IDAI Belum Rekomendasikan Sekolah Tatap Muka pada Juli 2021
Perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia yang kembali meningkat
29 April 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah lebih dari satu tahun penyebaran pandemi Covid-19 di dunia, masyarakat kembali diingatkan bahwa pandemi masih berlangsung dengan melonjaknya kasus tsunami Covid-19 di India.
Dilansir dari hindustantimes.com, Covid-19 menyebabkan 1 orang meninggal setiap 3 menit.
Sebagai langkah penanggulan Covid-19 di Indonesia, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan aktivitas dari rumah, termasuk untuk anak sekolah. Di mana setiap siswa harus mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan sistem sekolah daring atau online.
Dalam rangka memasuki tahun ajaran baru di Juli 2021, hingga saat ini Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) belum merekomendasikan Pembelajaran Tatap Muka (PMT) dilangsungkan. Imbauan ini mempertimbangkan perkembangan pandemi Covid-19 di Indonesia.
Berikut Popmama.com telah merangkum informasi selengkapnya, di bawah ini:
1. IDAI menilai bahwa perkembangan pandemi Covid-19 yang kembali meningkat
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tetap belum merekomendasikan pelaksanaan sekolah tatap muka pada Juli 2021. IDAI menilai bahwa perkembangan pandemi Covid-29 di Indonesia masih kembali meningkat.
Sebelumnya berdasarkan surat keputusan empat Menteri, telah diputuskan bahwa sekolah tatap muka sudah bisa dilakukan, khususnya bagi sekolah yang sudah memberikan vaksinasi Covid-19 pada tenaga pendidik.
Dengan mempertimbangkan hak anak berdasarkan konvensi Hak-hak Anak dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Keputusan Presiden No. 36 Tahun 1990. Secara nasional, perkembangan Covid-19 kembali meningkat, kemudian muncul temuan kasus varian baru, serta cakupan vaksinasi yang masih belum mencapai target.
Maka IDAI menilai kebijakan membuka sekolah atau melangsungkan pembelajaran tatap muka belum aman diterapkan.
"Melihat situasi dan penyebaran Covid-19 di Indonesia, saat ini sekolah tatap muka belum direkomendasikan," ungkap Ketua Umum IDAI Aman B. Pulungan melalui keterangan resmi.
Editors' Pick
2. Agar sekolah kembali dibuka, IDAI memberikan persyaratan rasio positif kurang dari 5 persen
Kemudian IDAI juga memberi persyaratan jika sekolah tatap muka kembali dilaksanakan, sebaiknya saat transmisi lokal Covid-19 telah terkendali. Hal ini ditandai dengan positivity rate kurang dari 5 persen, serta menurunnya tingkat kematian.
"Persyaratan untuk dibukanya kembali sekolah antara lain terkendalinya transmisi lokal yang ditandai dengan positivity rate kurang lebih 5 persen dan menurunnya tingkat kematian," kata Aman.
Sedangkan pada bulan Maret lalu, pemerintah menyatakan, dengan kumulatif kasus positif sebanyak 1.657.035 per Rabu (28/4), dengan rasio positif atau positivity rate masih dalam kisaran 12,4 persen.
3. Penggunaan metode pembelajaran campuran alias blended learning
IDAI juga menyarankan, jika pemerintah harus tetap melangsungkan pembelajaran tatap muka pada bulan Juli 2021, pihak sekolah harus menyiapkan metode pembelajaran campuran, atau blended learning, di mana menggabungkan metode luring (offline) dan daring (online).
Aman juga mengingatkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran baik secara daring maupun luring harus menerima perlakuan dan pemenuhan hak yang sama.
"Guru dan sekolah hendaknya mencari inovasi baru dalam proses belajar mengajar. Misalnya memanfaatkan belajar di ruang terbuka seperti taman, lapangan, sekolah di alam terbuka," ujarnya.
4. Panduan jika tetap ingin melaksanakan sekolah tatap muka
IDAI juga memberikan panduan pada pihak penyelenggara, orangtua, dan evaluator jika ingin melaksanakan sekolah tatap muka. Berikut beberapa pandunannya yang dilansir dari suara.com:
- Semua guru dan pengurus sekolah yang berhubungan dengan anak dan orangtua atau pengasuh harus sudah divaksin Covid-19
- Buat kelompok belajar kecil. Kelompok ini yang berinteraksi secara terbatas di sekolah dengan tujuan jika ada kasus konfirmasi maka kontak racing dapat dilakukan secara efisien.
- Jam masuk dan pulang bertahap untuk menghindari penumpukan siswa di jam masuk dan pulang sekolah. Kelompok belajar kecil dapat datang dan pulang di waktu yang sama.
- Penjagaan gerbang dan pengawasan yang disiplin guna menghindari kerumunan di gerbang sekolah.
- Jika menggunakan kendaraan antar-jemput, gunakan masker dan jaga jarak serta menjaga ventilasi dengan membuka jendela mobil.
- Buka semua jendela kelas gunakan area outdoor. Jika memungkinkan dalam ruang dengan sirkulasi tertutup direkomendasikan menggunakan high efficiency particulate air (HEPA) filter.
- Membuat pemetaan risiko berupa siswa dengan komorbid, orangtua siswa dengan komorbid atau tinggal bersama lansia, maupun guru dengan komorbid serta kondisi kesehatan atau medis. Anak-anak dengan komorbiditas atau penyakit kronik sebaiknya tetap belajar secara daring. Contoh komorbiditas seperti diabetes mellitus, penyakit jantung, keganasan, penyakit autoimun, HIV, penyakit ginjal kronik, penyakit paru kronik, obesitas, dan sindrom tertentu.
- Idealnya sebelum membuka sekolah semua anak maupun guru dan petugas sekolah dilakukan pemeriksaan swab. Secara berkala dilakukan pemeriksaan swab ulangan untuk quality control Protokol kesehatan di sekolah.
- Jika ada anak atau guru atau petugas sekolah yang memenuhi kriteria suspek, harus bersedia untuk dilakukan pemeriksaan swab.
Walaupun vaksinasi telah berlangsung, pandemi Covid-19 masih dapat menyerang siapapun, termasuk anak-anak. Hindari mengorbankan anak di musim pandemi saat ini, tetap terapkan protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, untuk melindungi kesehatan anak dan keluarga.
Baca juga:
- Selamatkan Masa Depan Anak Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19
- Perlu Tahu, 8 Fakta Seputar Demam dan Covid-19 pada Balita
- Berbeda dengan Orang Dewasa, Ini Gejala Covid-19 pada Anak Menurut WHO