Setiap anak diberkahi dengan tingkat kecerdasan yang berbeda-beda. Ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari faktor genetik hingga lingkungan.
Bukan rahasia umum lagi bila lingkungan sekitar bisa secara signifikan memengaruhi keterampilan otak seorang anak dan bagaimana cara ia berpikir. Menariknya, keterampilan otak ini juga memengaruhi dari bagaimana anak mengatur kebiasaannya setiap hari.
Walaupun kecerdasan tidak dapat sepenuhnya diukur hanya dengan kebiasaan yang dilakukan sehari-hari, ada pola kesamaan dalam kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang cerdas.
Dilansir dari The Healthy, berikut Popmama.com telah merangkum adalah kebiasaan orang cerdas. Apakah anak mama termasuk?
1. Memiliki meja belajar yang berantakan
Freepik/Rawpixel.com
Mama mungkin akan berpikir seorang anak yang cerdas akan terorganisir dan diatur dengan rapi, namun ini mengatakan hasil yang sebaliknya.
Dalam sebuah eksperimen dari University of Minnesota, orang-orang di lingkungan yang berantakan menghasilkan lebih banyak ide kreatif daripada mereka yang berada di tempat yang rapi.
Menurut sang penulis studi, Kathleen Vohs, PhD, lingkungan yang tidak teratur tampaknya menginspirasi untuk membebaskan diri dari tradisi, yang dapat menghasilkan wawasan baru. Lingkungan yang teratur, sebaliknya, mendorong rasa bermain aman.
Kreativitas adalah salah satu sifat yang cenderung dimiliki oleh orang yang lebih pintar, dan sebaliknya, hal itu sebenarnya dapat menyebabkan kekacauan, tambah Jonathan Wai, PhD, seorang ilmuwan peneliti di Duke University Talent Identification Program (TIP).
2. Suka begadang
Freepik/user21856044
Sebuah studi dari London School of Economics and Political Science menemukan bahwa orang yang cenderung tidur lebih lambat, memiliki IQ yang lebih tinggi. Alasannya adalah banyak orang pintar yang cenderung tertutup, dan suka bangun larut malam untuk berpikir dan menyelesaikan masalah tanpa ada gangguan.
Namun jika anak lebih suka belajar di waktu siang atau sore hari, ingatlah untuk tetap tidur selama tujuh hingga sembilan jam. Begadang mungkin adalah salah satu pola hidup yang dianggap tidak sehat bagi para orangtua. Terlebih lagi jika anak begadang untuk bermain game atau menonton film.
3. Tidak suka mendengar suara mengunyah
Freepik/Maophotostocker
Pernahkah anak merasa risih ketika mendengar seseorang makan keripik dengan suara yang keras? Atau berharap orang di sebelahnya berhenti mengunyah permen karetnya?
Nah, ada alasan ilmiah di baliknya, dan jika itu terjadi mungkin anak memiliki tingkat intelektual yang tinggi.
Sebuah studi dari Northwestern University menemukan bahwa orang-orang yang diuji dengan kognisi kreatif yang tinggi, cenderung memiliki ketidakmampuan untuk menyaring informasi sensorik yang tidak relevan. Mereka dianggap memiliki gerbang sensorik yang "bocor".
Dr. Wai menduga bahwa ini mungkin berhubungan dengan alasan yang sama bahwa orang pintar yang cenderung begadang, lebih suka bekerja tanpa gangguan.
Editors' Pick
4. Suka mencoret-coret
Freepik
Kebiasaan orang pintar lainnya adalah mencoret-coret. Menurut Sunni Brown, penulis The Doodle Revolution, ini adalah alat berpikir yang dapat memengaruhi pemrosesan informasi dan pemecahan masalah.
Gagasan ini didukung oleh penelitian ilmiah, di mana sebuah studi dari Inggris di tahun 2009 menemukan bahwa orang dapat mengingat 29 persen lebih banyak informasi jika mereka mencoret-coret.
Mencoret-coret tanpa berpikir, memiliki manfaat untuk memori, dan juga memberi otak cara visual untuk mengekspresikan konsep dan emosi.
5. Suka mengkritik diri sendiri dan rendah diri
Pexels/Pixabay
Kita cenderung berpikir bahwa orang cerdas itu percaya diri. Tetapi penelitian menunjukkan bahwa mungkin tidak demikian.
Dalam sebuah studi penting tahun 1999 dari Cornell University, para ilmuwan menemukan bahwa orang yang tidak kompeten tidak dapat mengenali ketidakmampuan mereka sendiri, yang menyebabkan penilaian diri meningkat. Ini telah dikenal sebagai efek Dunning-Kruger.
Sedangkan, studi ini juga menemukan bahwa orang yang sangat kompeten cenderung meremehkan kemampuannya. Mereka dapat mengenali ketika tidak mengetahui sesuatu. Ini terjadi ketika mereka tahu banyaknya pengetahuan di luar sana.
Alih-alih terlalu percaya diri, seorang yang cerdas cenderung mengkritik diri sendiri dan rendah diri.
6. Seringkali melamun
Freepik
Meskipun para ilmuwan sebelumnya berpikir bahwa melamun secara negatif mempengaruhi kinerja otak, penelitian baru menunjukkan bahwa mungkin tidak demikian.
Sebuah studi dari University of California menemukan bahwa ketika diberi tugas yang menuntut, peserta yang mengambil istirahat untuk tugas-tugas ringan bernasib lebih baik pada tugas aslinya.
Para peneliti berteori bahwa memberi otak "masa inkubasi", dengan membiarkannya melamun selama tugas tanpa berpikir, meningkatkan pemecahan masalah dan kreativitas.
Beberapa cerita penemuan ilmiah telah menyebutkan pentingnya melamun dapat membuat seseorang menjauh dari masalah, mendapatkan perubahan pandangan, dan membantu pikiran menemukan cara yang berbeda untuk melihat masalah dan berpotensi meningkatkan kreativitas.
Jadi, jika melamun adalah salah satu kebiasaan anak mama, ia mungkin memiliki keterampilan kreatif dan pemecahan masalah yang lebih tinggi.
7. Kerap berbicara pada diri sendiri
Freepik/Karlyukav
Anak mungkin berpikir bahwa bergumam pada diri sendiri membuat ia tampak konyol, tetapi pada kenyataannya, itu mungkin merupakan tanda kemampuan berpikir, ingatan, dan persepsi yang lebih tinggi.
Dalam studi dari University of Wisconsin dan University of Pennsylvania, peneliti meminta partisipan untuk mengingat dan menemukan objek. Mereka lebih mampu mengingat daftar objek yang harus dicari jika mereka menyebutkan nama-nama objek dengan lantang.
“Bahasa bukan hanya sistem komunikasi, tetapi saya berpendapat bahwa itu dapat meningkatkan persepsi, meningkatkan pemikiran,” penulis studi Gary Lupyan, PhD.
Ia melanjutkan bahwa dengan menyuarakan nama-nama objek yang sudah dikenal, seseorang akan mengaktifkan bayangan di otak untuk membantu menemukannya.
8. Cenderung lebih penyendiri
Freepik/Pressfoto
Peneliti Inggris dan Singapura meminta 15.000 orang berusia antara 18 hingga 28 tahun untuk mengikuti survei dan tes IQ. Mereka menemukan bahwa orang yang sangat cerdas tidak bahagia dengan hidup, jika mereka sering bersosialisasi dengan teman-teman mereka.
Carol Graham, seorang peneliti Brookings Institution juga berpendapat bahwa temuan tersebut menunjukkan bahwa, mereka yang memiliki kecerdasan lebih dan kapasitas untuk menggunakannya, cenderung tidak menghabiskan begitu banyak waktu bersosialisasi, karena mereka fokus pada tujuannya.
9. Cenderung jadi pemalas
Freepik
Ternyata, kemalasan bisa jadi pertanda kecerdasan lho! Dalam sebuah penelitian dari tahun 2016, para peneliti di Universitas Florida Gulf Coast membagi 60 siswa menjadi dua kelompok sebagai pemikir dan non-pemikir.
Para peneliti mengukur yang merupakan pemikir dan non-pemikir dengan menggunakan survei yang mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang apakah mereka menganggap bahwa berpikir itu menyenangkan atau menikmati tugas-tugas yang membutuhkan daya berpikir minimal.
Penulis kemudian memantau aktivitas fisik siswa selama satu minggu. Mereka menemukan bahwa non-pemikir jauh lebih aktif secara fisik daripada para pemikir.
Penulis percaya ini mungkin karena para pemikir sangat puas dengan menghibur diri mereka sendiri secara mental, sementara mereka yang tidak berpikir cenderung lebih mudah bosan dan mengasosiasikan stimulasi mental sebagai pengalaman negatif.
Nah itulah beberapa kebiasaan orang yang cerdas.Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, setiap anak memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Inilah yang membuat, kebiasaan di atas tidak bisa disamaratakan pada setiap anak ya, Ma!
Pastikan anak memiliki kebiasaan yang sehat dan positif, agar ia bisa memaksimalkan potensi kecerdasannya dan meraih sukses di masa depan.