Menutupi Depresi, 8 Penyebab Smiling Depression pada Remaja
Kondisi ini disebut dengan smiling depression lho Ma!
16 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Smiling Depression atau depresi tersenyum adalah dua kata yang sepertinya tak masuk akal ketika digabungkan bersama. Sayangnya, smiling depression ini nyata. Ini adalah bentuk depresi di mana seseorang tampak bahagia dan bahkan berkembang di luar, sementara menderita di dalam.
Seorang remaja dengan depresi tersenyum mungkin mendapatkan nilai bagus, melakukan banyak kegiatan ekstrakurikuler, dan memiliki banyak teman, namun ia menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, bahkan dari orang-orang terdekat mereka.
Apa yang menyebabkan anak mengalami smiling depression? Dan seperti apa tanda-tandanya? Simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!
Apa itu Smiling Depression?
Dilansir dari Newport Academy, smiling depression juga dikenal sebagai depresi berjalan atau depresi yang berfungsi tinggi. Namun, ini bukan diagnosis yang diakui, karena tidak muncul dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) American Psychiatric Association.
Para ahli percaya bahwa smiling depression sebenarnya merupakan suatu kondisi yang dikenal sebagai gangguan depresi mayor dengan gejala atipikal, yang sebelumnya dikenal sebagai depresi atipikal.
Meskipun pada dasarnya sama dengan gejala depresi berat, apa yang membuatnya "tidak biasa" adalah bahwa gejala tersebut dialami secara internal dan tidak diekspresikan dengan cara apa pun yang terlihat.
Hal lain dari gangguan depresi mayor ini adalah anak dengan kondisi ini mengalami peningkatan suasana hati sebagai respons terhadap peristiwa positif, yang membuatnya tampak "baik-baik saja."
Tanda-Tanda Smiling Depression pada Remaja
Remaja dengan smiling depression mungkin mengalami banyak gejala klasik depresi, termasuk kesedihan mendalam, harga diri rendah, dan perubahan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Beberapa gejala ini mungkin dapat diamati oleh orang lain, sementara gejala lainnya mungkin dirahasiakan.
Tak jarang, anak dengan depresi ini bekerja sangat keras untuk menyamarkan gejalanya. Untuk alasan ini, penting untuk memerhatikan tanda-tanda lain bahwa ada sesuatu yang salah. Berikut daftar kemungkinan tanda yang harus Mama perhatikan:
Perubahan nafsu makan: Sementara beberapa remaja mungkin makan berlebihan saat mereka depresi, yang lain kehilangan nafsu makan. Perubahan berat badan biasa terjadi pada semua jenis depresi.
Perubahan dalam pola tidur: Beberapa remaja kesulitan untuk bangun dari tempat tidur ketika mengalami depresi, karena ingin tidur sepanjang waktu. Namun remaja lain tidak bisa tidur dan ia mungkin mengatakan akibat insomnia, atau menunjukkan perubahan besar dalam kebiasaan tidurnya, seperti tetap terjaga di malam hari dan tidur di siang hari.
Perasaan putus asa: Rasa bersalah, tidak berharga, dan perasaan putus asa adalah hal umum saat anak mengalami depresi.
Kehilangan minat dalam aktivitas: Individu dengan depresi tersenyum mungkin tidak tertarik pada aktivitas yang biasanya mereka nikmati.
Terlepas dari tanda dan gejala ini, anak dengan smiling depression mungkin masih cenderung seperti biasa. Ia mungkin memiliki kesibukan yang tetap dan terus mempertahankan kehidupan sosial yang aktif.
Selain itu, anak bahkan mungkin tampak ceria dan optimis. Untuk alasan ini, penting untuk membicarakan masalah kesehatan mental secara terbuka. Melakukan hal ini dapat memberikan anak rasa keberanian untuk membuka perasannya.
Alasan Mengapa Remaja Menyembunyikan Depresi
Bukan hal yang aneh bagi seseorang untuk merahasiakan depresinya. Dari ingin melindungi privasi hingga takut dihakimi oleh orang lain, ada banyak alasan pribadi dan profesional mengapa orang menyembunyikan gejala depresi. Berikut untuk mengetahui lebih dalam mengapa remaja merahasiakan depresi:
1. Takut membebani orang lain
Depresi dan rasa bersalah cenderung berjalan beriringan. Akibatnya, anak tidak ingin membebani orang di sekitarnya dengan perjuangan yang ia alami. Fakta ini mungkin benar terutama bagi orang-orang yang terbiasa mandiri daripada meminta orang lain untuk mengasuhnya.
Anak juga sama sekali tidak tahu bagaimana meminta bantuan, jadi ia menyimpan perjuangannya untuk dirinya sendiri.
2. Rasa malu
Beberapa orang percaya bahwa depresi adalah cacat karakter atau tanda kelemahan. Remaja bahkan mungkin memercayai fakta bahwa ia seharusnya bisa "melepaskannya."
Ketika anak tidak bisa melepaskan depresinya, ia mungkin berpikir ada yang salah dengannya. Sehingga anak mungkin merasa malu mengalami depresi karena ia pikir harus bisa mengatasinya sendiri.
Editors' Pick
3. Penyangkalan
Smiling depression mungkin berasal dari penyangkalan seorang remaja bahwa ia merasa tertekan, namun berpikir bahwa selama masih bisa tersenyum, ia tidak boleh mengalami depresi.
Anak tidak dapat mengakui bahwa mungkin ada sesuatu yang salah dengannya. Lebih mudah baginya untuk berpura-pura “baik-baik saja” daripada membuka diri tentang perasaannya yang sebenarnya.
4. Takut akan serangan balik
Anak mungkin khawatir tentang konsekuensi pribadi dan profesional dari depresi. Misalnya, anak mungkin khawatir bahwa orangtua atau guru akan meragukan kemampuannya untuk melakukan tugas-tugas yang biasa ia lakukan.
Atau, anak mungkin khawatir teman-temannya akan meninggalkannya jika mengungkapkan bahwa ia mengalami depresi.
Jadi, daripada mengambil risiko dihakimi atau dihukum karena depresi, anak bersembunyi di balik senyuman.
5. Kekhawatiran tentang terlihat lemah
Anak dengan kondisi ini mungkin takut bahwa jika orang lain tahu ia mengalami depresi maka mereka akan memanfaatkannya.
Anak tidak hanya khawatir bahwa orang lain akan melihatnya sebagai orang yang lemah dan rentan, namun ia juga khawatir bahwa orang lain akan menggunakan depresinya sebagai kekuatan untuk melawannya.
Anak juga lebih suka mengenakan penampilan luar yang keras daripada mengakui bahwa ia membutuhkan bantuan.
6. Takut disalahkan
Karena rasa bersalah cenderung menyertai depresi, terkadang anak merasa bahwa ia seperti melakukan sesuatu yang salah, atau entah bagaimana anak harus disalahkan karena kondisinya.
Akibatnya, anak merasa bersalah dan terkadang malu karena depresinya. Sehingga anak menyembunyikannya di balik senyuman.
7. Pandangan kebahagiaan yang tidak realistis
Media sosial menggambarkan kebahagiaan dengan cara yang tidak realistis. Banyak remaja menggulir media sosial dan melihat foto-foto orang bahagia. Akibatnya, anak tumbuh untuk percaya bahwa ialah satu-satunya orang yang berjuang dengan masalah kesehatan mental.
Anak mungkin merasa lebih terisolasi dari sebelumnya, dan itu yang dapat menyebabkan anak menyembunyikan depresinya.
8. Perfeksionis
Anak yang perfeksionis seringkali ingin selalu terlihat sempurna. Dan, bagi remaja dengan smiling depression, itu berarti menyembunyikan rasa sakit atau masalah yang ia alami.
Akibatnya, berkata bahwa ia depresi berarti mengakui hidupnya kurang sempurna, dan anak tidak bisa memaksakan diri untuk menahan perasaan ini.
Tips Membantu Remaja yang Memiliki Kondisi Smiling Depression
Jika mencurigai anak memiliki kondisi smiling depression, sampaikan kekhawatiran Mama. Normalisasikan masalah kesehatan mental dan bicarakan dengan anak tentang bagaimana ia ingin mendapatkan bantuan. Mama juga perlu menawarkan dukungan emosional serta dukungan praktis.
Jika anak menolak untuk mendapatkan bantuan, Mama dapat mempertimbangkan untuk berbicara sendiri dengan terapis. Berbicara dengan terapis dapat membantu Mama mengelola stres sendiri sekaligus memperkuat strategi yang dapat digunakan untuk membantu anak.
Nah itulah beberapa informasi seputar smiling depresion pada remaja yang perlu Mama ketahui.
Anak dengan kondisi ini sering menutupi kesedihannya dengan senyuman dan tampilan luar, yang dirancang untuk menyembunyikan penderitaan batinnya.
Jika anak mengalami gejala depresi, tetapi menyembunyikannya dari orang lain, beri tahu anak bahwa ada bantuan dan ada harapan untuk kondisi tersebut. Ambil langkah pertama dan cari bantuan.
Dengan perawatan dan dukungan yang tepat, senyum yang anak miliki di luar akan segera sesuai dengan apa yang ia rasakan di dalam.
Baca juga:
- Terlihat Baik-Baik Saja, 6 Tanda Smiling Depression pada Remaja
- Gejala dan Penyebab Borderline Personality Disorder pada Anak
- Perlu Dicoba Ma, 7 Cara Mencegah Eating Disorder pada Anak