10 Hal Penting yang Mama Perlu Tahu saat Membesarkan Remaja
Walaupun menantang, mendidik anak remaja dengan tepat harus dilakukan
30 November 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hampir semua orang takut ketika anak mereka memasuki usia remaja, di mana adanya perubahan sikap, emosi, pencarian jati diri yang seringkali juga membuat Mama dan Papa menjadi resah. Meskipun beberapa anak biasanya tenang dan tidak banyak perubahan saat usia beranjak remaja.
Namun Mama tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Anak terlibat dalam aktivitas asing yang Mama tidak setujui hingga menghadapi tekanan teman-teman anak yang negatif, ada banyak hal yang harus ditangani.
Khawatir tentang perilaku dan sikap anak remaja Mama? Berikut Popmama.com berikan 10 hal penting untuk orangtua dalam membesarkan anak remaja dengan tepat.
1. Menyadari dan mulai memperlakukan anak sebagai orang dewasa
Sebagai orangtua, Mama harus menerima perubahan ini. Selama masa remaja, anak mengembangkan identitas diri sendiri dan belajar untuk menegaskan kemandiriannya. Anak ingin orangtua melihat lebih dari sekadar nilai dan tugasnya, dan mulai memperlakukan anak sebagai orang dewasa. Anak ingin percaya bahwa dirinya sudah seperti itu.
Kemudian saat anak sudah menganggap dirinya remaja, hindari menyebut anak dengan sebutan masa kecilnya. Seperti 'my princess', apalagi jika di depan teman-temannya. Karena anak tidak akan senang mendengarnya.
Tentu saja, menunjukkan dunia pada usia ini tidak selalu mudah, dan semuanya adalah pengalaman belajar, jadi Mama harus siap menghiburnya saat ada masalah, seperti saat hubungan persahabatan yang rusak, saat memilih keputusan yang salah, dan lain-lain. Karena di dalam hati anak, masih ada sisi anak kecil yang bersembunyi yang sedang belajar.
2. Membangun kepercayaan dua arah, antara Mama dan anak
Saat remaja melakukan kesalahan, tak jarang adanya konflik di dalam rumah, wajah cemberut, tatapan marah, dan pintu yang dibanting. Memberi kepercayaan bukanlah jalan satu arah. Baik Mama dan si Anak, perlu saling percaya dan penting untuk berkomunikasi secara terbuka.
Tetapkan harapan dan keinginan Mama. Kapanpun anak melanggar aturan, hindari berteriak dan melarang anak, namun bicaralah dengannya dengan tegas tetapi dengan tenang dengan pikiran terbuka.
Jelaskan pada anak pro dan kontra dari menjaga dan merusak kepercayaan. Misalnya, jika anak pulang sebelum jam malam, mungkin Mama dapat mengizinkan anak untuk menginap di rumah sahabatnya sebulan sekali, atau Mama dapat memperpanjang jam malamnya di akhir pekan.
Hal yang sama berlaku untuk nilai dan tugas-tugasnya. Jika anak unggul dalam studi, Mama dapat memberi anak beberapa fasilitas seperti berlibur dan menonton film. Namun jika sebaliknya, maka anak juga harus siap menghadapi konsekuensinya.
3. Menghormati dan tidak melanggar privasi anak
Semua remaja mulai tidak menyukai orangtuanya ketika ia merasa Mama atau Papa mulai bersikap terlalu protektif dan mengganggunya. Namun, bagi orangtua itu adalah sebagai cara untuk menjaga anak tetap aman dan terlindungi dari keburukan pergaulan.
Tetapi dengan membaca jurnal anak, mengintai akun media sosial dan teleponnya, dan melacak pesan anak, dapat membuat anak menjadi terganggu. Dengan berkomunikasi secara terbuka dengan anak, mudah untuk mendapatkan kepercayaan dari remaja.
Mama dapat mengawasi aktivitas anak tanpa terlihat terlalu kuat. Tanamkan beberapa aturan dan beri tahu anak bahwa akan ada konsekuensinya jika dilanggar. Siapkan kontrol orangtua di komputer dan setel batas waktu layar.
Meskipun penting untuk memercayai anak remaja, penting juga baginya untuk memahami bahaya dan perangkap komunikasi online dan media sosial. Bantu anak memahami seperti apa bullying dalam segala bentuknya, fisik, emosional, psikologis, dan versi online, sehingga anak dapat mengidentifikasinya.
4. Ajak anak untuk berkomunikasi, dan jaga jalur komunikasi tetap terbuka
Apapun hubungan Mama dan anak sekarang, dibandingkan dengan dulu, teruslah berkomunikasi dengannya. Meskipun akan menjadi diskusi satu arah di sebagian besar waktu, ajukan pertanyaan untuknya. Ajak untuk berhenti menggunakan gadget, lalu berbicara dan tertawa bersama anak
Intinya, tetaplah berkomunikasi dan jaga jalur komunikasi tetap terbuka. Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, Mama bisa terus meyakinkan anak bahwa Mama masih benar-benar peduli, dan Mama ingin tahu apa yang terjadi dalam hidup anak.
Meskipun anak belum siap untuk terbuka kepada Mama, tetapi pada titik tertentu ia akan siap. Saat anak ingin melakukannya, akan sangat membantu jika Mama ada di sana dan menunggunya.
Editors' Pick
5. Bersabarlah pada setiap perubahan pemikiran remaja
Masa remaja adalah masa perubahan besar bagi mereka yang menjalaninya. Perubahan pada pemikiran remaja, adalah yang paling signifikan dari semuanya. Hal ini karena otak remaja berada dalam keadaan gejolak yang serius, dengan penyambungan ulang selama masa tersebut.
Jadi, berkat perubahan struktural otak inilah, remaja berperilaku seperti dirinya saat ini dan hampir sepanjang waktu. Tentu saja, tidak pernah benar-benar ada alasan untuk berperilaku buruk atau keputusan buruk.
Jadi terlepas dari itu semua, ingatlah untuk bersabar. Ambil napas, jika perlu pergi jalan-jalan, tinggalkan ruangan, bersabarlah di atas segalanya.
6. Tunjukkan minat Mama pada hobi dan subjek favorit anak
Mengekspresikan minat pada hobi, dan subjek favorit anak, adalah cara yang baik untuk terhubung dengan anak remaja. Ini juga memungkinkan anak untuk membicarakannya dengan Mama.
Bertanya, bersiaplah untuk mendengarkan, menunjukkan minat, perhatikan setiap ada pameran atau pertunjukan yang akan menarik minat anak.
Biarkan anak remaja Mama tahu bahwa Mama peduli dengan minatnya. Persiapkan diri, meskipun, anak mungkin memiliki minat dan hobi baru yang berbeda setiap hari.
7. Biarkan anak bereksperimen, dan hanya katakan 'tidak' pada sesuatu yang penting
Remaja adalah usia anak untuk bereksperimen. Jika Mama menghentikan setiap kali anak menginginkan perubahan, itu hanya akan membuatnya memberontak. Sebaliknya, hindari membuang energi dan tetapkan batasan serta ekspektasi yang ketat pada masalah serius seperti alkohol, narkoba, dan tato.
Pelatihan kedewasaan, melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan dan hidup dengan konsekuensinya. Tidak ada waktu yang lebih baik untuk mempelajarinya selain pada usia remaja.
Walaupun sulit untuk membiarkan anak bereksperimen dengan dirinya sendiri, namun buatlah hal tersebut sebagai pengalaman belajarnya, dan hanya katakan “tidak boleh” pada sesuatu yang benar-benar penting.
8. Jangan ragu untuk membicarakan tentang perubahan bentuk tubuh dan seks pada anak
Jangan ragu untuk 'membicarakannya’ dengan anak. Semakin awal mereka tahu, semakin baik. Hormon-hormon remaja melonjak tinggi selama masa pubertas. Anak mungkin merasa takut dan bingung tentang apa yang terjadi pada tubuhnya.
Sebaiknya diskusikan hal-hal tertentu seperti menstruasi dan mimpi basah sebelum benar-benar dimulai. Jika anak tidak mengetahuinya dan tiba-tiba terjadi, anak bisa panik dan merasa malu. Namun, Mama tidak harus memberi tahu semuanya sekaligus.
Pada saat remaja, anak mungkin memiliki pemikiran yang baik tentang 'fakta kehidupan'. Namun, pastikan anak benar-benar mendapatkan fakta yang sebenarnya, jujur, dan terbuka. Jika Mama merasa malu saat membicarakan seks dengan anak remaja, mungkin gunakan buku sebagai titik referensi awal.
Biasanya keingintahuan anak tentang seks dan seksualitas tidak hanya membutuhkan tindakan, tetapi juga tentang bagaimana keputusan, emosi, dan interaksi berperan. Beri tahu anak, bahwa Mama dapat menjawab pertanyaan yang anak miliki, dengan semua kejujuran.
Alih-alih menutupi semuanya dengan mengatakan, 'jangan tanya' dan 'karena Mama melarangnya', pastikan anak tahu tentang seks yang aman, tindakan pencegahan, dan konsekuensi dari tindakannya.
9. Membiarkan rumah terbuka untuk tempat berkumpul anak dan teman-temannya
Remaja dan teman-temannya akan selalu membutuhkan tempat untuk berkumpul. Apakah itu hanya bermain, menonton serial TV, atau mengerjakan proyek sekolah bersama. Bukalah rumah untuk anak remaja dan teman-temannya.
Tak hanya membantu Mama untuk mengetahui di mana anak berada, tetapi Mama juga bisa mengetahui dengan siapa anak bergaul. Bersiaplah untuk memiliki lemari es kosong yang diserbu terus-menerus.
10. Percayalah pada insting Mama ketika anak menutupi sesuatu yang tidak beres
Pada akhirnya, ingatlah Mama adalah orangtua dan anak remaja. Jangan lupa bahwa posisi dan pengalaman hidup Mama memang memberikan keunggulan. Mama benar-benar tahu apa yang terbaik untuk anak dan apa yang tidak.
Jangan biarkan tangisan dan teriakan anak melunakkan Mama. Mengasuh anak adalah pekerjaan yang menantang dan menuntut, serta bisa membuat orangtua frustrasi. Ambil alih ketika Mama tahu anak telah melewati batas. Jika ada yang tidak beres, percayalah pada penilaian dan insting Mama sendiri.
Akan ada hari-hari ketika remaja membuat keputusan yang salah dan Mama tidak akan bisa melakukan apa-apa. Dan Mama akan sangat merindukan anak kecil yang dulu selalu mengandalkan Mama setiap waktu.
Pada saat-saat ini, Mama akan merasa prihatin atas kedekatakan yang dulu dimiliki dengan anak, sementara yang dimiliki sekarang hanyalah remaja yang kebanyakan tidak ingin dekat dengan orangtuanya. Namun, pahami Ma, bahwa fase ini juga akan berlalu, dan anak nantinya akan kembali kepada pelukan Mama.
Baca juga:
- Bolehkah Remaja Perempuan Mama Menggunakan Tampon?
- 7 Alasan Mengapa Remaja Perempuan Sangat Menyukai Billie Eilish?
- 5 Cara Membuat Anak Remaja Tidur Lebih Nyenyak