Apa Itu Left Role Player (LRP) dalam Dunia Roleplayer?
Ketika anak ingin menghapus akun roleplay dan bersosialisasi di kehidupan nyata, ini caranya
20 Juni 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beragam kemudian yang didapatkan dari teknologi saat ini, membuat banyak remaja bahkan anak-anak berkomunikasi dengan teman yang lokasinya saling berjauhan tanpa perlu bertatap muka. Lewat media sosial, anak bisa menemukan beragam cara untuk bersosialisasi.
Salah satunya dengan kegiatan roleplay, singkatnya Roleplayer atau yang biasa disebut RP ini adalah kegiatan di mana anak membuat sebuah akun untuk bermain peran menjadi idola atau tokoh yang ia sukai, tujuannya pun bisa untuk bersosialisasi atau mempromosikan idola atau tokoh yang disukainya.
Seiring berjalannya waktu, ada kalanya anak mungkin merasa jenuh dan ingin berhenti dari dunia Roleplay, atau yang biasa disebut dengan LeftRole Player atau LRP.
Berikut ini Popmama.com telah merangkum beberapa penjelasan, termasuk apa itu LRP dalam Roleplayer, penyebab LRP, dan cara LRP dengan tepat.
1. Apa itu LRP atau Left Role Player?
Istilah LRP atau Left Role Player dalam Roleplayer yaitu berarti anak meninggalkan dunia kehidupan Roleplayer di dunia maya atau berhenti memainkan perannya, dengan cara mematikan akun miliknya.
Selain LRP juga ada istilah lain seperti Vakum dan Hiatus. Anak yang hiatus dari dunia RP, masih terhubung dengan grup chat namun ia tidak muncul untuk mengobrol di dalam grup tersebut. Sedangkan vakum hampir mirip dengan LRP, namun sewaktu-waktu anak bisa kembali lagi nantinya.
Jika seorang anak memutuskan untuk LRP maka ia benar-benar ingin berhenti memainkan perannya.
Editors' Pick
2. Penyebab LRP dan berhenti bermain Roleplayer
Anak yang LeftRole Play atau menghapus akun RP, bisa karena berbagai alasan. Penyebab LRP yang umum terjadi adalah karena hal berikut:
- ingin fokus ujian atau lebih fokus sekolah,
- detoks dari media sosial demi menjaga kestabilan mental,
- lebih sibuk menghabiskan waktu bersosialisasi dengan teman-teman dalam kehidupan nyata,
- sudah bosan bermain roleplayer,
- lingkungan roleplayer dianggap toxic
- anak merasa kecewa karena ada hal yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginannya
- merasa tidak nyaman karena Real Life (RL) terbongkar,
- memiliki teman-teman yang beda pandangan dengan dirinya di grup Roleplayer.