Setiap anak dapat mengalami kesepian. Ini bisa dialami akibat ada anggota keluarga yang meninggal, pindah rumah sehingga kehilangan teman lama, mengalami bullying di rumah atau di sekolah, dan lain-lain.
Mama mungkin telah mengetahui bagaimana dampak kesepian bagi manusia, yaitu merasa sendiri dan diasingkan.
Namun tak hanya itu saja. Ada sebuah penelitian telah yang menemukan bahwa praremaja dan remaja yang kesepian memiliki risiko lebih tinggi dalam mengembangkan perilaku negatif hingga depresi.
Kira-kira benarkah ini terjadi?
Untuk mengetahui informasinya, berikut Popmama.com telah merangkum jawaban seputar pertanyaan bagaimana kesepian dapat memengaruhi kehidupan anak remaja?
Yuk simak!
1. Anak berusia 10-12 tahun rentan terhadap perasaan kesepian
Freepik/DCStudio
Studi yang dilakukan oleh King's College London Studi ini menemukan bahwa mereka yang mengalami kesepian saat berusia 12 tahun lebih cenderung meninggalkan sekolah dengan nilai lebih rendah daripada mereka yang tidak mengalami kesepian.
"Studi kami menunjukkan bahwa kesepian selama masa remaja dapat berdampak serius pada kehidupan mereka selanjutnya. Pada tahun 2018, hampir setengah dari anak berusia 10-12 tahun dilaporkan merasa kesepian setidaknya beberapa waktu, dengan sebanyak 15 persen mengatakan bahwa mereka sering merasa seperti itu." ujar Timothy Matthews, penulis utama studi ini.
Meskipun remaja mungkin tampak memiliki kehidupan sosial yang kuat, mereka juga dapat menghadapi beberapa kesepian. Hal ini karena usia praremaja dan remaja sedang melalui tahap perkembangan yang berbeda, dan mereka mencoba menavigasi bagaimana menjadi orang yang mandiri.
Editors' Pick
2. Efeknya bahkan bisa bertahan disaat remaja berhenti merasa kesepian
Freepik/Wirestock
Menurut hasil penelitian tersebut, remaja yang melaporkan kesepian mulai sekitar usia 12 tahun lebih cenderung bolos sekolah dengan nilai lebih rendah daripada teman sekelas mereka yang tidak terlalu kesepian.
Studi ini menunjukkan bahwa kesepian sementara dan berkepanjangan selama masa remaja meningkatkan risiko berbagai hasil kehidupan negatif seperti melukai diri sendiri, penggunaan smartphone yang berlebihan dan kompulsif, merokok, dan kesehatan mental yang buruk secara umum.
Bahkan, efek ini bertahan jika remaja tersebut berhenti merasa kesepian di kemudian hari.
3. Enam tahun kemudian, anak yang kesepian lebih cenderung menderita depresi dan kecemasan
Freepik/Rawpixel-com
Peneliti tersebut juga merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh England and Wales via the Environmental Risk (E-Risk) Longitudinal Twin Study.
Dari sana, mereka melihat sejumlah hasil kehidupan pada saat anak-anak berusia 18 tahun, seperti kesejahteraan secara keseluruhan, perasaan kesepian, dan keberhasilan pendidikan.
Analisis itu sangat menunjukkan bahwa remaja yang berurusan dengan kesepian lebih mungkin untuk mengalami hasil hidup yang negatif daripada rekan-rekan seusia mereka.
Misalnya, pada usia 18 tahun, mereka yang mengalami kesepian selama enam tahun sebelumnya, atau di usia 12 tahun, lebih cenderung menderita depresi, kepuasan hidup yang rendah, kualitas tidur yang buruk, dan kecemasan.
4. Faktor genetik dan lingkungan yang menyebabkan anak mengalami kesepian
Freepik/bearfotos
Penelitian tersebut menemukan bahwa ada faktor genetik tertentu yang dapat menempatkan beberapa orang lebih berisiko terhadap kesepian daripada yang lain.
Sebelumnya Mama mungkin bertanya-tanya, bagaimana genetik dapat menyebabkan seorang anak mengalami kesepian. Meskipun memang tidak dapat menyebabkan anak kesepian, ini dapat memengaruhi tingkat kesepian yang anak alami.
Dilansir dari National Geographic, Abraham Palmer, Peneliti di University of California San Diego School of Medicine dan profesor kejiwaan, menjelaskan bahwa dari genetika, kita dapat menentukan seberapa kuat seseorang merasakan kesepian itu sendiri.
Selain faktor genetik, tentunya faktor lingkungan juga berperan. Lingkungan sekitar anak yang kurang menunjukkan kasih sayang dan dukungan, ditemukan lebih memiliki dampak yang besar menyebabkan kesepian, daripada apakah seseorang pindah atau keluar dari rumah.
Ini dapat membuat mereka berjuang di kemudian hari jika intervensi tidak dilakukan untuk membantu mereka.
5. Pentingnya peran orangtua dan profesional medis untuk menangani anak yang kesepian
Freepik/DCStudio
Melihat dari beberapa faktor yang bisa menyebabkan anak kesepian, rumah yang penuh kasih dan orangtua yang mendukung, memberikan pengaruh yang lebih besar pada apakah seorang anak bisa kembali produktif.
Mereka juga menemukan bahwa praremaja dan remaja yang mengalami kesepian pada usia 12 tahun, bisa kembali putih ketika ada peran orangtua atau bantuan profesional untuk segera menangani anak yang kesepian.
"Kesepian, walau sementara, bisa menjadi pengalaman yang sangat menyedihkan, dan kita harus melakukan segala upaya untuk mendukung mereka yang membutuhkannya sehingga bisa mengatasinya." ujar Timothy.
Mereka memiliki dukungan yang dibutuhkan untuk terhubung dengan orang lain, dan ini bisa berarti menemukan kelompok pendukung, mendaftarkan praremaja dalam aktivitas yang disukai sehingga dapat menemukan teman dengan minat yang sama.
Atau bahkan membiarkan anak melakukan kegiatan secara online di situs yang disetujui orangtua, sebagai tempat mereka dapat terhubung dengan orang lain.
Nah itulah jawaban atas pertanyaan bagaimana kesepian dapat memengaruhi kehidupan anak remaja. Mencegah anak kesepian bukan berarti hanya menemaninya selama 24 jam, namun bagaimana kehadiran orangtua benar-benar dirasakan.
Memiliki waktu bicara tanpa ada gangguan ponsel dan memastikan anak tahu bahwa Mama Papa akan selalu ada jika ia ingin berbicara, dapat menjadi cara yang tepat untuk mencegah rasa kesepian pada remaja.