5 Alasan Mengapa Multitasking Buruk untuk Kinerja Anak saat Belajar
Bukan efektif, multitasking justru bisa menyebabkan konsentrasi anak mudah terpecah
16 Agustus 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seperti yang Mama tahu, anak remaja memiliki banyak aktivitas dan tugas setiap harinya. Sehingga baik Mama atau anak mungkin sudah tak asing dengan istilah multitasking.
Istilah multitasking diperuntukkan bagi mereka yang terbiasa mengerjakan beberapa tugas atau kegiatan dalam satu waktu bersamaan. Multitasking ini tidak mengenal batas siapa yang melakukannya, mulai dari kalangan pelajar bahkan sampai pekerja.
Meskipun sering dianggap efektif karena menyelesaikan beberapa pekerjaan dalam satu waktu, ada beberapa alasan yang membuat multitasking buruk untuk kinerja anak saat belajar. Kira-kira mengapa ya Ma?
Yuk simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum dalam lima alasan mengapa multitasking buruk untuk kinerja anak saat belajar, di bawah ini!
1. Memecahkan konsentrasi yang dibutuhkan
Setiap hal yang anak lakukan dalam waktu bersamaan tentu memiliki tingkat kesulitannya masing-masing. Misalnya, anak mengerjakan PR sambil mengobrol, menonton televisi, dan makan cemilan.
Menyikapi hal ini, anak tentu harus berkonsentrasi penuh agar apa yang menjadi tanggungannya, yaitu menyelesaikan tugas agar dapat tuntas secara optimal. Hal ini tentu akan sulit tercapai apabila anak masih menerapkan kebiasaan multitasking.
Kebiasaan melakukan semua kegiatan dalam satu waktu yang bersamaan hanya akan membuat konsentrasinya terpecah. Pada akhirnya anak mungkin malah tidak dapat fokus dengan tugas yang seharusnya dikerjakan.
Editors' Pick
2. Tubuh akan bekerja ekstra secara terus menerus hingga mengakibatkan kelelahan
Merasa kelelahan sehabis mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu merupakan hal yang wajar. Pikiran dan tenaga terkuras sehingga, karena tubuh akan kehabisan energi. Namun demikian, hal ini akan semakin terasa ketika anak masih memiliki kebiasaan mengerjakan sesuatu secara multitasking.
Perlu diketahui, mengerjakan semua tugas atau kegiatan dalam satu waktu bersamaan tentu akan sangat menyibukkan. Sehingga, mau tidak mau tubuh anak pada akhirnya akan memaksakan diri untuk bekerja di luar batas kemampuan yang seharusnya.
Jika hal ini terus dipaksakan, tentu anak dapat mengalami kelelahan baik secara fisik maupun mental.
3. Kesehatan akan terganggu
Kesehatan merupakan kunci penting dalam hidup yang tidak dapat diabaikan begitu saja, terlebih lagi bagi remaja yang memiliki banyak aktivitas.
Ketika kesehatan anak terganggu, maka semua aktivitas dan rutinitas bisa dipastikan akan terhambat. Apa yang seharusnya mungkin sudah selesai bisa jadi malah semakin terbengkalai. Lantas, apa kaitannya dengan kebiasaan multitasking?
Seperti yang disebutkan di atas, multitasking membuat anak harus memaksakan tubuh bekerja kemampuan. Pikiran dan tenaga akan bekerja berkali-kali lipat untuk menyelesaikan beberapa tanggungan dalam waktu bersamaan. Selain kelelahan, anak bisa dengan mudah terserang penyakit.
4. Pekerjaan rumah tidak terselesaikan dengan maksimal
Salah satu tujuan mengerjakan beberapa tugas maupun kegiatan secara bersamaan adalah untuk menghemat waktu sehingga cepat selesai. Dengan begitu anak mungkin bisa segera bersantai atau melakukan aktivita-aktivitas yang lainnya.
Namun, apakah kebiasaan multitasking ini adalah pilihan yang tepat?
Ketika anak mengerjakan banyak tanggungan secara bersamaan, maka fokusnya akan terbagi-bagi. Sedangkan setiap tugas sudah pasti memiliki level kesulitannya masing-masing sehingga perlu konsentrasi penuh untuk menyelesaikannya.
Apabila multitasking ini terus dilakukan, tak menutup kemungkinan bahwa tugas yang harusnya anak kerjakan justru tidak dapat terselesaikan secara maksimal.
5. Kinerja saat belajar akan menurun
Ketika ada ujian mendadak, remaja mungkin pernah menerapkan sistem belajar kebut semalam, sambil bermain gadget dan mendengarkan musik. Namun ini justru membuatnya tidak memahami materi apapun,
Ketahuilah, saat remaja mengerjakan banyak hal secara multitasking, tentu pikiran dan tenagamu akan cepat terkuras. Ketika otak sudah mengalami kelelahan dan energi sudah habis, tentu daya konsentrasi dan kemampuan untuk berfokus akan terganggu.
Ketika hal ini terjasi bisa dipastikan kinerja saat belajarnya justru semakin menurun.
Nah itulah beberapa alasan mengapa multitasking buruk untuk kinerja anak saat belajar. Meski multitasking memang sering menjadi pilihan terutama ketika banyak tugas berdatangan. Kebiasaan multitasking juga bukan suatu pilihan yang sefektif.
Setelah mengetahui lima alasan di atas, penting bagi Mama untuk mengajarkan anak tentang manajemen waktu. Seperti kapan ia beristirahat, menonton televisi, belajar, mengerjakan tugas, dan tidur. Dengan mengatur waktu dengan baik, tentunya anak akan terhindar dari dampak buruk multitasking dan memiliki kinerja yang lebih baik.
Baca juga:
- 9 Dampak Buruk Kebiasaan Multitasking pada Otak Anak
- 5 Zodiak Remaja yang Dikenal Andal dalam Multitasking
- Cara Unik Mima Shafa, Anak Mona Ratuliu saat Minta Dibelikan Tablet