Kelelahan emosional atau emotional exhaustion adalah keadaan di mana remaja merasa lelah dan terkuras secara emosional, akibat stres dari kehidupan pribadi atau studinya, atau kombinasi keduanya. Kelelahan emosional adalah salah satu tanda burnout.
Seseorang yang mengalami kelelahan emosional sering merasa tidak memiliki kekuatan atau kendali atas apa yang terjadi dalam hidupnya, merasa "terjebak" dalam suatu situasi.
Kurang energi, kurang tidur, dan penurunan motivasi akibat kelelahan emosional, seiring waktu, berisiko pada stres yang kronis yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada kesehatan anak.
Kesehatan mental anak sangatlah penting, jadi jika Mama merasa anak lelah secara emosional, kenali beberapa gejalanya yang harus diwaspadai.
Berikut Popmama.com telah merangkum sembilan gejalanya di bawah ini:
1. Kehilangan motivasi
Freepik
Saat anak mengalami kelelahan secara emosional, Mama dapat melihat anak yang kesulitan untuk menemukan motivasi yang dibutuhkan. Tujuan yang pernah mendorongnya untuk bekerja keras, menjadi tidak cukup.
Ini sangat sulit untuk dihadapi, terlebih bagi para pelajar, karena ada batas waktu yang pasti untuk berbagai tugas atau pekerjaan rumah. Saat anak tidak termotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut, ia tidak akan menyelesaikannya tepat waktu.
Mama mungkin juga akan melihat tugas-tugas anak yang menumpuk, dan membuatnya lebih menunda-nunda.
Sebuah penelitian di tahun 2010 dalam jurnal Work & Stress, mengatakan pada tingkat fisik, stres dan kurangnya motivasi dapat menghambat tingkat energi anak, hingga mengalami kelelahan, kelesuan, dan bahkan kurang nafsu makan.
2. Menjadi lebih sensitif dan mudah tersinggung
Freepik/our-team
Apakah Mama melihat anak lebih mudah terpengaruh oleh hal-hal kecil akhir-akhir ini? Jika iya, ini bisa disebabkan oleh kelelahan secara emosional. Remaja menemukan hal-hal negatif di sekitarnya dan setiap menit menjadi sesuatu negatif mengganggunya.
Tak hanya mudah tersinggung, anak juga lebih mudah kehilangan kesabaran. Seiring berjalannya waktu, ia merasa putus asa. Ketidakmampuan dan kurangnya kekuatan, membuatnya merasa semakin jengkel.
Sayangnya, ini bisa membuat anak melampiaskan rasa frustrasinya pada orang-orang terdekat yang mungkin tidak seharusnya mendapatkannya.
3. Mengembangkan pola tidur yang berantakan
Freepik/Ulkas
Dilansir dari Medium, banyak individu yang terkuras secara emosional memiliki kebiasaan tidur yang tidak sehat. Dari terlalu banyak tidur, hingga tidak tidur sama sekali. Tidur seringkali dapat mengatasi stres, namun bagi seseorang yang kelelahan secara emosional, merasa tidur tak membantu.
Insomnia telah dikaitkan dengan sejumlah besar gangguan emosional dan mental, salah satunya adalah kelelahan emosional. Jika Mama melihat anak yang bedagang di malam hari atau tampak kurang tidur, ini bisa terjadi akibat ia kesulitan untuk menjaga pikiran tetap tenang.
Remaja mungkin kesulitan untuk melupakan percakapan atau kesalahan masa lalu, memikirkan tugas yang belum selesai dan daftar tugas yang harus dilakukan, atau stres tentang fakta bahwa ia tidak dapat melakukannya.
Sebuah penelitian dalam jurnal Psychological Review mengatakan, kurang tidur membuat 10x lebih sulit bagi tubuh dan pikiran untuk pulih dari semua ketegangan fisik dan emosional. Tanpa tidur, anak kehabisan energi, yang dibawa ke hari berikutnya, dengan kelelahan konstan sepanjang minggu.
Editors' Pick
4. Anak tampak seperti kehilangan kendali atas emosinya
Freepik/gpointstudio
Kelelahan emosional menempatkan seorang remaja dalam mode bertahan, yang berarti bahwa ia tidak menggunakan semua energi yang diperlukan untuk mengatur perasaannya. Ini dapat mengarah pada ledakan emosi, yang dapat memulai konflik yang tidak diinginkan.
Ketika emosi remaja tidak terkendali, membuatnya lebih sulit mengelola kemarahan. Kehilangan kendali atas emosi juga bisa membuat anak bertindak dengan cara yang merugikan, serta membuat keputusan yang cepat tanpa dipikirkan dengan matang, yang dapat memengaruhi orang lain di sekitar serta kesejahteraan mental dan fisiknya.
5. Sering mengeluh pusing dan mual
Freepik/Freepik
Apakah anak sering mengeluhkan merasa mual dan pusing akhir-akhir ini? Jika iya, itu adalah tanda bahwa anak perlu istirahat, dan itu harus menjadi prioritas utamanya.
Hal-hal ini terjadi karena stres yang sudah memengaruhi tubuh anak, sehingga tidak tahan lagi dan mengalami gangguan.
Setiap kali anak mengalami stres dan kecemasan, ini secara alami juga berdampak secara fisik. Ini terutama benar jika anak mama adalah tipe orang yang membawa stres ke masalah perut, atau jika anak secara tidak sadar mengepalkan otot untuk menahan apa pun yang menyakitinya.
6. Terlihat lelah sepanjang waktu
Freepik
Apakah Mama bertanya-tanya mengapa anak terlihat lelah setelah semalaman tidur? Atau apakah Mama melihat anak yang mudah lelah ketika mengerjakan tugas-tugas sederhana?
Yang perlu Mama sadari ketika anak mengalami kelelahan secara emosional adalah, bahwa kelelahan ini bukan karena fisiknya. Tak peduli berapa jam anak tidur, kelelahan tidak akan hilang, karena anak merasa tidak bisa melakukan apa-apa secara fisik.
Itu sebabnya anak yang terkuras secara emosional selalu memiliki tingkat energi yang rendah. Dan ini bukan hanya sesekali, karena tingkat kelelahannya seperti tidak pernah hilang.
Selain itu, kelelahan yang ekstrem dapat menurunkan produktivitas, kebahagiaan, dan kesejahteraan anak secara keseluruhan.
7. Kurangnya fokus sehingga menyebabkan kesalahan dan mudah lupa
Freepik
Bukan rahasia lagi bahwa ketika anak dibebani dengan tugas-tugas atau pekerjaan rumah, akan sulit baginya untuk melacak hal-hal kecil. Ini membuat fokusnya menjadi melemah dan ia mengambil lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas sederhana.
Di sini, Mama mungkin dapat melihat anak yang cenderung membuat kesalahan dan melupakan sesuatu. Brain fog atau kabut di dalam otak terjadi pada semua orang, terutama jika mencoba mencapai sesuatu terlalu banyak dalam sekaligus.
Namun, jika Mama melihat anak kehilangan fokusnya secara terus menerus, kemungkinan ia mengalami kelelahan secara emosional.
Otak yang lelah secara mental lebih sulit berkonsentrasi dan fokus pada satu hal pada satu waktu, karena pikirannya berpacu 24 jam sehari, memikirkan satu terlalu banyak hal.
8. Terus menerus mengalami kecemasan dan serangan panik
freepik/freepik
Sebagai akibat dari kelelahan yang berlebihan atau tekanan emosional yang ekstrem, ketegangan pasti akan menghampiri anak. Itulah sebabnya remaja yang kelelahan secara emosional mengalami serangan panik atau serangan kecemasan secara terus menerus.
Sebuah penelitian dalam jurnal Stress & Health di tahun 2017 menunjukkan bahwa, seseorang yang kelelahan secara emosional mudah khawatir pada sesuatu yang tidak perlu, khawatir pada keadaan sekecil apa pun, dan stres terus-menerus.
Hal ini terjadi karena ia mengalami kesulitan mengelola emosi dan mengendalikan ide-idenya. Akibatnya, pikiran cemas tersebut membuat anak sulit untuk menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri, dan ini cukup berbahaya bagi pengembangan diri dan kebahagiaan.
9. Terlihat seperti tanpa emosi atau mati rasa
Unsplash/Nicolò Canu
Remaja tidak merasa terikat dengan siapa pun atau apa pun lagi, karena tidak ada yang memengaruhinya. Dalam hal ini, anak juga tidak merasa baik atau buruk. Mama mungkin meluhat anak hanya seperti tubuh tanpa emosi atau mati rasa.
Apa pun yang ia hadapi telah menguras energinya, hingga ke titik di mana anak tidak dapat merasakan emosi yang biasanya ia rasakan saat menghadapi situasi atau subjek.
Dilansir dari IDSMED, Ini mungkin terlihat seperti depresi, namun alih-alih merasa terbebani oleh emosi, anak terbebani oleh ketiadaan emosi.
Jika akhir-akhir ini Mama melihat anak lebih mudah marah dari biasanya, terus-menerus lelah dan cemas, emosi yang di luar kendali, atau kehilangan motivasi untuk melakukan apa pun, kemungkinan besar anak terkuras secara emosional.
Untuk mengatasi kelelahan emosional, penting untuk mempersempit akar penyebab dan mengevaluasi kembali bagaimana anak menghabiskan waktunya dan mengatur apa yang diprioritaskan.
Itulah tanda-tanda anak remaja mengalami kelelahan secara emosional. Dengan melakukan hal-hal di atas, remaja bisa lebih fokus pada sesuatu membuatnya lebih nyaman dan lebih ringan.