Ketika anak perempuan mama mulai beranjak remaja, maka penting sekali untuk melakukan pembicaraan tentang seks, rambut, bau, dan perubahan bentuk tubuh lainnya, agar anak tidak terkejut ketika pubertas mulai datang.
Umumnya remaja perempuan mulai mengalami menstruasi pada usia 10 sampai 14 tahun. Memberi pemahaman seputar menstruasi yang tepat dapat membantu anak lebih tenang saat melalui tahap-tahap awal masa pubertas.
Ketika membahas menstruasi, ada beberapa mitos yang muncul seputar menstruasi yang perlu diluruskan, agar anak tidak salah paham dengan apa yang terjadi pada dirinya.
Mitos 1: Selalu datang pada 'waktu itu dalam sebulan'
Freepik
Pertama-tama, penting untuk dipahami bahwa siklus menstruasi remaja perempuan tidak selalu sama dengan waktu menstruasinya.
Waktu sebenarnya seorang perempuan mengalami perdarahan dikenal sebagai menstruasi, tetapi siklus menstruasinya adalah seluruh waktu dari satu periode, dan mulai ke periode berikutnya.
Meskipun beredar luas bahwa siklus menstruasi perempuan berlangsung selama 28 hari, itu hanyalah angka rata-rata.
Dilansir dari Healthline.com, beberapa siklus perempuan ada yang lebih lama, dari 29 menjadi 35 hari, sementara yang lain bisa lebih pendek.
Kondisi seperti perjalanan, fluktuasi berat badan, emosi, dan pengobatan juga dapat memengaruhi saat menstruasi terjadi.
Jadi, mitos tentang bagaimana menstruasi selalu datang di waktu yang sama tidaklah tepat. Setiap periode seperti setiap perempuan, masing-masing memiliki keunikannya.
Mitos 2: Rasa sakit saat menstruasi sama seperti sakit pada umumnya
Freepik
Rasa sakit yang didapatkan selama suatu periode menstruasi itu nyata. Ini bukan hanya seperti sakit kepala saja, bahkan beberapa perempuan harus tidak sekolah dan meringkuk di tempat tidur, berharap kram di perut akan mereda, karena seburuk itu.
Kondisi ini bahkan memiliki nama medis, yaitu dismenore.
Faktanya, sekitar 20 persen perempuan mengalami dismenore yang cukup parah hingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Kondisi ini memengaruhi kemampuan remaja perempuan untuk berkonsentrasi, membuat lebih cemas, dan tidak menyenangkan.
Mitos 3: Perubahan suasana hati hanya sugesti saja
Freepik/Nakaridore
Ada perubahan fisik yang sangat nyata pada tubuh perempuan ketika menstruasi. Pada hari-hari menjelang awal menstruasi seorang perempuan, atau "PMS", tingkat estrogennya menurun, sementara tingkat progesteronnya meningkat tajam.
Estrogen terkait dengan serotonin atau"hormon bahagia", dan progesteron yang terkait di bagian otak dalam menyebabkan ketakutan, kecemasan, dan depresi.
Efek hormon pada suasana hati itu rumit, dan meskipun progesteron dapat menekan beberapa emosi, ia memiliki efek penyeimbang suasana hati. Mungkin anak hanya menganggap perubahan suasana hati hanya sebagai "sugesti", tetapi perubahan suasana hati yang disebabkan oleh hormon memang nyata.
Editors' Pick
Mitos 4: Perubahan hormon mendefinisikan perempuan
Freepik
Bicara soal hormon, perempuan sudah lama dituding sebagai "hormonal". Bahkan seringkali dianggap roller coaster, untuk menjelaskan perilaku perempuan.
Tetapi perlu diketahui bahwa setiap manusia memiliki hormon, dan tidak ada yang suka ketika hormonnya dikacaukan, bahkan laki-laki.
Dalam menjelaskan hormon ini, beberapa remaja laki-laki pun juga mengalami tumbuh jerawat serta gangguan emosi.
Mitos 5: Darah menstruasi adalah darah kotor
Freepik
Darah menstruasi bukanlah cairan tubuh atau cara tubuh membuang racun. Anggap saja sebagai sekresi vagina yang berkembang, ada sedikit darah, jaringan rahim, lapisan lendir, dan bakteri.
Darah haid sangat berbeda dengan darah yang bergerak terus menerus melalui pembuluh darah vena.
Faktanya, darah menstruasi adalah darah yang kurang pekat, yang memiliki lebih sedikit sel darah daripada darah biasa.
Mitos 6: Hanya perempuan yang mengalami menstruasi
Freepik
Mungkin Mama terkejut bukan mendengar mitos yang satu ini? Namun tidak setiap perempuan mendapatkan menstruasi, dan tidak setiap perempuan yang mengalami menstruasi menganggap diri mereka perempuan.
Laki-laki transgender mungkin masih mendapatkan menstruasi, seperti halnya perempuan transgender yang mungkin tidak mengalami menstruasi. Menstruasi tidak selalu hanya menjadi masalah "perempuan", namun ini adalah masalah manusia.
Mitos 7: Menstruasi adalah masalah pribadi
Freepik/Kwanchaichaiudom
Menstruasi adalah krisis kemanusiaan, bukan masalah pribadi. Pada tahun 2014, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa kebersihan menstruasi adalah masalah kesehatan pada masyarakat.
Banyak perempuan yang tidak memiliki akses ke kebersihan yang layak, sumber daya, dan dukungan yang mereka butuhkan selama menstruasi.
Dilansir dari Healthline.com, di India, anak perempuan bolos sekolah 1-2 hari setiap bulan karena menstruasi, yang dapat mempengaruhi pendidikan dan masa depan mereka secara drastis.
Mitos 8: Menstruasi adalah kondisi memalukan
Freepik/Lazy_bear
Jika anak bisa berhenti berpikir bahwa periode itu menjijikkan, memalukan, dan kotor, mungkin ini bukan krisis kemanusiaan. Tapi kenyataannya, perempuan memiliki sejarah panjang rasa malu yang harus diatasi.
Bahkan hal ini tertanam dalam perilaku, seperti malu ketika membeli pembalut di tempat umum. Mama bisa membicarakan pada anak bahwa tidak perlu malu dan berbisik untuk meminta pembalut pada teman, atau menyembunyikan pembalut di lengan bajunya.
Mama perlu melakukan peran dalam mengubah perilaku tersebut dan membuang stigma pada menstruasi. Bagaimanapun, menstruasi dan keseimbangan hormon adalah yang membantu perempuan tetap awet muda. Menstruasi adalah bagian dari jawaban tubuh untuk memperlambat penuaan dan bahkan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Kini sampaikan informasi mitos menstruasi yang terjadi pada remaja di atas pada anak perempuan mama, agar ia tidak perlu khawatir ketika masa menstruasinya datang! Semoga informasinya bermanfaat ya, Ma!