17% Remaja di Indonesia Kekurangan Asupan Gizi, Kenali Masalahnya
Anak remaja memerlukan banyak nutrisi ya, Ma
6 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam usia pertumbuhan, remaja membutuhkan asupan protein dan nutrisi yang tinggi agar tercapai potensi pertumbuhan secara maksimal.
Melansir dari IDAI, asupan nutrisi dan gizi yang terpenuhi penting untuk mencegah terjadinya penyakit kronik yang berkaitan dengan nutrisi di masa dewasa kelak. Penyakit-penyakit ini antara lain adalah kardiovaskular, diabetes, kanker, dan osteoporosis.
Sayangnya hal ini belum terjaga dengan baik. Berdasarkan hasil SSGI 2021, prevalensi stunting menunjukkan penurunan dari 27,7% di tahun 2019 menjadi 24,4%.
Namun, prevalensi underweight mengalami peningkatan dari 16,3% menjadi 17%. Dari standar WHO, hanya Provinsi Bali yang mempunyai status gizi berkategori baik dengan prevalensi stunting di bawah 20% (10,9%) dan wasting di bawah 5% (3%).
Apa yang menyebabkan hal ini terjadi?
Kali ini, Popmama.com telah merangkum 4 masalah yang membuat17% remaja di Indonesia kekurangan asupan gizi, dikutip dari situs Kementerian Kesehatan (Kemenkes).
1. Kekurangan zat besi
Salah satu masalah yang dihadapi remaja Indonesia adalah kekurangan zat besi. Sekitar 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia, yang sebagian besar diakibatkan oleh kurangnya asupan zat besi.
Kemenkes mengatakan anemia pada remaja memiliki dampak yang buruk terhadap penurunan imunitas, konsentrasi, prestasi belajar, kebugaran remaja, dan produktivitas.
Untuk menghindari penyakit anemia, remaja perlu mengonsumsi makanan tinggi zat besi, asam folat, vitamin A, vitamin C dan zink, dan pemberian tablet tambah darah.
Maka dari itu, penting untuk memberikan si Anak makanan dengan kandungan-kandungan zat seperti itu ya, Ma.
Editors' Pick
2. Tidak sadar dengan tinggi badan
Dibandingkan dengan standar WHO, yaitu lebih pendek 12,5cm pada laki-laki dan lebih pendek 9,8cm pada perempuan, rata-rata tinggi anak di Indonesia ternyata lebih pendek yang artinya mengalami stunting. Namun, banyak di antara remaja yang masih asing dengan istilah stunting tersebut.
Stunting dapat menimbulkan dampak jangka pendek, yaitu:
- Penurunan fungsi kognitif
- Penurunan fungsi kekebalan tubuh
- Gangguan sistem metabolisme tubuh yang dapat menimbulkan risiko penyakit degeneratif (diabetes mellitus, jantung koroner, hipertensi, dan obesitas)
Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan stunting harus dijadikan salah satu prioritas nasional agar remaja tetap sehat dan tidak kurang gizi.