Cek Pola Luka Inner Child yang Harus Diputuskan Rantainya
Belum terlambat untuk segera memutusnya sekarang
15 April 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Edukasi tentang kesehatan mental kini semakin mudah didapatkan. Kesadaran dan kemudahan akses informasi menjadi dua faktor penting yang melatarbelakangi fenomena ini.
Berita baiknya, semakin banyak orang yang mau sembuh dari luka masa kecilnya, akan memberikan harapan hidup yang lebih bahagia di masa depan.
Bicara tentang inner child, ternyata ada beberapa pola yang menunjukkan bahwa seseorang mengalami luka batin yang dialami saat masih anak-anak. Jika luka ini tak kunjung disembuhkan, anak akan tumbuh dengan membawa beban dan terjebak dalam luka inner child yang mereka alami.
Twelvi Febrina, seorang life coach dan trauma healing therapist membagikan beberapa pola luka inner child di akun Instagram pribadi miliknya.
Hal ini menjadi pengingat bagi kami, untuk senantiasa memperlakukan generasi yang lebih muda lebih baik, agar mereka tumbuh tanpa membawa luka.
Cek pola luka inner child yang harus diputuskan rantainya, simak bersama Popmama.comya!
1. Takut membuat orang kecewa
Pemilik sifat ini membuatmu menjadi people pleaser demi mendapatkan kasih sayang yang diharapkan. Sehingga, cinta kasih yang kamu rasakan terkesan bersyarat dan tidak setulus itu.
Anak yang tumbuh dengan sifat ini akan berbahaya karena akan sulit membedakan mana yang tulus terhadapnya, atau hanya memiliki maksud tertentu di balik kebaikannya
2. Sulit meminta bantuan dan takut membebani orang lain
Sifat ini muncul karena kebutuhan emosionalmu sering diabaikan, dan bahkan diremehkan. Saat kecil, kamu merasa tidak ada yang bisa diandalkan dan membuatmu melakukan semuanya sendiri.
Alih-alih menjadi sosok yang mandiri, anak bisa tumbuh menjadi sosok yang sulit meminta bantuan orang lain dan membuatnya takut menjadi beban bagi orang lain. Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi bumerang jika anak tidak memiliki kemampuan untuk melakukan semua sendiri.
Editors' Pick
3. Gemar menimbun barang yang sudah rusak
Penyebabnya adalah kamu dibesarkan dengan Scarcity Mindset atau pola pikir kekurangan. Nggak heran, kamu akan suka menimbun barang yang rusak. Bisa jadi ada perasaan kamu tidak bisa memiliki barang seperti itu lagi, sehingga terus menyimpannya meski dalam keadaan rusak.
Selain suka menimbun barang yang rusak, kamu juga menjadi sosok yang sulit mengeluarkan uang. Kamu juga memiliki kecenderungan untuk "menimbun" uang agar tidak habis.
4. Sulit menerima kritik
Meski kritik yang ditujukan padamu adalah kritik yang membangun, dan diberikan oleh orang terdekat, kamu tetap akan sulit menerimanya. Kamu tidak bisa memandang kritik sebagai sesuatu yang baik, dan menganggap kritik hanya sebagai sesuatu yang menjatuhkan.
Biasanya, anak yang memiliki sifat ini dibesarkan di lingkungan yang suka memberikan kekerasan fisik, verbal, maupun emosional.
5. Anti dengan aturan
Orang yang ada di sekitarmu saat kecil biasanya adalah tipe super controlling, dan akan mengatur segala tindak tanduk dan perilakumu. Efeknya, kamu merasa tidak mempunyai hak untuk bersuara atau menyampaikan pendapat, dan membuatmu anti dengan aturan
6. Cemas saat pasangan mendadak “not available”
Anak yang tumbuh dibesarkan di lingkungan yang emotionally unavailable baik secara fisik, mental maupun emosional akan mudah cemas jika orang terdekatnya tidak hadir dan mendadak berubah. Bagi mereka, kehadiran pasangan atau orang terdekat amat penting untuk memenuhi emotional needed yang dibutuhkan.
Setiap anak istimewa, serta berhak tumbuh di lingkungan yang aman, nyaman, dan mampu memaksimalkan setiap bakat yang dimiliki. Belum terlambat untuk memutus tali luka inner child yang ada di diri setiap anak. Dimulai dari kita, sekarang.
Baca juga:
- Media Sosial dan Kesehatan Mental Anak: Dua Hal yang Tak Terpisahkan
- Bagaimana Cara Memperbaiki Kesehatan Mental Korban Kekerasan Seksual
- 8 Tips untuk Meningkatkan Kesehatan Mental