5 Cara Untuk Mengatasi Remaja yang Suka Pilih-Pilih Makanan
Tak hanya pada anak kecil saja, remaja juga bisa punya masalah makanan ini lho!
13 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kebanyakan orangtua tidak asing dengan kebiasaan pilih-pilih makanan, terutama pada anak kecil. Sehingga Mama akan mudah menemukan informasi yang siap membantu balita dan anak kecil mengatasi rasa takutnya terhadap makanan, dan enggan mencoba buah dan sayuran.
Tapi apa yang terjadi ketika anak yang pemilih makanan sejak kecil, saat ini sudah menjadi remaja dan masih menolak untuk mengonsumsi sebagian besar makanan yang Mama masak?
Nah jangan khawatir, ada tips-tips yang bisa dicoba para orangtua dengan anak remaja yang picky eater alias suka pilih-pilih makanan.
Jika anak remaja mama salah satunya, berikut Popmama.com akan membahas lima tips yang dapat membantu.
1. Hindari pertengkaran karena makanan
Jika anak remaja mama memiliki kesulitan untuk mencoba makanan baru atau kesulitan dengan mengatasi pola makan yang tidak teratur, kemungkinan waktu makan siang dan malam diisi dengan pertengkaran tentang makanan.
Dalam kebanyakan kasus, pertengkaran ini terjadi ketika orangtua khawatir dengan kesehatan anak dan menginginkan yang terbaik untuknya, itulah sebabnya orangtua bermaksud untuk mendorong.
Namun, dilansir dari Your Kids Table, seorang terapis okupasi pediatrik, Alisha Grogan mengatakan ini hanya membuat remaja merasa defensif dan disalahpahami. Sebaliknya, lebih baik menghentikan pertengkaran, yang mungkin menjadi hal biasa selama waktu makan.
Sebuah penelitian yang dikutip dari Moms menunjukkan, bahwa tekanan jarang berhasil untuk mendorong anak dari segala usia agar mencoba makanan baru. Faktanya, banyak remaja akan melakukan kebalikan dari apa yang diinginkan, dan memberontak.
Ketika Mama menghilangkan tekanan, Mama mungkin akan melihat perubahan dalam sikap anak pada makanan, bahkan jika ia tak langsung mencoba makanan baru. Namun, begitu anak merasa lebih percaya diri dan lebih tenang, kemungkinan besar ia akan lebih terbuka terhadap makanan baru.
Editors' Pick
2. Menjadikan makan sebagai waktu keluarga
Waktu makan keluarga tidak selalu seperti dulu, terutama bagi keluarga yang sibuk dengan pekerjaan dan studi. Namun, waktu makan adalah waktu yang tepat untuk terhubung dengan anak dan terikat sebagai sebuah keluarga.
Selain itu, waktu makan bersama keluarga bisa memotivasi remaja yang pemilih untuk mengeksplorasi makanan baru dan berbeda.
Menurut ahli patologi wicara-bahasa dan spesialis makan Heidi Miller, dalam lamannya, mengatakan waktu makan keluarga memberi anak-anak kesempatan untuk berinteraksi dengan makanan yang berbeda dari yang biasanya ia pilih.
Bahkan jika remaja tidak mengonsumsi makanan, ia masih bisa mendapatkan paparan melalui aroma makanannya, dan melihat orang lain mencoba makanan. Saat makan, Mama bahkan bisa memberikan informasi tentang tekstur dan rasa makanan kepada anak.
Dalam banyak kasus, ini membantu menghilangkan rasa takut akan hal yang tidak diketahui bagi remaja, dan memotivasinya untuk mencoba sesuatu yang baru.
Terkadang waktu makan keluarga sulit dilakukan begitu anak Anda menginjak usia remaja, tetapi Miller mengatakan bahkan jika Anda dapat melakukannya sekali atau dua kali seminggu, itu adalah kemenangan. Selain itu, pastikan untuk menghilangkan gangguan seperti perangkat elektronik dari meja selama makan bersama keluarga ini — hal ini terkadang dapat menyebabkan penghindaran.
3. Minta remaja untuk membantu Mama masak
Percaya atau tidak, banyak remaja pemilih makanan mengembangkan kebiasaan pilih-pilih makanan karena mereka takut akan hal yang tidak diketahui dalam hal makanan.
Mereka tidak tahu seperti apa rasanya hidangan tertentu atau bahan apa yang ada di dalam makanan tersebut, dan karena itu mereka tak mengonsumsinya untuk mencegah kemungkinan masalah yang bisa terjadi.
Untuk alasan ini, dilansir dari SF Gate, orangtua perlu mencoba melibatkan anak remajanya dalam proses persiapan makan sebanyak mungkin. Bahkan jika anak mama belum tahu cara memasak, ada banyak cara yang bisa ia bantu.
Misalnya, anak dapat memberikan daftar bahan makanan yang mereka sukai atau menemukan resep yang menurutnya menarik. Anak juga dapat membantu membuat daftar belanjaan dan berbelanja makanan.
Kemudian, jika waktu memungkinkan, Mama dapat mulai mengajarinya persiapan makanan dan dasar-dasar memasak sehingga dapat membantu di dapur. Semua hal ini memberikan informasi seputar makanan untuk anak.
Paparan kecil ini dapat membantu membangun kepercayaan diri anak dan mengajarinya bahwa makanan bukanlah sesuatu yang perlu ditakuti. Semakin terlibat anak dalam proses persiapan makan, semakin besar keinginannya untuk mencoba sesuatu yang baru.
4. Membicarakan ketakutannya
Terkadang hanya berbicara dengan anak, dapat membuat perubahan besar dalam memahami apa yang terjadi di dalam pikirannya.
Mama mungkin tak pernah tahu pelajaran apa yang akan didapatkan, jika tidak mengajukan pertanyaan terbuka dan secara aktif mendengarkan remaja. Meskipun ini adalah saran yang bagus secara umum, ini berguna untuk setiap orangtua yang memiliki anak remaja suka pilih-pilih makanan.
Jika bertanya apa yang ingin ia coba atau makanan apa yang belum siap dicicipi, Mama akan belajar banyak tentang sikap anak terhadap makanan.
Setelah Mama memiliki informasi tersebut, ini dapat digunakan untuk memandu persiapan makanan dan pilihan resep selanjutnya. Sehingga Mama dapat dengan sukses mengatur anak mencoba mengonsumsi makanan baru.
5. Jangan lupa untuk tetap sabar
Pada saat anak mencapai masa remajanya, kemungkinan kebiasaan makan pilih-pilihnya sudah melekat dengan dirinya, yang membuatnya lebih sulit untuk dihilangkan.
Namun, jika Mama menunjukkan kesabaran dan memegang peran sebagai fasilitator dan pendukung, alih-alih menjadi penegak, kemungkinan besar anak akan membuat kemajuan karena dukungan Mama.
Nah itulah beberapa cara mengatasi anak remaja yang suka pilih-pilih makanan. Menghadapi anak remaja memang tidak pernah mudah, apalagi ketika kebiasaan ini sudah melekat dalam dirinya sejak kecil, yang membuat Mama khawatir dengan kecukupan nutrisi yang anak dapatkan.
Namun, dengan pendekatan yang tepat dan sedikit kesabaran, Mama dapat membantu anak remaja mengatasi rasa takutnya terhadap makanan dan mulai mengonsumsi pola makan yang seimbang.