Sejarah dan Kisah Sunan Drajat, Berjiwa Sosial Tinggi
Sunan Drajat memilii prinsip penting saat berdakwah, yaitu 'Pepali Pitu' atau 7 Dasar Ajaran
18 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dilansir dari Indonesia.go.id, mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam. Dengan persentase 87,2 persen atau lebih dari 207 juta muslim di Indonesia. Hal ini tentu tak bisa dilepaskan dari peran para tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia.
Tentu kamu sudah tak asing dengan Wali Songo, bukan? Wali Songo adalah sebutan bagi sembilan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa.
Salah satu anggotanya, yaitu Sunan Drajat, memilki cara atau prinsip sendiri dalam menyebarkan agama Islam. Yaitu dengan cara 'Pepali Pitu' atau 7 Dasar Ajaran.
Ingin tahu seperti apa kisah dan ajaran yang dilakukan oleh Sunan Drajat?
Berikut Popmama.com telah merangkum Sejarah dan Kisah Sunan Drajat. Yuk simak!
1. Kisah hidup Sunan Drajat
Sunan Drajat lahir di Ampeldenta, Surabaya, pada 1470 M dengan nama asli Raden Qasim. Ia adalah putra bungsu dari Sunan Ampel dengan Nyi Ageng Manila. Sunan Drajat adalah adik dari Raden Maulana Makdum Ibrahim alias Sunan Bonang.
Selain memiliki nama Raden Qasim, Sunan Drajat memiliki banyak nama atau julukan lainnya. Seperti Masaikh Munat, Raden Syarifuddin, Maulana Hasyim, Pangeran Kadrajat, atau Sunan Mayang Madu.
Sunan Drajat mendapatkan ilmu agama langsung dari ayahnya, Sunan Ampel, yang memimpin pondok pesantren Ampeldenta, Surabaya. Setelah beranjak remaja, ia merantau ke Cirebon untuk berguru kepada Sunan Gunung Jati.
Di Cirebon, Sunan Drajat menikahi putri Sunan Gunung Jati yang bernama Dewi Sufiyah. Hingga kemudian, ia kembali ke Ampeldenta bersama istrinya.
Sesampainya di Ampeldenta, Sunan Ampel meminta anaknya tersebut untuk berdakwah di daerah Gresik.
Editors' Pick
2. Dikenal memiliki jiwa sosial yang tinggi
Sunan Drajat kemudian menuruti perintah ayahnya, sehingga ia meneruskan perjalanan menuju Gresik. Sunan Drajat menetap di Desa Banjarwati dan disambut baik oleh sesepuh kampung yang bernama Kiai Mayang Madu dan Mbah Banjar.
Ketika Sunan Drajat mengunjungi wilayah Jelag, Sunan Drajat mendirikan surau dan mengajar penduduk setempat. Hal ini karena daerah tersebut memiliki medan lebih tinggi dari tempat lainnya di Desa Banjarwati.
Meskipun tergolong lahir dari keluarga bangsawan, ia amat dekat dengan rakyat. Jiwa sosialnya tinggi serta mengutamakan kesejahteraan penduduk.
Sunan Drajat menekankan pada etos kerja keras dan empati berupa kedermawanan, sikap tenggang rasa, saling peduli, pengentasan kemiskinan, gotong royong, dan solidaritas sosial.
Ketika turun langsung ke masyarakat, ia juga mengajarkan banyak hal kepada warga, dari cara membangun rumah, membuat alat-alat untuk memikul orang seperti tandu atau joli, dan lain sebagainya.
Pada akhirnya, Sunan Drajat dijadikan imam pelindung oleh penduduk di pedukuhan Drajat. Sejak itulah, Raden Qasim mulai dikenal dengan nama Sunan Drajat.