7 Penyebab Perilaku Boros atau Konsumtif pada Anak Remaja
Segera cari tahu apa penyebab anak suka boros, agar bisa langsung diatasi ya Ma!
4 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Beberapa remaja kini telah dianggap mandiri dan diberikan tanggung jawab seperti mengelola keuangan pribadi. Umumnya uang ini didapatkan dari uang saku atau uang yang didapatkan saat ulang tahun dan Hari Raya dari keluarga.
Meski ada beberapa anak yang cenderung menabung uangnya, ada beberapa anak yang suka menggunakan uangnya untuk membelanjakan sesuatu tanpa pertimbangan dan perencanaan yang matang.
Yup, inilah yang disebut sebagai perilaku konsumtif atau gaya hidup yang berlebihan. Selain boros, perilaku konsumtif juga menyebabkan anak kesulitan dalam mengelola keuangannya saat dewasa kelak.
Untuk mencegah atau mengatasi perilaku ini, penting bagi Mama untuk mengenali apa saja penyebab perilaku konsumtif pada anak.
Berikut Popmama.com telah merangkum 7 penyebab perilaku boros atau konsumtif pada anak remaja. Yuk simak!
1. Pengaruh lingkungan terdekat anak
Hal yang paling mendasari perilaku anak yang konsumtif adalah lingkungan terdekatnya, baik itu keluarga atau sahabat dekat. Anak akan memiliki sifat konsumtif ketika keluarga atau temannya berisi orang-orang yang juga berperilaku demikian.
Hal ini cukup sulit dikendalikan karena lingkungan yang seharusnya memberikan contoh yang baik justru memberikan contoh yang tidak patut ditiru.
Misalnya, kebiasaan orangtua untuk selalu menuruti permintaan anak bisa memberi akibat jangka panjang, yaitu membuat anak menjadi manja, pembangkang dan tentunya konsumtif.
2. Iri dengan kehidupan orang lain
Sikap iri menandakan keinginan untuk menjadi seperti orang lain tetapi tidak mampu. Bukannya ikut bahagia atau sekadar mengucapkan selamat, anak yang iri hati justru selalu tertantang jika orang di sekitarnya memiliki sesuatu atau sebuah pencapaian baru.
Anak yang iri hati juga akan merasa kalah saat melihat orang lain memiliki barang yang tidak ia miliki. Untuk itu anak berusaha bersaing dengan memiliki sesuatu yang sama, bahkan lebih dari itu, meski barang tersebut bukanlah sesuatu yang dibutuhkan.
Inilah yang membuat pengeluaran yang seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan penting, justru digunakan untuk membeli barang kurang penting.
Akibatnya secara tak langsung anak telah berperilaku konsumtif hanya karena ingin menyaingi orang lain.
Editors' Pick
3. Ingin membuat orang lain terkesan
Terkait dengan poin sebelumnya, perasaan iri hati biasanya berlanjut dengan perasaan haus oleh pengakuan dari orang lain.
Anak menganggap bahwa lingkungan sosialnya akan lebih memerhatikannya jika ia memiliki hal-hal yang hebat dan mewah. Oleh karena itu, anak yang iri hati biasanya akan meminta pengakuan atau pujian dari orang-orang di sekitarnya.
Akibatnya, anak akan terus melanjutkan sikap konsumtifnya dengan membeli barang-barang di luar kebutuhan demi mendapatkan pujian dan sanjungan dari orang lain
4. Masih belum bisa memahami skala prioritas
SIkap konsumtif juga bisa disebabkan ketika anak belum bisa memhami skala prioritas, alhasil ia tidak mengerti apa yang menjadi kebutuhan utamanya, dan cenderung mendahulukan hal yang tidak terlalu dibutuhkan.
Terkadang anak juga hanya memikirkan kebutuhan yang digunakan dalam jangka pendek. Terlebih lagi karena ia merasa aman dengan terpenuhinya segala hal yang diinginkan, terutama ketika kebutuhannya masih dikelola oleh orangtua.
Namun ingatlah bahwa hal ini hanya berlaku untuk waktu yang singkat, karena bagaimana pun juga anak harus bisa belajar keuangannya sendiri.
Sehingga, lebih baik bagi orangtua untuk mengajarkan anak mana kebutuhan yang harus didahulukan dan mana yang bisa dipenuhi di lain waktu.
5. Mudah tergiur iklan dan trik marketing
Mama mungkin telah menyadari bahwa banyak strategi marketing saat ini yang mengalami kemajuan. Banyak pihak penjual barang dan jasa yang semakin menguasai trik untuk menarik minat pembeli.
Termasuk dengan memasuki sisi psikologis calon pelanggan dengan menawarkan produk mereka sebagai solusi dari apa yang menjadi permasalahan.
Tak hanya itu saja, banyak juga bahasa-bahasa iklan yang kian variatif untuk membuat anak merasa harus membeli produk tersebut.
Untuk itu sebagai calon pembeli, anak mama harus memiliki wawasan untuk memilah kebutuhan apa saja yang perlu ia beli sebelum mulai berbelanja. Jangan sampai ia kalap dan tergiur dengan barang-barang di luar kebutuhan.
Kalaupun barang tersebut dibutuhkan, anak juga tidak boleh mudah percaya dengan janji produk yang diiklankan. Penting untuk cari tahu secara mendalam sebelum membeli, supaya nantinya ia tidak menyesal telah membeli sesuatu untuk hal yang sia-sia
6. Merasa bosan
Bosan adalah salah satu alasan bagi anak untuk pergi berbelanja atau menjelajahi aplikasi belanja online.
Hal itu tidak menjadi masalah jika barang-barang yang dibeli adalah kebutuhan, namun akan menimbulkan sifat konsumtif jika pada akhirnya anak berbelanja barang di luar kebutuhan hanya demi mengusir rasa bosan, atau membeli barang-barang yang membuatnya penasaran.
Terkadang 'lapar mata' bisa membuat anak semakin sulit mengendalikan diri dan akhirnya tergiur untuk membelanjakan hasil tabungannya.
Memang, tak ada salahnya berbelanja selama itu masih terkendali, namun alangkah lebih baik jika Mama megningatkan anak, agar bisa mengisi waktu luang dan mengusir rasa bosan dengan melakukan hobi atau aktivitas yang bermanfaat.
7. Ingin membelikan hadiah untuk diri sendiri
Mama mungkin masih asing dengan kata self reward. Yup, ini adalah kebiasaan memberikan penghargaan kepada diri sendiri setelah mencapai sesuatu yang sebelumnya telah direncanakan atau telah melakukan tindakan yang patut diapresiasi.
Tentu saja ini bukanlah hal yang salah, justru merupakan hal baik sebagai bentuk self love untuk membuat diri makin semangat untuk terus memperbaiki diri.
Namun, sayangnya self reward kini semakin sering disalah artikan. Sehingga anak terbiasa untuk membeli banyak barang dengan boros di setiap waktu, dan membuat self reward hanya sebagai alasan untuk bisa berperilaku konsumtif sesuka hati.
Daripada membiasakan hal ini, penting bagi Mama untuk mengajarkan anak mulai menabung dan memberikan reward yang cukup bernilai untuk pencapaiannya nanti di masa depan.
Nah itulah beberapa penyebab perilaku boros atau konsumtif pada anak remaja. Meskipun adalah hak remaja untuk menggunakan uangnya yang telah dia dapatkan, ada baiknya untuk menanam kebiasaan menabung pada anak sejak dini.
Karena ketika anak terbiasa konsumtif, hal itu pasti akan merugikan anak untuk mencapai tujuannya di masa mendatang!
Baca juga:
- 5 Cara Mudah Ajarkan Anak Menabung Sejak Dini
- Kesalahan Anak dalam Mengatur Uang, Ketahui Tips Menabung yang Tepat!
- 5 Zodiak Anak yang Dikenal Paling Bijak Dalam Menabung