9 Tips Mencegah Anak Mengalami Cyberbullying di Media Sosial
Cyberbullying bisa mengganggu fisik, emosional, dan nilai akademik remaja
18 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Berada dalam era digital saat ini, membuat setiap kalangan usia tak bisa lepas dari teknologi dan internet. Terlebih lagi anak-anak dan juga remaja, yang menggunakan internet sebagai salah satu cara pembelajarannya sejak pandemi Covid-19 melanda.
Penggunaan internet tak bisa dipisahkan dari media sosial, hampir setiap remaja menggunakan media sosial untuk wadah bersosialisasi jarak jauh.
Di balik kemudahannya untuk bersosialisasi, media sosial juga bisa membawa dampak berbahaya, yaitu cyberbullying.
Cyberbullying adalah masalah sosial yang berkembang dan menjadi terlalu umum di komunitas online. Dampak cyberbullying bagi remaja juga tidak bisa disepelekan, mulai dari gangguan fisik hingga gangguan mental.
Sehingga penting bagi orangtua untuk mengajarkan anak bagaimana cara menggunakan media sosial dengan tepat untuk menghindari cyberbullying.
Simak rangkuman Popmama.com tentang beberapa tips mencegah cyberbullying pada anak remaja mama, di bawah ini!
Mengapa Pencegahan Cyberbullying itu Penting?
Cyberbullying adalah tindakan yang secara sengaja dan berulang kali menimbulkan kerugian menggunakan perangkat elektronik, aplikasi game, dan platform media sosial online.
Ini sering terbentuk sebagai akun kebencian, posting media sosial yang menyakitkan, rumor dan gosip online, dan komentar jahat saat bermain game oneline. Niatnya hampir selalu untuk mempermalukan, mengancam, mengintimidasi, atau menyalahgunakan target yang dituju.
Sebuah penelitian di tahun 2014 dalam jurnal Adolescent Health, Medicine and Therapeutics, mengatakan mereka yang mengalami cyberbullying menderita sejumlah dampak yang berbeda, termasuk berjuang secara emosional, fisik, mental, dan akademis.
Berikut adalah beberapa kemungkinan dampak cyberbullying pada remaja:
- Cyberbullying adalah pemicu stres yang signifikan dalam kehidupan anak muda. Sehingga membuat remaja merasa terluka, malu, dan terkadang bahkan takut.
- Remaja sering menyalahkan diri sendiri atas siksaan dan pelecehan yang mereka alami, serta merasa sangat tertekan.
- Dapat mengalami gejala fisik sebagai respons terhadap stres, seperti sakit perut, sakit kepala, kondisi kulit, dan penyakit fisik lainnya.
- Mengalami gangguan tidur dan makan, seperti melakukan diet ketat atau makan berlebihan sebagai cara untuk mengatasi cyberbullying atau sebagai upaya untuk mengubah penampilan dengan harapan mengakhiri komentar buruk.
- Mengganggu nilai akademik dan kegiatan ekstrakurikuler. Remaja mungkin bolos sekolah atau mengalami kesulitan berkonsentrasi pada studi mereka karena cyberbullying menghabiskan seluruh waktu dan energinya.
- Korban cyberbullying juga dapat merasa sendirian dan terisolasi, atau dikucilkan di sekolah. Pada gilirannya, ini dapat memengaruhi harga diri remaja. Hingga menyebabkan pikiran untuk melukai diri sendiri dan bahkan untuk bunuh diri.
Karena risiko yang terkait dengan cyberbullying begitu membahayakan kehidupan anak, penting bagi orangtua untuk mengambil langkah-langkah untuk mencegah cyberbullying dalam kehidupan anak-anak.
1. Lindungi setiap akun dan perangkat dengan kata sandi
Dalam hal mencegah cyberbullying dan dampak media online lainnya, penting bagi remaja untuk menggunakan kata sandi dalam segala hal. Kata sandi adalah salah satu cara paling efektif untuk melindungi akun dan perangkat.
Tekankan bahwa anak bahwa ia tida boleh membagikan kata sandinya kepada siapa pun, termasuk sahabatnya. Meskipun anak mungkin mempercayai temannya, kenyataannya mungkin bisa berbeda.
Tak menutup kemungiknan bahwa teman akan datang dan pergi, dan tidak ada jaminan mereka akan menjadi teman selamanya.
2. Gunakan fitur dan pengaturan privasi
Apa pun yang dilakukan anak remaja mama secara online, pastikan ia mengetahui pengaturan privasi dan fitur yang ditawarkan oleh setiap aplikasi. Hampir setiap platform media sosial termasuk Instagram, Twitter, SnapChat, dan TikTok memiliki pengaturan privasi.
Mama dapat membuka setiap akun media sosial yang anak miliki, dan bantu ia untuk mengatur pengaturan akun media sosialnya yang bersifat publik menjadi privasi.
Ini adalah salah satu pengaturan yang paling aman, karena ini membuat akun amal menjadi pribadi, mencegah orang menandainya, mengharuskan orang lain untuk meminta izin sebelum bertukar pesan, dan seterusnya.
3. Jaga identitas diri dan lokasi agar tetap rahasia
Mama perlu selalu mengingatkan anak agar tidak boleh membagikan alamat, nomor ponsel, atau alamat emailnya secara online.
Anak juga harus berhati-hati dalam membagikan terlalu banyak informasi tentang ke mana ia pergi, di mana sekolahnya, terutama jika ia memiliki akun yang dibuka secara publik dan memiliki banyak teman atau pengikut online yang tidak terlalu ia kenal.
Selain itu ingatkan anak bahwa ia mungkin menemukan 'penipu' di media sosial. Meski foto profilnya adalah seorang gadis remaja, bukan berarti orang di balik akun tersebut adalah seorang gadis remaja.
Bisa jadi itu adalah seseorang berpura-pura menjadi gadis muda untuk mengumpulkan informasi tentang remaja lain.
Editors' Pick
4. Kelola berbagi lokasi
Beberapa smartphone memungkinkan pengguna untuk berbagi lokasi dengan teman-teman. Artinya, jika anak berbagi lokasi dengan followers-nya, orang-orang ini akan selalu tahu di mana anak berada.
Maka dari itu penting untuk mendiskusikan dengan anak tentang dengan siapa ia boleh membagikan lokasi, atau apakah anak tidak dapat membagikannya sama sekali.
Demikian pula, beberapa foto yang diambil dengan smartphone mengandung lokasi yang menunjukkan di mana foto itu diambil. Orang-orang dapat menggunakan foto-foto tersebut untuk menentukan lokasi anak mama, meskipun ia mungkin tak pernah memberi tahu di mana foto itu diambil.
Anak perlu memerhatikan foto mana yang ia bagikan dan kapan. Misalnya, Mama dapat mengajarkan anak untuk menahan diri agar tidak memposting foto liburan sampai pulang dari liburan.
Dengan cara ini, mencegah anak memberi tahu orang-orang secara luas bahwa tidak ada seorang pun di rumah selama beberapa hari ke depan.
5. Ajari anak untuk berpikir sebelum memposting
Bantu remaja membiasakan diri meluangkan waktu sebelum memposting. Melakukan hal ini akan mencegah anak memposting hal-hal yang mungkin ia sesali di kemudian hari.
Pelaku cyberbullying dapat mengambil apa pun yang anak unggah, dan menggunakannya untuk berbuat buruk dalam beberapa cara, jadi penting untuk mendorong anak agar meluangkan waktu untuk berpikir sebelum memposting.
Selain mengunggah foto, penting juga untuk memikirkan apa komentar yang akan diunggah. Apakah itu menyakiti, merugikan, menyudutkan orang lain. Ini adalah praktik yang baik bagi remaja untuk menjaga hubungan yang sehat dengan media sosial.
Mama juga perlu mengajari remaja cara mempraktikkan etiket digital. Menggunakan media sosial dan alat online lainnya adalah hak istimewa, bukan hak penuh, dan dapat diambil jika ia tidak dapat menggunakannya secara bertanggung jawab.
6. Lakukan evaluasi media sosial secara berkala
Setiap bulan atau lebih, duduklah bersama anak remaja mama dan buka akun media sosialnya. Bersama-sama, tentukan postingan apa yang mungkin perlu dihapus dari akunnya.
Latihan ini sangat penting karena ketika anak sedang mempersiapkan diri untuk mendaftar kompetisi, organisasi, atau pelatihan tertentu.
Seringkali, tim perekrut akan melihat melalui akun media sosial pelamar untuk mengetahui kepribadian dan karakter mereka.
Maka dari itu bersama dengan anak remaja mama, pastikan postingan dan foto yang diunggah mengirimkan pesan yang positif dan dapat diterima secara sosial.
7. Penting untuk selalu log out atau keluar ketika menggunakan perangkat bersama
Penting untuk mengingatkan anak, ketika ia menggunakan komputer atau laptop umum di sekolah atau perpustakaan, ia harus mengeluarkan akun apa pun yang ia gunakan. Termasuk email, media sosial, akun sekolah, dan akun lain yang ia mereka buka. Menutup jendela atau tab saja tidak cukup.
Karena, jika setelah anak selesai menggunakannya, ada seseorang yang mungkin menggunakan komputer itu. Mereka mungkin masih bisa masuk ke akun anak. Dan begitu mereka memiliki akses, mereka dapat mengendalikan akun itu dengan mengubah kata sandi.
Begitu mereka memiliki kendali, mereka dapat menyamar sebagai anak mama secara online dengan membuat posting dan komentar palsu yang membuat anak terlihat buruk.
Ditambah, begitu anak kehilangan akses ke akunnya, ini akan sulit dan memakan waktu lama untuk mendapatkan kembali kendali.
8. Hindari merespon pelaku cyberbullying
Jika anak mengalami cyberbullying, ia harus menahan diri untuk tidak menanggapi sekuat mungkin. Ini berarti anak tidak boleh berdebat, mencoba menjelaskan, atau terlibat dalam cara apa pun dengan pelaku intimidasi dunia maya.
Pelaku cyberbullying menargetkan respons emosional korban, tetapi jika anak menolak untuk memberi respon apa pun, maka mereka hanya melakukan komunikasi sepihak.
Sementara itu, Mama harus mengambil tangkapan layar ketika anak mengalami pelecehan di media sosial dan menyimpannya sebagai bukti. Dokumentasi ini mungkin diperlukan saat melaporkan pelaku intimidasi dunia maya.
9. Laporkan dan blokir orang-orang yang melakukan tindakan cyberbullying
Pastikan anak tahu bahwa ia harus selalu melaporkan segala tindakan cyberbullying. Bukan hanya memberi tahu Mama apa yang terjadi, tetapi juga melaporkannya pada platform media sosial. Bahkan bila perlu menghubungi sekolah atau polisi untuk mengakhiri pelecehan tersebut.
Setelah semua laporan diajukan, ambil langkah-langkah yang tepat untuk memblokir orang atau akun yang bertanggung jawab atas cyberbullying tersebut. Melakukan hal ini dapat mencegah mereka menggunakan akun lain untuk terus menindas anak di dunia maya.
Remaja juga harus belajar menjadi pengamat yang baik. Jika ia menyaksikan tindakan cyberbullying, ia harus menahan diri untuk tidak berpartisipasi dan mencari cara untuk mendukung orang yang menjadi korban.
Anak juga harus berani melaporkan apa yang ia saksikan secara online kepada orang dewasa yang bertanggung jawab seperti orangtua atau guru, terutama jika anak tahu siapa yang melakukan cyberbullying.
Itulah tips mencegah cyberbullying pada anak remaja. Lebih sering daripada tidak, anak-anak ditindas di dunia maya oleh orang-orang yang mereka kenal dari sekolah atau komunitas.
Tidak ada kata terlambat atau terlalu dini untuk menerapkan strategi mencegah cyberbullying. Duduklah bersama dan susun strategi bagaimana anak dapat menggunakan media sosial dengan aman, dan melindungi diri sendiri dari pelaku cyberbullying.
Baca juga:
- 10 Cara Mencegah Remaja agar Tak Menjadi Pelaku Cyberbullying
- Kenali 7 Jenis Cyberbullying yang Dapat Mengancam Remaja
- Bisa Bunuh Diri! Begini Dampak Cyberbullying pada Anak