5 Sikap yang Bisa Membuat Anak Tidak Terbuka dengan Orangtua

Mama dan Papa harus hindari hal-hal ini jika ingin anak terbuka!

26 Maret 2025

5 Sikap Bisa Membuat Anak Tidak Terbuka Orangtua
Pexels/Andrea Piacquadio

Pola komunikasi yang buruk antara orangtua dan anak sering kali menjadi akar dari masalah yang lebih besar, termasuk gangguan kesehatan mental pada anak.

Ketika anak merasa tidak didengar atau dipahami, mereka cenderung menutup diri dan lebih sulit untuk berbagi perasaan atau masalah mereka.

Sikap-sikap tertentu yang tidak disadari oleh orangtua bisa memperburuk hubungan ini, sehingga anak merasa terisolasi dan cemas.

Kali ini Popmama.com akan membahas sikap orangtua yang bisa membuat anak tidak terbuka, karena hal ini dapat berdampak pada kesehatan mental anak.

1. Orangtua jarang mengajak anak berbicara

1. Orangtua jarang mengajak anak berbicara
Pexels/olia danilevich

Salah satu sikap yang dapat membuat anak tidak terbuka dengan orangtua adalah ketika orangtua jarang mengajak anak berbicara. Komunikasi yang terbatas atau bahkan tidak ada sama sekali bisa membuat anak merasa diabaikan dan tidak dihargai.

Misalnya, setelah anak pulang sekolah, orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan atau kegiatan lain dan tidak menanyakan bagaimana hari anak mereka berlangsung. Hal ini dapat membuat anak merasa bahwa perasaan dan pengalamannya tidak penting, sehingga ia enggan untuk berbagi cerita atau masalahnya.

Jika kebiasaan ini terus berlanjut, anak bisa menjadi lebih tertutup, merasa kesepian, dan cenderung menyimpan perasaan atau masalahnya sendiri, yang akhirnya dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental mereka.

Orangtua sebaiknya meluangkan waktu untuk berbicara dengan anak setiap hari, bertanya tentang aktivitas mereka, dan menciptakan ruang untuk percakapan yang terbuka.

Editors' Pick

2. Kurang peduli dengan cerita anak

2. Kurang peduli cerita anak
Pexels/RDNE Stock Project

Jika anak menceritakan tentang pengalaman seru di sekolah atau masalah dengan teman-temannya, namun orangtua hanya menjawab dengan kalimat singkat atau bahkan tidak memberikan perhatian penuh, hal ini bisa membuat anak merasa kecewa dan mulai menarik diri.

Oleh karena itu, sangat penting bagi orangtua untuk menunjukkan perhatian dan empati terhadap cerita anak, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan memberikan respon yang mendukung agar anak merasa dihargai dan lebih terbuka.

3. Orangtua membocorkan cerita anak pada orang lain

3. Orangtua membocorkan cerita anak orang lain
Pexels/cottonbro studio

Sikap orangtua yang membocorkan cerita anak kepada orang lain bisa merusak kepercayaan anak dan membuatnya enggan untuk terbuka di masa depan.

Jika anak berbagi masalah pribadi dengan orangtuanya, seperti kesulitan di sekolah atau masalah dengan teman, namun orangtua malah menceritakan hal tersebut kepada teman atau keluarga tanpa izin anak, anak akan merasa dikhianati.

Sikap ini bisa membuat anak merasa bahwa cerita mereka tidak aman dan akan berhati-hati untuk berbagi lagi di kemudian hari.

Untuk menjaga hubungan yang sehat, orangtua perlu menghargai privasi anak dan menjaga kepercayaan mereka agar anak merasa lebih nyaman untuk terbuka.

4. Orangtua mudah marah dan tidak mendengarkan pendapat anak

4. Orangtua mudah marah tidak mendengarkan pendapat anak
Pexels/August de Richelieu

Orangtua yang mudah marah dan tidak mendengarkan pendapat anak dapat menciptakan ketakutan dan menghambat komunikasi yang terbuka.

Misalnya, seorang anak mengungkapkan pendapat atau perasaan mereka, namun orangtua langsung merespons dengan kemarahan atau menganggapnya tidak penting, anak akan merasa tidak dihargai dan takut untuk berbicara lebih lanjut.

Ketika anak merasa bahwa pendapatnya selalu ditanggapi dengan negatif, mereka akan lebih cenderung menutup diri dan enggan berbagi masalah atau perasaan di masa depan.

Orangtua perlu belajar untuk mengendalikan emosi dan memberi ruang bagi anak untuk menyampaikan pendapat dengan tenang, sehingga anak merasa didengar dan dihargai.

5. Sering menghakimi anak

5. Sering menghakimi anak
Freepik/peoplecreations

Orangtua yang sering menghakimi anak bisa membuat anak tidak ingin terbuka dengan orangtuanya lebih dalam.

Misalnya, ketika anak menceritakan masalah atau kesalahan yang mereka buat, orangtua langsung memberikan komentar seperti "Kamu memang selalu seperti ini" atau "Kenapa kamu nggak bisa lebih hati-hati?" Kalimat seperti ini membuat anak merasa disalahkan dan dianggap tidak mampu, yang akhirnya menutup pintu komunikasi.

Anak yang merasa selalu dihakimi akan enggan untuk berbagi cerita, karena takut mendapatkan penilaian negatif. Orangtua perlu lebih bijaksana dalam merespons, dengan mendengarkan dan memberikan dukungan positif agar anak merasa aman untuk terbuka tanpa takut dihakimi.

Nah, itulah informai mengenai sikap orangtua yang bisa membuat anak tidak terbuka. Semoga sikap-sikap ini selalu dihindari oleh Mama dan Papa ya.

Baca juga:

The Latest