Bocah di AS Jadi Buta karena Hanya Ingin Konsumsi Makanan Cepat Saji
Kurangnya nutrisi akibat cuma mau konsumsi makanan cepat saji bikin anak 12 tahun ini alami kebutaan
12 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun di Massachusetts, Amerika Serikat, mengalami peristiwa yang menyedihkan. Diberitakan Daily Mail, bocah itu mengalami kebutaan karena pola makannya yang hanya ingin mengonsumsi makanan cepat saji.
Kabarnya, anak tersebut memiliki fobia ekstrem terhadap tekstur makanan tertentu. Hal tersebut yang membuatnya hanya mengonsumsi burger tawar, kentang goreng dengan saus, donat, dan jus kotak.
Tidak hanya memiliki fobia ekstrem, anak tersebut kabarnya juga menderita autisme.
Berita selengkapnya tentang bocah di AS jadi buta karena hanya ingin konsumsi makanan cepat saji sudah Popmama.com rangkumkan secara detail berikut ini.
1. Penglihatan anak itu mulai bermasalah pada awal tahun 2024
Anak laki-laki yang tidak diketahui namanya itu awalnya mengalami masalah pada penglihatannya di awal tahun 2024. Kabarnya, penglihatan anak itu semakin gelap saat waktu pagi dan sore hari serta membaik hanya saat siang hari.
Kondisi itu ternyata semakin parah. Dalam waktu enam minggu, anak itu tidak bisa lagi berjalan tanpa bersandar pada orangtuanya dan sering kali menabrak pintu dan dinding.
Hingga akhirnya pada suatu malam, dia terbangun sambil berteriak karena tidak bisa melihat.
Editors' Pick
2. Anak itu dirawat dan dokter menemukan bahwa pola makan menjadi penyebab dia kekurangan nutrisi
Anak praremaja itu lalu dilarikan dan dirawat di rumah sakit. Setelah pemeriksaan, dokter yang menanganinya menemukan bahwa pola makan menyebabkan anak itu kekurangan nutrisi penting yang seharusnya untuk menjaga kesehatan saraf optik.
Dua hari sebelum dirawat di rumah sakit, orangtua dari anak itu mengatakan kalau mata anak tersebut sempat bengkak dan berkerak.
Orangtua juga menggambarkan anak laki-lakinya itu sebagai pemakan yang pilih-pilih dan mencoba menghindari makanan baru atau yang mengandung vitamin karena tidak suka dengan teksturnya.
Dokter yang menangani anak itu dari Boston Children's Hospital mengatakan bahwa anak tersebut menderita gangguan Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID).
Bagi yang belum tahu, ini merupakan sejenis gangguan asupan di mana penderita akan menghindari atau membatasi makanannya. Gangguan ini dapat membuat anak menghindari berbagai jenis makanan karena kecemasan terhadap tekstur, rasa, atau bau yang tak diinginkan.
3. Penglihatan anak itu juga hilang karena kekurangan vitamin akibat terbatasnya asupan makanan yang dikonsumsi
Sayangnya, dokter tersebut menemukan bahwa anak itu menderita atrofi optik, yang menyebabkan sel-sel di saraf optik rusak dalam jangka panjang.
Tim dokter pun meyakini hilangnya penglihatan anak itu disebabkan oleh kurangnya vitamin A, vitamin C, vitamin D, tembaga, dan seng akibat terbatasnya asupan makanan yang dikonsumsi.
Sebagai informasi, kekurangan vitamin A merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya kebutaan pada anak di Amerika Serikat.
Nutrisi itu merupakan komponen utama dalam rhodopsin, protein peka cahaya yang membantu menghasilkan pigmen dalam retina yang membantu penglihatan di area kurang cahaya.
Tak sampai di situ, kurangnya nutrisi yang dialami anak tersebut ternyata juga menyebabkan kuku kakinya tumbuh bergelombang horizontal karena menjadi rapuh.
4. Setelah menjalani terapi perilaku, anak itu mulai menerima suplemen untuk memperbaiki nutrisinya
Selama menjalani perawatan di rumah sakit, anak itu mulai menerima suplemen vitamin A, C, D, dan K, serta kalsium, tiamin, tembaga, dan seng. Seiring berjalannya waktu, kadar gizi anak laki-laki itu juga perlahan kembali normal.
Setelah keluarganya memulai terapi perilaku, anak itu kabarnya juga mulai memakan selada dan keju pada hamburgernya. Orangtuanya juga bahkan berusaha menambahkan suplemen ke kotak jusnya, walau dia mulai menolaknya setelah beberapa minggu.
Akan tetapi, meski telah diberikan suplemen dan terapi makanan, para ahli yang menulis di jurnal medis The New England Journal of Medicine khawatir hilangnya penglihatan anak laki-laki itu bersifat permanen.
"Sayangnya, atrofi optik pasien parah. Tingkat kehilangan penglihatan yang parah ini tidak dapat dipulihkan. Jika penyakit ini ditemukan lebih awal, tentu memberikan vitamin dan nutrisi akan membuat penglihatan pasien ini lebih baik," kata dokter itu.
Jadi, itulah informasi tentang bocah di AS jadi buta karena hanya ingin konsumsi makanan cepat saji. Dari kasus ini, Mama dan Papa sebagai orangtua tentu jadi lebih sadar tentang asupan nutrisi yang tepat dan pentingnya vitamin A, D, C untuk anak.
Baca juga:
- Mata Siswi SMP di Palembang Buta Usai Minum 6 Obat dari Bidan
- Kenali dari Sekarang, Inilah Tes Buta Warna untuk Anak Remaja
- Belajar dari Perempuan China yang Menjadi Buta karena Gadget