5 Cara Melatih Otak Anak agar Terbiasa Berpikir Optimis
Jangan biarkan kesalahan di masa lalu menghambat anak untuk melangkah ke depan
27 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tak dapat dipungkiri bahwa memasuki usia pelajar, banyak anak-anak yang mengalami tekanan. Mulai dari tuntutan pekerjaan rumah, ujian, kompetisi, hingga menjadi siswa yang berprestasi. Meski sudah kewajiban pelajar untuk belajar, tak jarang anak merasa pesimis dan kurang percaya diri.
Sikap pesimis yang muncul akibat dari kegagalan, kesalahan, bahkan kekalahan selama proses belajar pun bisa membuat anak menyerah dalam mencapai impiannya. Anak juga bisa meragukan diri sendiri dan takut akan masa depan.
Jika larut dalam pemikiran seperti ini, anak tentu akan sulit bergerak maju. Oleh karena itu jangan biarkan hal ini terjadi pada anak mama ya! Ada beberapa hal yang bisa Mama tanamkan pada anak agar ia bisa berpikir optimis.
Nah kali ini Popmama.com telah merangkum lima cara melatih otak anak agar terbiasa berpikir optimis. Yuk simak!
1. Mengucapkan kalimat afirmasi positif setiap pagi
Kalima afirmasi merupakan pernyataan yang terus diucapkan pada diri sendiri sehingga diyakini benar adanya. Secara tidak langsung, afirmasi membentuk identitas diri seorang anak. Afirmasi juga membantu anak untuk melawan stres dan pikiran negatif yang menghancurkan diri sendiri.
Nah sebagai permulaan, anak mungkin merasa canggung untuk mengucapkan kalimat ini pada diri sendiri. Sehingga Mama dapat mulai memberikan kalimat afirmatif positif ini pada anak sebelum berangkat sekolah.
Misalnya, "kamu harus yakin kalau kamu pasti bisa" atau sesederhana "Jangan berhenti berjuang". Jika ini rutin diberikan, anak akan mengembangkan pemikiran positif bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu.
Akhirnya kalimat ini menjadi mantra positif untuk membangun mood dan semangat anak setiap hari. Jika dilakukan secara konsisten, ini bisa menambah kepercayaan diri dan membuat anak jauh lebih produktif. Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai pun akan semakin lebih dekat.
Editors' Pick
2. Berdamai dengan keadaan dan fokus pada hal-hal yang bisa anak kendalikan
Sebagai orang dewasa, mungkin Mama sudah menyadari bahwa dalam hidup ini penuh dengan berbagai hal yang berada di luar kendali. Menang atau kalah, berhasil atau gagal, bahkan perilaku orang lain bukanlah hal yang bisa dikendalikan.
Alih-alih stres karena hal eksternal, penting bagi remaja yang memiliki energi berlebih untuk menyimpan energi tersebut, agar ia bisa fokus terhadap diri sendiri. Beri tahu anak bahwa ia tidak boleh membuang-buang waktu mengurusi hal yang ada di luar kendalinya.
Ia juga harus belajar berdamai dengan diri sendiri dan keadaan bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan.
Pemikiran ini membantu anak untuk terus melangkah dan tetap melakukan yang terbaik walau dunia sedang tidak baik-baik saja.