Ketika seorang remaja muda memulai siklus menstruasinya, itu tidak selalu mudah. Terkadang, pada kenyataannya, transisi menjadi seorang perempuan dewasa bisa sangat menyakitkan bagi anak perempuan.
Hal inipun dirasakan oleh seorang anak di Inggris bernama Izzy yang harus pergi ke sekolah walaupun mengalami nyeri menstruasi. Melihat anaknya yang tidak nyaman pergi ke sekolah, Marcus Alleyne membuat petisi yang menyerukan sekolah untuk lebih memerhatikan nyeri menstruasi seperti penyakit lainnya.
Hingga Kamis (14/10/21) petisi ini telah mendapatkan lebih dari 80.000 tanda tangan.
Apakah anak mama juga mengalami hal serupa? Berikut Popmama.com telah merangkum informasi selengkapnya dan cara mengatasi nyeri menstruasi pada remaja di bawah ini!
1. Petisi ini dimulai saat ketidakhadiran Izzy akibat sakit menstruasi yang dianggap tidak sah
Freepik
Perjuangan Orangtua Izzy, Marcus Alleyne, dimulai beberapa minggu yang lalu ketika Izzy, yang tinggal dan bersekolah di Cornwall, Inggris, "sakit dua kali lipat" dan "tidak bisa tidur" karena nyeri haid.
Aleyne berpikir bahwa yang terbaik adalah Izzy tak sekolah terlebih dahulu dan tinggal di rumah ketika ia masih kesakitan.
Saat meminta ijin, Alleyne terkejut ketika seorang staf di sekolah memberi tahu bahwa ketidakhadiran Izzy akan dianggap "tidak sah."
Editors' Pick
2. Alleyne memutuskan untuk berjuang demi putrinya dan banyak orang lain yang terpengaruh
Freepik/Jcomp
Alleyne, yang memiliki tiga putri, memutuskan untuk berjuang demi putrinya dan banyak orang lain yang mungkin terpengaruh oleh kebijakan tersebut.
Hingga akhirnya pada Kamis (7/10/21) minggu lalu, Alleyne membuat sebuah petisi online berjudul "Period Pains (dysmenorrhea) need to be a legitimate reason for absence in schools" (Nyeri Haid (dismenore) harus menjadi alasan yang sah untuk tidak hadir di sekolah)
"Kami memiliki gagasan bahwa jika itu adalah penyakit atau kondisi lain, itu akan didokumentasikan sebagai penyakit bukan sebagai bentuk ketidakhadiran yang tidak sah," kata Alleyne dalam sebuah wawancaranya dengan Sky News.
3. Ia menganggap kebijakan sekolah dapat membahayakan siswa dari seluruh spektrum gender
Freepik/Gpointstudio
Dalam petisinya, Alleyne mengatakan kekhawatirannya terhadap bahwa banyak staf di sekolah atau pejabat kepemimpinan senior yang bergender laki-laki, sehingga tidak memiliki pengetahuan seputar kondisi tersebut pada akhirnya mengabaikan kesejahteraan fisik, emosional, dan akademik para siswanya.
Ia juga menunjukkan bahwa kebijakan ini tak hanya berbahaya bagi anak perempuan yang lahir secara biologis perempuan yang diidentifikasi sebagai perempuan, tetapi siswa di seluruh spektrum gender.
"Berapa banyak siswa perempuan, trans, dan non-biner muda yang diberhentikan dalam lingkungan pendidikan, sebagai akibat dari kurangnya pengalaman mereka terhadap menstruasi, dan secara sepihak sekolah memutuskan bahwa ketidaknyamanan mereka tidak masalah?" tanya Alleyne dalam petisinya.
4. Seminggu setelah petisi dibuat, Alleyne mendapatkan lebih dari 80.000 pendukung
Freepik/ilin_sergey
Petisi yang dimulai Alleyne pada minggu lalu ini membuat puluhan ribu netizen yang menandatangani petisi tersebut, hingga kini telah mencapai lebih dari 80.000 tanda tangan. Tak sedikit dari mereka juga memberikan dukungan berupa komentar di kolom petisinya.
"Saya berharap saya dapat menandatangani petisi ini jutaan kali. Tidak hanya semua poin yang valid dan penting, tetapi saya sangat sangat bangga, bahwa ini telah diutarakan dan ditangani oleh seorang pria," tulis satu orang.
"Ini bukan salah kami, kami mengalami menstruasi. Kami tidak bisa menahan gejalanya," ujar komentar yang lain.
"Saya menderita. Putri saya menderita, dan sekarang cucu perempuan saya juga menderita ... itu menyakitkan kami ketika kami masih harus mengirimnya ke sekolah. Remaja perempuan menderita dalam diam karena sekolah tidak mengakui bahwa ini adalah masalah yang sah," ujar orang lain.
Dilansir dari Parents, terdapat survei di tahun 2018 yang mengatakan 60 persen perempuan mengatakan mereka merasa malu saat mendapatkan menstruasi.
Para ahli khawatir rasa malu ini dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan mental orang yang sedang menstruasi. Salah satu cara terbaik orangtua dapat membantu menghentikannya? Lakukan persis seperti yang dilakukan Alleyne, memperdalam pengetahuan dan mengutarakan kebenaran.
Selain itu, Mama juga bisa membantu remaja untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri akibat menstruasi. Coba beberapa tipsnya di bawah ini!
Tips Mengatasi Sakit Akibat Menstruasi pada Remaja
Freepik
Menstruasi yang dialami oleh remaja perempuan dapat menyebabkan beberapa gejala yang tidak nyaman. Karena ini dapat dialami di sebagian besar waktu, maka tak ada alasan untuk khawatir. Namun, ada cara yang dapat Mama lakukan untuk membantu anak mengatasi masalah menstruasinya.
Dilansir dari Kids Health, berikut beberapa tips mengatasi nyeri menstruasi pada remaja:
Untuk membantu rasa ingin terus makanan: Makan diet seimbang dengan banyak buah dan sayuran segar.
Untuk meredakan kembung: Kurangi garam dalam makanannya.
Untuk meredakan kegelisahan atau kecemasan: Hindari kafein dan banyak berolahraga.
Untuk membantu mengatasi sakit punggung, sakit kepala, atau nyeri payudara: Cobalah memberikan bantal pemanas hangat atau acetaminophen (Tylenol atau merek toko), ibuprofen (Advil, Motrin, atau merek toko), atau naproxen (Aleve atau merek toko), dengan dosis yang dianjurkan
Untuk bersantai: Cobalah yoga atau meditasi.
Untuk mencegah dan mengobati jerawat: Mulai menerapkan skincare untuk remaja, namun sebaiknya melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter kulit untuk mengetahui kebutuhan kulit anak.
Bantu gadis remaja mama untuk melacak menstruasinya, misalnya dengan menggunakan kalender, aplikasi, atau menuliskannya di buku catatan. Sehingga anak tahu apakah itu teratur, dan menyiapkan diri ketika periodenya akan tiba.
Hubungi dokter jika nyeri, sakit, atau kram akibat menstruasi yang anak rasakan sampai mengganggu aktivitas seperti biasanya.