Remaja seringkali mengalami pasang surut suasana hati. Tetapi apakah Mama mulai memerhatikan bahwa emosi anak mudah berubah dari tersinggung menjadi sangat sedih setiap beberapa hari?
Mama mungkin berpikir bahwa ini lebih dari sekadar kecemasan remaja, hingga mencurigai anak mengalami gangguan bipolar.
Sayangnya gangguan bipolar pada remaja sering tidak disadari oleh orangtua. Karena perubahan hormonal yang sering menyertai masa remaja sehingga menyebabkan pola perilaku yang mirip dengan gangguan bipolar.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut seputar bipolar pada remaja, mulai dari penyebab hingga penanganannya, berikut Popmama.com telah merangkum informasinya di bawah ini!
1. Apa itu bipolar pada remaja?
Freepik
Melansir dari National Institute of Mental Health, gangguan bipolar adalah gangguan mental yang menyebabkan orang mengalami perubahan suasana hati dan perilaku yang nyata, dan bahkan terkadang ekstrim.
Terkadang remaja dengan gangguan bipolar merasa sangat bahagia dan semangat, dan jauh lebih energik serta aktif dari biasanya. Ini disebut periode atau episode manik.
Namun bisa juga ia merasa sangat sedih dan kurang aktif dari biasanya. Ini disebut periode atau episode depresi.
Gangguan bipolar, yang dulu disebut penyakit manik-depresif, tidak sama dengan suasana hati yang naik turun, yang umumnya dialami setiap remaja.
Perubahan suasana hati pada gangguan bipolar lebih ekstrim, seringkali tidak diprovokasi, dan disertai dengan perubahan tidur, tingkat energi, dan kemampuan berpikir jernih.
Gejala bipolar dapat mempersulit remaja untuk berprestasi sekolah dan bergaul dengan teman dan anggota keluarga. Beberapa anak dan remaja dengan gangguan bipolar mungkin mencoba melukai diri sendiri atau mencoba bunuh diri.
Namun dengan pengobatan dan penanganan yang tepat, remaja dengan gangguan bipolar dapat mengelola gejala dan menjalani kehidupan yang lebih baik.
2. Tanda-tanda atau gejala gangguan bipolar pada remaja
Freepik
Gejala episode manik sangat berbeda dengan episode depresi.
Meskipun remaja dengan gangguan bipolar mengalami perubahan suasana hati dengan cara yang sama seperti orang dewasa, satu perbedaannya adalah remaja cenderung lebih mudah tersinggung daripada gembira selama episode maniknya.
Melansir dari Healthline, tanda seorang remaja dengan gangguan bipolar yang mengalami episode manik, adalah sebagai berikut:
Memiliki temperamen yang sangat pendek
Berbicara dengan bersemangat dan cepat tentang banyak hal yang berbeda
Tidak dapat fokus
Cepat melompat dari satu topik ke topik lain
Tidak bisa tidur tetapi tidak merasa lelah
Merasa sangat bahagia atau bertindak konyol dengan cara yang tidak biasa
Melakukan hal-hal kompulsif seperti belanja online
Sedangkan, tanda yang dialami remaja selama episode depresi, adalah sebagai berikut:
Merasa tidak berharga, kosong, dan bersalah
Merasa sangat terpuruk dan sedih
Mengeluh tentang sakit perut, sakit kepala, atau sakit dan nyeri lainnya
Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
Memiliki sedikit atau tidak ada energi
Mengalami kehilangan konsentrasi
Bimbang
Tidak memiliki minat dalam kegiatan atau bersosialisasi dengan teman-teman
Makan berlebihan atau tidak makan sama sekali
Berpikir banyak tentang kematian dan bunuh diri
Kebanyakan orang didiagnosis dengan gangguan bipolar pada masa remaja atau dewasa, namun gejalanya dapat muncul lebih awal di masa kanak-kanak. Gangguan bipolar sering bersifat episodik, tetapi biasanya berlangsung seumur hidup.
Tanda dan gejala gangguan bipolar mungkin tumpang tindih dengan gejala gangguan lain yang umum terjadi pada anak-anak muda, seperti attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD), masalah perilaku, depresi berat, dan gangguan kecemasan.
3. Penyebab gangguan bipolar pada remaja
Freepik
Hingga saat ini, penyebab pasti gangguan bipolar masih belum diketahui. Tetapi beberapa faktor dapat meningkatkan risiko gangguan bipolar pada remaja:
Gen keluarga
Remaja dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan bipolar, berrisiko terkena penyakit ini. Misalnya, jika Mama atau saudara kandung memiliki gangguan bipolar, maka kemungkinan besar remaja akan mengembangkan kondisi tersebut.
Namun, perlu diingat bahwa tidak semua anak mengembangkan bipolar, meski memiliki rkeluarga dengan gangguan ini.
Struktur otak
Meskipun dokter tidak dapat menggunakan pemindaian otak untuk mendiagnosis gangguan bipolar, para peneliti telah menemukan perbedaan halus dalam ukuran dan aktivitas otak pada orang yang memiliki kondisi tersebut.
Para ilmuwan juga percaya gegar otak dan cedera kepala traumatis dapat meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar.
Faktor lingkungan
Peristiwa traumatis atau stres, seperti kematian anggota keluarga, dapat memicu episode bipolar pertama. Hormon stres dan cara anak remaja menangani stres, juga dapat berperan dalam kemunculan penyakit tersebut.
Editors' Pick
4. Kondisi yang mungkin terjadi saat anak memiliki gangguan bipolar
Pexels/Pixabay
Remaja dengan gangguan bipolar dapat memiliki beberapa masalah pada waktu yang bersamaan. Ini termasuk:
Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan
Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Remaja yang memiliki gangguan bipolar dan ADHD mungkin mengalami kesulitan untuk tetap fokus.
Gangguan kecemasan.
Terkadang perilaku ekstrem bisa sejalan dengan episode suasana hati. Selama episode manik, remaja dengan gangguan bipolar mungkin mengambil risiko ekstrem yang biasanya tidak mereka ambil, atau yang dapat menyebabkan bahaya atau cedera.
Selama episode depresi, beberapa anak muda dengan gangguan bipolar mungkin berpikir untuk kabur dari rumah hingga berpikir untuk bunuh diri.
5. Proses diagnosa gangguan bipolar pada remaja
Freepik/DCStudio
Untuk mendiagnosis gangguan bipolar tentu saja tidak menggunakan tes darah atau tes medis. Melainkan dengan mengajak remaja berkonsultasi dengan psikolog atau pskiater.
Mereka mengajukan pertanyaan tentang suasana hati, pikiran, perasaan, dan kesehatan remaja secara keseluruhan. Selain itu, mereka bertanya tentang apa yang anak lakukan dalam hidup dan masalah yang dialami.
Mereka mendengarkan dan berbicara dengan remaja, dan dengan orangtua. Mereka juga memeriksa kondisi lain yang dapat menyebabkan gejala mood.
Untuk mendapatkan hasil diagnosa, umumnya memerlukan beberapa kunjungan. Jika dokter menemukan anak menderita bipolar, mereka akan membicarakannya lebih banyak dengan Mama.
Setelah itu akan menjelaskan rencana perawatan yang dapat membantu anak menangani kondisinya.
6. Penanganan untuk remaja dengan bipolar
Pexels/Anastasia Shuraeva
Melansir dari Kids Health, perawatan untuk remaja dengan gangguan bipolar meliputi obat-obatan dan terapi bicara.
Obat dapat membantu menjaga suasana hati tetap stabil. Tetapi dengan sendirinya, obat saja tidak cukup. Seseorang dengan bipolar membutuhkan terapi bicara juga. Terapi setiap orang disesuaikan dengan apa yang mereka butuhkan.
Terapi membantu remaja menetapkan tujuan dan mencari cara untuk mencapainya. Dalam terapi, remaja melacak kemajuan. Sehingga tak sedikit yang menemukan kekuatan yang mereka tidak tahu bahwa mereka memiliknya.
Jika memungkinkan, Mama dan Papa ikut serta dalam perawatan. Ini membantu Mama dan Papa memahami suasana hati remaja dan cara terbaik untuk merespons.
Ini dapat membantu keluarga mengurangi konflik, berhubungan lebih baik, dan merasa lebih dekat.
7. Pilihan terapi yang bisa dilakukan dengan remaja
Freepik
Anak remaja mungkin mendapat manfaat dari menjalani terapi. Berbicara dengan terapis dapat membantu remaja mengelola gejala, mengungkapkan perasaan, dan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang yang dicintai.
Masih dilansir dari Healthline, ada beberapa jenis perawatan terapi:
Psikoterapi
Ini dikenal sebagai terapi bicara, dapat membantu anak remaja mengatasi stres yang terkait dengan gangguan bipolar.
Itu juga dapat membantunya mengidentifikasi masalah yang dapat diatasi selama sesi. Remaja dengan gangguan bipolar dapat mengikuti sesi individu atau pergi ke sesi terapi kelompok.
Terapi perilaku dialektis
Satu jenis terapi bicara yang disebut DBT (Dialectical Behavior Therapy/terapi perilaku dialektis) dapat membantu. Dalam terapi ini, remaja bisa belajar keterampilan mengatur suasana hati.
Misalnya, mereka dapat belajar untuk:
Menjadi lebih sadar akan emosi dan pikiran mereka
Mengelola emosi mereka (alih-alih memikirkan emosi yang menyakitkan atau mencoba menyingkirkannya)
Mengatasi emosi yang kuat dengan cara yang sehat
Mengatur dan ikuti rutinitas yang membantu menjaga suasana hati tetap stabil
Sabar dan baik pada diri mereka sendiri
Merawat diri dengan cara yang positif
Bergaul lebih baik dengan orang lain
Terapi perilaku kognitif
Terapi ini dapat membantu anak remaja mempelajari keterampilan memecahkan masalah dan cara mengubah pikiran dan perilaku negatif menjadi positif.
Terapi interpersonal
Terapi interpersonal juga dikenal sebagai terapi ritme interpersonal dan sosial. Ini berfokus pada meminimalkan perselisihan keluarga dan gangguan dalam rutinitas sehari-hari atau ritme sosial yang dapat memicu episode baru.
Terapi yang berfokus pada keluarga
Ini membantu keluarga bekerja melalui emosi dan tekanan yang intens. Ini juga menawarkan pemecahan masalah atau resolusi dari konflik bagi keluarga. Ini dianggap sebagai jenis terapi terbaik untuk anak-anak.
7. Hal yang perlu orangtua lakukan untuk menangani anak dengan bipolar
Freepik/rawpixel.com
Meski gangguan bipolar dapat berlangsung seumur hidup, seiring waktu, gejala remaja dapat membaik. Pastikan orangtua dan keluarga terdekat bersikap suportif dan sabar dapat membantu.
Dilansir dari Stanford Medicine dan Healthline, berikut hal-hal yang dapat orangtua lakukan untuk membantu anak:
Catat dan simpan semua janji temu remaja dengan psikolog/psikiater/penyedia layanan kesehatan.
Ambil bagian dalam terapi keluarga sesuai kebutuhan.
Bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan remaja, tentang penyedia lain yang mungkin akan terlibat dalam perawatan remaja. Anak mungkin mendapatkan perawatan dari tim yang mungkin termasuk staf sekolah, konselor, terapis, pekerja sosial, psikolog, dan psikiater. Tim perawatan remaja akan bergantung pada kebutuhannya, dan seberapa serius depresinya.
Beri tahu orang lain tentang gangguan bipolar pada remaja. Bekerja samalah dengan penyedia layanan kesehatan dan sekolah untuk membuat rencana perawatan.
Berhubungan dengan orangtua lain yang juga memiliki remaja dengan gangguan bipolar dapat membantu. Jika Mama merasa kewalahan atau stres, bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan tentang kelompok dukungan, terutama untuk mengasuh anak dengan gangguan bipolar.
Bersabarlah dan baik hati. Meski Mama mungkin merasa frustrasi dengan anak, tetapi pastikan untuk bersikap tenang dan sabar agar mereka merasa didukung.
Dorong anak remaja untuk terbuka. Beri tahu bahwa tidak apa-apa membicarakan apa yang dialami, dan buatlah rumah menjadi zona bebas penilaian. Ini juga dapat membantu memperkuat hubungan Mama dan remaja.
Dengarkan anak dengan hati-hati dan dengan kasih sayang. Anak merasa dicintai dan didukung saat ia tahu bahwa Mama mendengarkan perasaannya dengan hati terbuka.
Membantu melacak suasana hati dan gejala. Mama dan anak dapat bekerja sama untuk melacak bagaimana perasaannya dan intensitas suasana hati. Ini dapat membantu Mama, anak, dan terapis, lebih memahami gangguan tersebut dan membuat perubahan yang diperlukan untuk perawatan.
Bantu anak mengembangkan rutinitas sehari-hari dan gaya hidup sehat. Makan dengan benar, tidur nyenyak, dan menghindari obat-obatan dan alkohol membantu anak remaja Anda mengelola gangguan mereka dengan lebih baik.
Tanggapi semua gejala depresi, mania, dan bunuh diri dengan sangat serius. Dapatkan perawatan segera. Bunuh diri adalah darurat kesehatan. Bicaralah dengan penyedia layanan kesehatan remaja untuk informasi lebih lanjut.
Cari tahu siapa yang harus dihubungi, dan apa yang harus dilakukan jika anak remaja memiliki pikiran untuk bunuh diri. Siapkan rencana darurat.
Nah itulah informasi seputar bipolar pada remaja yang perlu Mama ketahui. Jika menurut Mama, anak mungkin menderita gangguan bipolar, segera bicarakan dengan dokter. Semakin cepat anak memulai perawatan, maka semakin cepat ia dapat mulai mengelola gejalanya.
Jadikan gangguan bipolar pada remaja sebagai peluang untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang perilaku anak remaja. Dukungan orangtua membuat remaja akan belajar mengelola gejalanya dan mulai membangun kehidupan yang lebih kuat dan lebih sehat.