Cerita Jayden Anak Berkebutuhan Khusus yang Jalani Terapi Bedong
Terapi bedong yang sempat dijalani Jayden dulu menuai komentar pedas dari warganet
19 November 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik untuk anak-anaknya, tak terkecuali bagi mereka yang memiliki anak berkebutuhan khusus seperti autisme.
Mama pasti tahu bahwa memiliki anak autisme bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, anak dengan autisme membutuhkan perhatian secara khusus dari orangtua. Perjuangan orangtua yang memiliki anak autisme tentu tidaklah mudah.
Belakangan ini, viral di media sosial cerita Jayden anak berkebutuhan khusus yang menjalani terapi bedong. Terapi ini dilakukan oleh orangtuanya dengan maksud baik, yaitu untuk mengontrol emosi Jayden.
Akan tetapi, terapi yang dijalani ini justru menuai kontroversi di kalangan warganet. Tidak sedikit warganet yang justru tidak setuju dengan terapi tersebut.
Berikut Popmama.com sudah merangkumkan secara lengkap tentang Jayden anak berkebutuhan khusus yang menjalani terapi bedong dalam artikel kali ini.
Mari Ma, simak kisahnya berikut ini!
1. Jayden sudah melakukan terapi ini saat umur 2 tahun
Kisah Jayden yang melakukan terapi bedong diunggah orangtuanya melalui postingan di Instagram dalam akun @tentangjayden.
Lewat postingan yang diunggah, Mama Jayden menjelaskan kalau terapi yang disebutnya terapi neurosenso itu sudah dilakukan selama 5,5 tahun dari umur Jayden masih sekitar 2 tahun.
Terapi tersebut dilakukan dengan cara tubuh Jayden dililit dengan kain selendang. Tak hanya bagian tubuh, area mata Jayden juga turut dililit dengan kain selendang.
"Jayden terapi neurosenso selama 5,5 tahun start dari umur sekitar 2-2,5 tahunan. Memang nggak bisa hitungan bulan ya kalau terapi, tapi hitungan tahun," tulis sang mama lewat caption yang ditulis di postingannya, Senin (28/10/2024) lalu.
2. Terapi ini dilakukan untuk mengontrol emosi anak
Lebih lanjut, Mama Jayden juga menjelaskan tujuan dari terapi ini. Dari penjelasannya, dapat disimpulkan kalau terapi ini dilakukan untuk mengontrol emosi anak.
"Tujuannya apa? Untuk mengajari anak bahwa diam itu enak nggak harus goyang atau bergerak terus dan untuk menenangkan sistem saraf, meningkatkan fokus dan konsentrasi," tulisnya.
Dalam video yang diunggah, Jayden tidak hanya dililitkan kain saja, tetapi juga turut dipijat oral. Kata Mama Jayden, itu dilakukan untuk merangsang dan mengembangkan otot-otot mulut untuk kelancaran makan dan berbicara.
"Terapi neurosenso dapat membantu mengendalikan emosi, meningkatkan konsentrasi, meningkatkan kemampuan motorik, meningkatkan kemampuan refleks, membangun pola gerakan tubuh yang bermakna secara fungsional. Kalau kurang jelas, bisa (mencari informasi) Google sendirilah," tulisnya.
Awal-awal terapi pun tidak mudah. Pasalnya, Jayden yang saat itu masih kecil, memiliki tenaga yang kuat untuk memberontak. Jayden bahkan sampai dipegang oleh 4 orang dewasa saat menjalani proses terapi.
Mama Jayden menjelaskan kalau Jayden sebenarnya memberontak bukan karena merasa kesakitan, tetapi hanya merasa tidak nyaman. Setelah menjalani terapi beberapa kali, Jayden akhirnya sudah terbiasa dan merasa nyaman.
Editors' Pick
3. Dalam terapi neuro, Jayden juga diajarkan gerakan-gerakan bayi seperti merangkak hingga berguling
Dalam video yang sama, Mama Jayden menjelaskan bahwa Jayden tidak hanya menjalani terapi bedong saja. Dalam rangkaian terapi neuro yang dijalani, Jayden juga diajarkan beberapa gerakan bayi, seperti merangkak hingga berguling.
"Tumbuh kembang Jayden ada yang terlewat. Waktu bayi, Jayden tidak merangkak. Tiba-tiba sudah bisa berdiri. Ternyata, fase merangkak itu penting ya untuk membantu koneksi saraf di otak. Di terapi neuro, diajarkan gerakan-gerakan bayi seperti merangkak, berguling, jongkok, berdiri untuk membantu perkembangan fungsi otaknya," tulis Mama Jayden dalam video.
Mengenai terapi bedong, Mama Jayden menjelaskan bahwa terapi tersebut dilakukan di rumah sakit dengan terapis profesional. Terapi tersebut pun dilakukan dalam hitungan menit saja.
"Yang belum paham, ini adalah terapi neurosenso yang dilakukan waktu Jayden masih kecil. Terapi ini dilakukan di rumah sakit di layanan tumbuh kembang oleh terapis profesional ya, bukan abal-abal. Terapi neurosenso selama kurang lebih 1 jam, tapi bagian bedong dan tutup mata itu cuma hitungan menit ya, bukan 1 jam atau berjam-jam," tulisnya.
4. Terapi yang dijalani oleh Jayden tidak menimbulkan trauma
Terapi yang dijalani oleh Jayden memang membutuhkan waktu yang lama. Meski demikian, terapi tersebut dikurangi secara bertahap seiring waktu berjalan.
Kisah yang dibagikan Mama Jayden pun menuai kontroversi di kalangan warganet, terutama bagi mereka yang belum paham benar tentang terapi bedong itu. Tidak sedikit yang mengkhawatirkan kondisi Jayden dan takut menimbulkan trauma.
"Bedong bikin trauma? Banyak yang mengatakan bikin trauma, padahal tidak. Ini Mama Jayden buatkan video bedong dan tutup matanya. Bisa dilihat sendiri, ya, Jayden tidak trauma. Malah menikmati," katanya.
Mengenai hal itu, Mama Jayden menjelaskan kalau terapi yang dijalani Jayden tidak menimbulkan trauma sama sekali. Menurutnya, trauma yang ditimbulkan dari terapi ini bisa jadi karena penanganannya yang kurang tepat.
5. Jayden kini sudah tidak lagi menjalani terapi bedong
Kini, Jayden sudah tumbuh menjadi seorang remaja berusia 14 tahun. Jayden sendiri sudah tidak lagi melakukan terapi semacam ini sejak lama, Ma. Mama Jayden mengatakan, Jayden tak perlu dibedong lagi karena kini sudah bisa mengontrol emosinya.
"Jayden sudah tidak melakukan terapi ini sejak 6 tahun lalu. Tidak perlu dibedong lagi karena sudah bisa tenang dan sudah bisa mengontrol emosi," tulis Mama Jayden.
Manfaat dari Terapi Bedong untuk Anak Penyandang Autisme
Kisah yang dibagikan oleh Mama Jayden sayangnya mendapatkan respons yang kurang baik dari warganet. Pasalnya, tidak sedikit warganet yang menilai bahwa terapi tersebut kurang tepat untuk dilakukan.
Akan tetapi, terapi bedong sebenarnya ada. Terapi tersebut bernama deep pressure therapy atau dalam bahasa Indonesia bernama terapi tekanan. Terapi ini memberikan tekanan pada tubuh menggunakan selimut, rompi, atau pakaian kompresi.
Terapi ini bahkan memiliki alatnya tersendiri yang diciptakan pertama kali oleh Temple Grandin. Dikutip dari situs Autism Parenting Magazine, sebuah studi percontohan menggunakan Grandin Hug Machine pun menemukan bahwa terapi tekanan ini memiliki efek menenangkan bagi orang dengan autisme, terutama bagi mereka yang memiliki tingkat kecemasan dan rangsangan yang tinggi.
Studi lain yang dilakukan Bestbier dan Williams berjudul The Immediate Effects of Deep Pressure on Young People with Autism and Severe Intellectual Difficulties: Demonstrating Individual Differences, juga menunjukkan kalau terapi tekanan dapat memberikan manfaat langsung bagi penyandang autisme. Studi itu menemukan ada berbagai macam respons dan merekomendasikan pemantauan cermat terhadap respons peserta terhadap tekanan.
Kesimpulannya, terapi tekanan dapat memberikan pengurangan ketegangan dan kecemasan yang signifikan. Walau memiliki manfaat, terapi tekanan pun tentu tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik setiap anak.
Jadi, itulah rangkuman cerita Jayden anak berkebutuhan khusus yang menjalani terapi bedong. Semoga cerita di atas dapat memberikan pandangan kepada Mama tentang terapi untuk anak penyandang autisme.
Baca juga:
- Kisah Viktor Bevanda, Anak Pengidap Autisme yang Jago Menggambar
- Kisah Paolo Bonavita, Anak Pengidap Autisme dan Epilepsi Alami Mujizat
- Cerita Keluarga Anak Autistik: Jangan Anggap Kami Semua Cacat