Dampak Covid-19, Tercatat 13 Persen Anak Alami Depresi Selama Pandemi
Gejalanya seperti mudah sedih, menyalahkan diri sendiri, mudah marah dan lain-lain
6 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung selama lebih dari setahun ini banyak berdampak pada semua kalangan usia termasuk pada anak-anak.
Banyaknya perubahan aktivitas, seperti melakukan kegiatan pembelajaran secara daring, mengurangi waktu bermain di luar rumah, dan menjauhi tempat-tempat kerumunanan.
Tanpa disadari, perubahan aktivitas ini berdampak pada mental seorang anak.
Seorang psikolog anak, Seto Mulyadi mengatakan sebanyak 13 persen anak mengalami depresi selama pandemi Covid-19.
Angka ini diperolehnya dari survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Untuk mengetahui informasinya, Popmama.com telah merangkum selengkapnya di bawah ini:
1. Kak Seto melihat pembelajaran daring berdampak pada kegelisahan atau rasa cemas anak
Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto mengatakan sebanyak 13 persen anak mengalami depresi selama pandemi Covid-19, berdasarkan survei yang dilakukan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
"(Belajar) daring ini memiliki banyak masalah yang berdampak pada kegelisahan atau rasa cemas anak, susah tidur, sulit makan, bosan, marah-marah, malas belajar, dan lainnya," ujar Kak Seto dalam Webinar Kelompok Kerja Pendidikan Anak Usia Dini (Pokja PAUD) Jawa Barat, yang dilansir dari Kompas.com.
Editors' Pick
2. Anak perempuan mengalami gejala depresi lebih tinggi dengan persentase 14 persen
Sementara itu, menurut Survei Ada Apa Dengan Covid-19 (AADC-19) Jilid 2 tahun 2020 yang dilansir dari KPPPA, persentase anak perempuan mengalami gejala depresi adalah sebanyak 14 persen, sementara anak laki-laki sekitar 10 persen.
Gejala emosi yang sering dialami seperti, merasa sedih (42 persen), menyalahkan diri sendiri (42 persen), mudah marah (38 persen), tidak bisa berkonsentrasi dengan baik (31 persen), tertekan (26 persen), sering menangis (20 persen), dan yang lainnya.
Selain itu, kekerasan pada anak kerap terjadi selama pandemi. Bentuk kekerasan yaitu dimarahi (56 persen), dibandingkan dengan yang lain (35 persen), di bentak (23 persen), dicubit (23 persen), dipukul (9 persen), dihina, diancam, diinjak, dan lainnya.