terjadi ketika si Anak sudah mengenal jatuh cinta ke lawan jenisnya ya, Ma.