Cara Menghadapi Toxic People. Penting untuk Anak Ketahui
Membuat anak merasa lemah dan tidak berdaya saat berkomunikasi dengan mereka
22 September 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orang pasti pernah bertemu, atau bahkan berteman dekat, dengan toxic people. Tidak hanya orang dewasa juga, namun juga anak-anak.
Toxic people tersebut tidak akan ragu menusuk anak dengan “racunnya”, yang dapat membuat anak merasa jadi tidak berharga atau lelah secara emosional.
Jika lama kelamaan dibiarkan, mental anak bisa terpuruk dengan temannya tersebut. Bagaimana cara menghadapi toxic people?
Berikut ini Popmama.com akan membahas tentang ciri-ciri teman yang beracun dan cara untuk menghadapinya dengan tepat. Simak infonya yuk!
Apa yang Disebut dengan Toxic People?
Toxic people adalah sebuah perilaku seseorang yang toksik atau hubungan yang toksik. Orang yang disebut sebagai toxic people itu selalu mengeluh setiap saat. Tak jarang juga menyalahkan orang lain atas permasalahan yang terjadi.
Mereka dapat terus menerus menciptakan drama atau konflik dalam hubungannya bersama anak, seolah-olah tidak kenal kata damai. Berhadapan dengan teman yang seperti itu, akan menghabiskan energi anak.
Bukannya menikmati hubungan yang sehat, anak malah harus terus membantu dan menghibur mereka. Setelah mendapatkan dukungan, mereka akan kembali mengusik anak dengan perilaku dan obrolan negatif yang membuat hati semakin lelah.
Bagaimana Anak Bisa Bertemu dengan Toxic People?
Dalam kehidupan, semua anak pasti pernah mengenal dengan orang-orang yang toxic tersebut. Mungkin anak bahkan berteman dekat dengan mereka, di pergaulan nyata, di dunia maya, atau mereka juga bisa anggota keluarga sendiri.
Menjauhi toxic people memang tidak semudah yang dibayangkan. Bagaimana jika mereka merupakan teman sekolah anak atau teman satu lingkungan yang sering bermain bersama., atau apabila mereka adalah orangtua atau sahabat anak sendiri?
Ciri-Ciri Toxic People yang Perlu Anak Ketahui:
Menurut para ahli, ciri-ciri toxic people yang utama meliputi:
- Selalu mementingkan diri sendiri
- Melakukan kekerasan secara nonfisik
- Melakukan kekerasan secara emosional (emotional abuse), seperti meremehkan, mengkritik, mengontrol, menyalahkan, dan lainnya.
- Tidak jujur.
- Dan cenderung tidak mampu menunjukkan empati.
Editors' Pick
Cara untuk Mengetahui apakah Anak sedang Berhadapan dengan Toxic People
Toxic people dapat diibaratkan sebagai maling dari energi positif. Mudah sekali untuk mengetahui apakah teman anak termasuk toksik atau tidak. Mama bisa menanyakan anak beberapa pertanyaan di bawah ini:
- Setiap kali kamu berbicara dengan mereka, apakah kamu merasa lelah, takut, marah, dan pesimis?
- Apakah setelah mengobrol, kamu merasa tidak berdaya?
- Apakah mereka sering mengeluh?
- Apakah mereka selalu membesar-besarkan masalah kecil hingga memicu konflik?
- Apakah mereka kerap mencari-cari kesalahan dalam diri kamu?
Jika terdapat satu atau lebih jawaban yang benar, bisa dipastikan teman tersebut ‘beracun’ untuk anak. Anak yang memiliki gangguan mental, misalnya depresi, akan mudah terkena efek dari toxic people.
Pasalnya, anak yang menderita masalah kejiwaan sangat sensitif pada emosi negatif. Mengelilingi diri dengan teman-teman yang toxic akan membuat anak yang mengidap gangguan mental merasa lebih lemah dan labil.
Untuk menghadapi teman yang toxic, anak bisa melakukan hal-hal di bawah ini:
1. Jangan mengikuti permainan yang sering dilakukan oleh teman yang toxic
Menyalahkan orang lain atas segala hal adalah salah satu jenis ‘permainan’ yang sering dilakukan oleh teman-teman yang toxic. Daripada mendapatkan kritikan, mereka akan memutarbalikkan fakta dan bersikap sebagai korban alias playing victim.
Mungkin akan lebih mudah bagi anak untuk mengiyakan atau tersenyum demi menghindari konflik. Tapi sikap ini justru akan membuat teman yang toxic akan semakin sering melakukannya. Atau lebih buruk, mereka menganggap anak sebagai target empuk.
Pastikan bahwa mereka tahu kalau anak tidak setuju dengan pendapat mereka. Ungkapkan ketidaksetujuan ini dengan baik, dan hindari menuduh langsung. Kemungkinan besar orang toxic tidak akan menerima pendapat omongan anak.
Tapi tidak apa, karena cara ini dapat membuat mereka berpikir ulang untuk terus mengganggu anak.
2. Belajar untuk berani katakan tidak
Berkata “tidak” mungkin adalah hal yang sulit untuk anak lakukan. Entah karena tidak enak atau kasihan dengan temannya. Tapi jika tidak dilakukan pada toxic people, hal ini bisa menjadi bumerang untuk anak.
Ada kalanya teman yang toksik melakukan segala cara agar anak bisa menuruti keinginannya. Mereka tidak bisa menerima kata tidak dari mulut orang lain. Sehingga ajarkan anak untuk tetap pada pendiriannya, dan berlatih untuk mengatakan tidak pada mereka.
Semakin sering anak melakukannya, akan semakin mudah pula terbiasa. Dengan selalu berkata tidak, teman yang toksik lama kelamaan akan menyadari bahwa anak tidak menyukai perilaku mereka.
3. Membatasi komunikasi agar anak menjadi lebih tenang dan positif
Toxic people selalu merasa bahwa mereka satu-satunya orang di dunia ini yang memiliki masalah. Tak ragu mereka juga akan menyeret orang lain untuk ikut tenggelam bersama.
Mereka bahkan tidak segan untuk menuduh orang lain tanpa rasa bersalah.
Tentu saja hal ini akan membuat anak lelah secara emosional. Jika anak ingin menjadi lebih tenang dan positif, cara terbaiknya adalah dengan membatasi komunikasi dengan mereka.
4. Membuat batasan tentang apa yang dapat anak terima dan tidak
Selain itu, berikan batasan mengenai apa yang dapat anak terima dan tidak. Misalnya, anak tidak masalah jika harus mendengar temannya mengeluh, namun ia tidak akan tinggal diam jika sampai di-bully.
Terkadang, sedikit kompromi bisa menjadi cara yang lebih baik. Namun, tetaplah membuat batasan agar anak tidak ikut-ikutan menjadi negatif.
5. Membicarakan langsung dengan temannya tersebut
Jika anak memiliki hubungan dekat dengan orang yang berperilaku toksik, berbicara dari hati ke hati mungkin bisa menjadi salah satu cara untuk membangun mereka atau memulihkan hubungannya. Anak mungkin bisa mengatakan bahwa sikap mereka merugikan atau memengaruhi orang di sekitar mereka.
Jika mereka terlihat menyangkal, dorong mereka untuk menemui orangtua atau psikolog supaya akar dari perilaku atau masalah mereka bisa diketahui. Psikoterapi dapat membantu orang untuk mengidentifikasi mengapa mereka terlalu toksik.
Mereka juga bias belajar untuk mengelola emosi dengan cara yang lebih sehat. Jika perilaku teman mereka tidak kunjung berubah, mungkin ini saatnya bagi anak dan dirinya untuk saling menjauh sementara waktu.
Awalnya mungkin terasa sulit, terutama jika orang ini benar-benar dekat dengan anak. Namun, bukankah anak juga berhak untuk memiliki hubungan yang sehat dan bermakna?
Baca juga:
- Orangtua Hati-Hati, Pelajari 5 Hal Ini agar Tak jadi Toxic Parents
- Yuk Hindari! 6 Tipe Toxic People yang Tanpa Disadari Ada di Sekitarmu
- 5 Fakta Toxic Parents yang Berdampak Buruk pada Psikologis Anak