Kecemasan pada Anak, Masalah Kesehatan Mental yang Sering Terjadi
Mama perlu perkuat hubungan dengan anak agar mereka terhindar dari gangguan mental
15 Agustus 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Penurunan akademik, gangguan tidur, tidak nafsu makan, dan sulit dalam berkonsentrasi merupakan tanda-tanda anak mengalami masalah kecemasan. Tentu Mama pasti khawatir karena kecemasan memberikan dampak pada penurunan pada kualitas hidup anak.
Kecemasan menjadi kasus tertinggi yang dialami oleh anak-anak dan remaja di Indonesia. Berikut ini Popmama.comakan mengulas mengenai kecemasan berlebih pada anak.
Dengan mengetahui lebih dalam mengenai kecemasan yang terjadi pada anak dapat mendorong Mama untuk meningkatkan hubungan dengan anak agar dapat mencegah terjadinya masalah mental pada anak.
Kecemasan Berlebih pada Anak
Kecemasan yang berat dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan anak, termasuk hubungan sosial, kinerja akademis, dan kesejahteraan fisik.
Anak yang mengalami kecemasan yang parah mungkin mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya, merasa cemas dalam situasi sosial, atau menghindari aktivitas yang seharusnya menyenangkan.
Ada beberapa jenis gangguan kecemasan yang dapat mempengaruhi anak, seperti Gangguan Kecemasan Umum (GAD), Gangguan Kecemasan Sosial, Gangguan Panik, dan Gangguan Kecemasan Terpisah.
Setiap jenis gangguan memiliki gejala dan karakteristik tertentu yang perlu diidentifikasi untuk memberikan penanganan yang tepat.
1. Masalah mental yang sering terjadi pada anak
Kecemasan adalah salah satu masalah kesehatan mental paling umum dan tertinggi yang terjadi pada anak-anak dan remaja.
Banyak anak mengalami perasaan cemas pada titik tertentu dalam hidup mereka, tetapi jika kecemasan menjadi berlebihan atau berkepanjangan, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menghambat perkembangan anak.
Menurut pernyataan dari Fransisca Febriani Sidjaja selaku Psikolog Klinis Anak, kecemasan merupakan isu yang sedang banyak terjadi, “Isu yang lagi tinggi, masalah yang lagi tinggi itu adalah kecemasan.
Cemas tidak perform tidak sempurna, cemas yang berpikir terlalu jauh dalam merencanakan suatu hal, overenxiety overthinking, cemas soal masa depan. Ketika mereka remaja mereka cemas tidak diterima (social anxiety).
Dan setelah pandemi ini, kita secara umum, tapi saya tidak bisa mengutip risetnya ya, tapi secara kasus ada peningkatan dalam hal isu-isu kecemasan pada remaja.”
Pernyataan Febriani sejalan dengan ungkapan dr, Maxi Rein Rondonuwu selaku Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes, yang dilansir dari situs Kementerian Kesehatan RI bahwa saat pandemi masyarakat tengah berjuang untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19.
Namun disisi lain menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, dan tekanan mental akibat isolasi, pembatasan jarak fisik, hubungan sosial, dan ketidakpastian.
Editors' Pick
2. Anak gifted
Beberapa waktu ini terdapat kasus anak gifted atau anak istimewa, anak cerdas, anak jenius yang mengalami kecemasan.
Fransisca Febriani Sidjaja banyak menerima kasus anak gifted yang mengalami kecemasan tinggi karena kemampuan IQ (Intelligence Quotient) yang melebihi anak seusianya.
"Belakangan dapat anak-anak kasus gifted. Gifted anak-anak yang pinter sekali tapi mereka cemas. Banyak banget anak-anak yang gifted tapi cemasnya tinggi banget. Dari kecil ketahuan ya, dia pinter banget, misalnya ada anak yang jago banget bikin origami, main gitar belajar sendiri, di sekolah itu kayak brillian banget, tapi kecemasannya tinggi banget. IQ nya tinggi tapi EQ nya kurang," ujar Fransisca pada acara pembukaan Mental Health Center “Breakthrough for Life” (BFL) untuk pertama kalinya, (14/08/2023).
3. Penyebab kecemasan pada anak
Kecemasan pada anak bisa memiliki berbagai penyebab, dan seringkali kombinasi dari beberapa faktor yang berperan dalam mengembangkan masalah tersebut.
Beberapa penyebab kecemasan pada anak:
- Faktor genetik dan keturunan
Riwayat keluarga dengan masalah kecemasan atau gangguan kecemasan dapat meningkatkan risiko anak mengalami kecemasan.
"Memang ada anak-anak yang secara genetik lebih beresiko cemas, ada turunan dari orangtua" ungkap Fransisca Febriani Sidjaja.
- Faktor lingkungan
Lingkungan di mana anak tumbuh dan berkembang bisa berdampak besar. Konflik keluarga, tekanan akademis yang berlebihan, dan pengalaman traumatis seperti perceraian, kehilangan orang tua, atau kekerasan dapat memicu kecemasan.
- Ketidakpastian atau perubahan
Peristiwa besar dalam kehidupan, seperti pindah rumah, berganti sekolah, atau perubahan dalam dinamika keluarga, dapat memicu kecemasan karena anak merasa tidak terbiasa atau tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi.
- Tekanan sekolah atau prestasi
Tuntutan akademis yang berlebihan, ekspektasi yang tinggi dari orangtua, atau tekanan sosial di sekolah dapat menciptakan stres yang mengarah pada kecemasan.
- Trauma
Pengalaman traumatis seperti kecelakaan, kejadian berbahaya, atau pelecehan dapat memicu kecemasan pada anak.
- Kurangnya keterampilan dalam mengatasi
Anak-anak belum memiliki keterampilan yang matang dalam mengatasi stres dan emosi, sehingga mereka mungkin merasa cemas ketika menghadapi situasi yang sulit atau menantang.
- Perubahan fisik dan hormon
Selama masa pertumbuhan dan pubertas, perubahan fisik dan hormonal dapat memengaruhi suasana hati dan emosi anak, yang pada gilirannya bisa berkontribusi pada kecemasan.
- Kontrol lingkungan yang rendah
Anak-anak yang merasa mereka memiliki sedikit atau tidak ada kontrol atas lingkungan mereka dapat mengembangkan rasa cemas karena merasa tidak mampu mengatasi perubahan atau situasi yang tidak diinginkan.
- Pengaruh media dan teknologi
Paparan terhadap konten yang menakutkan atau mengganggu melalui media sosial, film, atau video game tertentu juga dapat memengaruhi tingkat kecemasan anak.
- Kurangnya dukungan sosial
Anak-anak yang tidak memiliki dukungan sosial yang memadai dari keluarga, teman, atau orang dewasa lainnya mungkin lebih rentan terhadap kecemasan.
4. Pentingnya peran orangtua
Anak yang dekat dengan orangtuanya cenderung lebih mudah dalam memenuhi kebutuhan emosional dan psikologisnya.
Mereka merasa aman dan terlindungi dan tentunya dapat mempengaruhi perkembangan hubungan interpersonal yang sehat bagi anak di kemudian hari.
Dalam menjaga kesehatan mental, hubungan yang dekat antara orangtua dan anak memberikan anak tempat yang aman untuk berbicara tentang perasaan mereka.
Dukungan emosional ini membuat anak merasa didengar, dipahami, dan diterima dalam segala perasaan mereka, termasuk kecemasan.
Dengan merasa didukung, anak cenderung dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan lebih baik.
Hal ini diperkuat dengan pernyataan dari Fransisca Febriani Sidjaja, “Ketika anak memiliki relasi dengan orangtua dan memiliki relasi yang insecure, seperti sering dimarahi, jarang dipuji, jarang meluangkan waktu yang berkualitas, jarang mau duduk mendengarkan anaknya, jarang punya hubungan dari hati ke hati dengan anak. Hubungan yang tidak dekat dengan anak membuat anak punya kecemasan dikemudian hari".
Pembukaan Mental Health Center “Breakthrough for Life”
BFL merupakan merupakan pusat kesehatan mental yang menawarkan dua layanan kepada pasien, layanan kesehatan mental khusus anak-anak dan remaja, serta layanan kesehatan mental bagi kalangan dewasa dan pasangan.
Bertempat di Hope Academy yang terletak di Jalan Puri Indah Raya, Kembangan, DKI Jakarta, kegiatan tersebut tidak hanya berisi peresmian pusat layanan kesehatan, namun terdapat beberapa narasumber inspiratif, diantaranya adalah Fransisca Febriani Sidjaja selaku Psikolog Klinis Anak dan Olivia Joso selaku Mama dari anak berkebutuhan khusus (austis).
Pusat layanan kesehatan ini diperlukan untuk menjawab permasalahan gangguan mental. Gangguan mental adalah masalah serius yang dapat mempengaruhi kesejahteraan dan kualitas hidup anak-anak. Perhatikan jika anak mengalami gangguan kecemasan berlebih.
Dengan tenaga medis profesional yang terlatih dalam mengenali gejala gangguan mental dan memberikan diagnosis yang akurat, penanganan gangguan mental dapat segera ditangani secara tepat.
Baca juga:
- 7 Manfaat Stres Ringan bagi Remaja karena Banyak Kegiatan
- Memahami Inner Child, Sisi Anak Kecil di Tubuh Orang Dewasa
- Metode Dopamine Detox supaya Lebih Produktif dan Lebih Fokus