Stop Bullying dengan Menanamkan Rasa Empati pada Anak
Terdapat karakteristik khusus anak-anak yang menjadi korban bully
12 Oktober 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Peran orangtua di rumah, memiliki kekuatan yang besar bagi pertumbuhan anak. Perkataan dan sifat orangtua yang ditunjukkan dan dilihat anak, cenderung sering menjadi sebuah contoh sehingga diingat dan diikuti di lingkungan luar rumahnya.
Sayangnya, terkadang orangtua sendiri secara tidak sadar bisa menjadi perilaku bullying bagi anaknya sendiri. Apalagi bagi orangtua yang suka mengevaluasi anak secara kritis dari perilaku, penampilan, atau keterampilannya. Walaupun tidak bermaksud dalam membully anaknya, namun sikap tersebut ternyata dapat menyebarkan rasa tidak percaya diri bagi anak.
Popmama Parenting Academy menghadirkan Maureen Hitipeuw dari komunitas Single Mom dan juga Katiana Taslim, M.Psi., selaku Psikolog Personal Growth dalam mengisi talkshow seputar Stop Bullying dan Body Shamming di Kalangan Anak.
"Selalu mengingatkan untuk selalu berempati, bahwa empati itu asalnya dari rumah. Perilaku anak itu cerminan dari orangtuanya juga. Harapannya anak tidak menjadi pelaku bullying. Penting banget awalnya pendidikan dasar dari rumah," ujar Maureen Hitipeuw selaku founder dari komunitas Single Mom.
Berikut ini Popmama.com merangkum informasinya berdasarkan kegiatan Popmama Parenting Academy yang dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Oktober 2019 di Summarecon Mall Serpong. Yuk dibaca!
1. Faktor penyebab anak menjadi pelaku bullying
Bullying adalah sebuah perilaku agresi yang ditunjukan pada target tertentu, biasanya ada tujuan dibalik sikap membully. Bullying bisa dilakukan secara fisik, atau dalam bentuk kata-kata verbal. Pada era modern saat ini, bullying juga dapat dilakukan di media sosial yang disebut juga dengan cyberbullying
Terdapat 2 faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam tindakan bullying. Yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri anak sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari keluarga serta lingkungannya.
Faktor internal yang mempengaruhi anak adalah keterampilan sosial anak dalam melakukan sosialisasi dengan orang lain tidak terasah dengan baik sehingga keluar perilaku yang menyimpang. Dalam hal ini, orangtua bisa memberikan edukasi untuk keterampilan sosial anak
Faktor eksternalnya adalah anak tidak memahami bagaimana cara menyelesaikan masalah tanpa kekerasan. Hal ini dipengaruhi dari anak yang tidak mendapatkan contoh yang baik dari rumah atau lingkungan di sekitarnya.
Editors' Pick
2. Karakteristik anak yang sering menjadi korban bullying di lingkungannya
Anak-anak yang menjadi pelaku bullying memiliki tujuan tertentu dalam melakukan tindakannya, biasanya terdapat karakteristik khusus bagi anak yang menjadi korban bullying oleh teman-temannya sendiri atau lingkungannya.
Beberapa karakteristik seorang anak yang menjadi tujuan pelaku bullying. Salah satu karakteristiknya adalah anak yang menjadi korban memiliki fisik atau personaliti yang berbeda sehingga anak tidak sesuai dengan kelompok teman-temannya.
"Anak yang menjadi korban bullying menjadi anak yang tertutup, sehingga tidak memiliki banyak teman. Tanamkan pada anak perbedaan itu bukan hal yang salah karena anak memiliki perbedaannya masing-masing. Namun, terkadang anak sendiri tidak merasa dapat bergaul dan tidak dapat diterima," ujar Katiana Salim.