Selama Pandemi Kekerasan pada Anak Meningkat, Ini Kata Psikolog
Stres dan kecemasan orangtua, berdampak pada beban psikologis dan fisik anak
11 Juni 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat masa pandemi, banyak keluarga yang memilih untuk berlindung di rumah. Tak jarang orangtua yang cemas karena kesehatan, keuangan, kesejahteraan, serta pendidikan anak.
Kondisi ini juga mengurangi kesempatan anak untuk mencari pengalaman positive, serta sebisa mungkin untuk meminimalisir pengalaman yang merugikan dan melukai anak.
Namun, pandemi Covid-19, justru bisa menciptakan kondisi kekerasan pada anak yang bisa tidak terkendali, baik secara verbal maupun kekerasan fisik. Akibat banyak orangtua yang mengalami kecemasan dan tingkat stress yang meningkat.
Untuk mengetahui penyebab serta pandangan psikolog mengenai situasi ini, berikut Popmama.com berikan informasi selengkapnya di bawah ini:
1. Stres dan ketidakpastian memengaruhi orangtua yang berdampak pada beban psikologis anak
Menurut peneliti dari Universitas Michigan, stres dan ketidakpastian yang disebabkan oleh virus corona telah memengaruhi orangtua, serta anak-anak yang juga merasakan beban psikologis dan fisiknya.
Berdasarkan laporan dari Universitas tersebut, lebih banyak orangtua yang berteriak dan menjerit di depan anak-anak mereka setidaknya sekali dalam dua minggu terakhir.
Selain itu, selama jangka waktu yang sama, 1 dari 5 orangtua juga mengaku telah memukul atau menampar anak mereka.
Memarahi anak dengan keras, serta memberikan ancaman seperti mencubit, menampar, memukul, termasuk bentuk kekerasan terhadap anak.
Hal ini mungkin secara tidak sadar dapat dilakukan oleh orangtua ketika tidak mampu untuk membendung emosinya.
2. Kekerasan pada anak tergantung dari pengendalian diri orangtua dalam mengontrol emosinya
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo mengatakan jika kekerasan pada anak terjadi tergantung dari pengendalian diri orangtua dalam mengontrol emosinya.
"Semua tergantung dari bagaimana pengendalian diri jadi orang tua itu sendiri, tidak serta merta tekanan hidup membuat orang tua melakukan kekerasan pada anak," kata Vera.
Tentunya orangtua harus mengetahui, bahwa seharusnya selama karantina menjadi pengalaman positif karena membuat hubungan menjadi lebih erat, meningkatkan kesehatan anak, dan mengajak keluarga untuk tetap kompak selama pandemi berlangsung.
Tekanan atau stres saat pandemi bukan sebuah alasan bisa melakukan kekerasan secara verbal atau fisik pada anak.
Editors' Pick
3. Orangtua seharusnya menjadi pelindung dan dapat menjaga anak dari kekerasan
Saat yang bersamaan, terjadi pengalaman buruk seperti kekerasan anak, penelantaran, dan tantangan keluarga. Terutama karena tidak adanya faktor perlindungan dari orangtua yang dapat menyebabkan kekerasan berkelanjutan pada kesehatan mental dan fisik anak.
"Orangtua merupakan pelindung anak, jadi sudah semestinya orangtua menjaga anak dari kekerasan termasuk kekerasan dari orangtua itu sendiri," lanjutnya.
Menurut Vera, penting untuk orangtua agar memahami bahwa anak memiliki kemampuan yang terbatas untuk dapat mengerti tentang keadaan saat ini dan masalah yang sedang dialami orangtuanya.
4. Beberapa faktor yang menyebabkan orangtua melakukan kekerasan pada anak selama masa pandemi
Para peneliti dari Universitas Michigan meluncurkan survei online pada 24 Maret 2020. Survei ini mencakup 562 orang dewasa, 51 persen diantaranya adalah orangtua yang memiliki satu anak usia 12 tahun ke bawah. Dalam penemuannya, ditemukan beberapa fakta seperti:
- Banyak orangtua khawatir mereka tidak mampu membayar tagihan (50%) dan uang itu akan habis (55%).
- Mayoritas orangtua (52%) mengatakan masalah keuangan dan isolasi sosial (50%) merubah cara pengasuhan mereka.
- Sekitar 1 dari 5 orang tua mengatakan mereka telah menampar atau menampar anak mereka setidaknya dua kali dalam dua minggu terakhir. Mereka (12%) telah melakukan ini beberapa kali atau lebih.
- Tingkat berteriak, memarahi, dan menjerit pada anak-anak tinggi, dengan 4 dari 10 orangtua mengatakan mereka telah melakukan ini beberapa kali atau lebih dalam dua minggu terakhir.
- Ketika ditanya apakah perilaku ini merupakan peningkatan dari perilaku biasanya, 19% mengatakan mereka berteriak atau menjerit lebih banyak dan 15% mengatakan mereka meningkatkan penggunaan disiplin sejak pandemi.
5. Kuncinya adalah dengan meningkatkan kesadaran serta tenangkan diri selama krisis kesehatan
Sementara banyak orangtua tidak memikirkan kekerasan anak dengan cara meningkatkan kesadaran selama krisis kesehatan ini sebagai kuncinya.
"Tenangkan diri dengan menerima dengan ikhlas keadaan. Fokus pada apa yang bisa dilakukan termasuk fokus pada apa yang harus dilakukan pada anak.” jelas Vera
Vera menambahkan bahwa tugas orangtua adalah untuk menjelaskan permasalahannya agar anak menjadi paham dengan situasi yang dialami oleh orangtua.
6. Orangtua diperkenankan untuk menenangkan diri agar emosinya tidak meledak pada anak
Untuk mengatasi stres atau tekanan, orangtua sangat diperkenankan untuk menenangkan diri sejenak agar emosi tidak meledak kepada anak. Berbagi cerita dan tetap terhubung dengan orang terdekat merupakan salah satu solusi untuk meredam emosi.
"Orangtua boleh saja bilang butuh waktu sebentar untuk tenangkan diri jika emosi sudah tak tertahankan. Bicara atau berbagi cerita dengan orang yang bisa dipercaya juga bisa kurangi beban stress," ujar Vera.
Banyak keluarga yang mengalami tekanan finansial, bahkan lebih dari biasanya. Tidak apa-apa untuk berbicara dengan anak-anak tentang apa yang dialami dan apa yang Mama lakukan tentang masalah tersebut.
Bertemu dan berbagi cerita dengan seseorang yang dapat dipercaya dapat menjadi solusi untuk meredam emosi.
Itulah yang perlu orangtua pahami sebelum melakukan kekerasan pada anak selama masa pandemi. Jangan biarkan anak menjadi korban karena tekanan kondisi saat ini. Sehat selalu ya, Ma.
Baca juga:
- Kasus Kekerasan Terhadap Anak Meningkat Selama Pandemi Covid-19
- Waspada! Kekerasan Anak Secara Online Meningkat saat Pandemi
- Ini Conduct Disorder, Kelainan Mental yang Bikin Anak Suka Kekerasan