Mengenal Parentifikasi, Trauma Anak Dipaksa Mengambil Peran Orangtua
Anak tumbuh dewasa terlalu cepat dibanding anak seumurannya dan menggantikan peran orangtuanya
9 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah Mama melihat seorang anak yang terlihat lebih dewasa daripada teman sebayanya? Atau mungkin Mama sendiri adalah orangtua yang memperhatikan bahwa anak Mama terlalu sering mengambil tanggung jawab yang seharusnya tidak pantas bagi usia mereka?
Walau terlihat seperti hal yang luar biasa, anak yang tumbuh dewasa sebelum waktunya bisa disebabkan karena adanya trauma. Trauma ini dikenal sebagai parentification trauma atau parentifikasi anak, suatu keadaan di mana seorang anak secara tidak sadar atau dipaksa mengambil peran orangtua dalam keluarga mereka.
Parentifikasi anak dapat terjadi dalam berbagai situasi keluarga, terutama ketika ada ketidakseimbangan dalam peran dan tanggung jawab yang dipikul oleh orang dewasa di keluarga tersebut.
Dalam kondisi ini, anak diharapkan untuk menggantikan peran orangtua yang kurang mampu atau kurang hadir, baik secara fisik maupun emosional.
Agar Mama bisa lebih memahami trauma pada anak ini, berikut Popmama.comjelaskan mengenal parentifikasi, trauma anak dipaksa mengambil peran orangtua. Harap disimak ya, Ma.
1. Pengertian parentifikasi anak
Parentifikasi anak atau parentification trauma adalah bentuk trauma psikologis dan dianggap sebagai bentuk emotional abuse. Trauma ini merujuk pada situasi di mana anak-anak diharapkan atau terpaksa mengambil peran yang seharusnya dilakukan oleh orangtua. Mereka mungkin harus berperan sebagai pengasuh adik-adik mereka, mengurus tugas rumah tangga, atau bahkan menjadi penopang emosional bagi orang tua yang sedang mengalami kesulitan.
Ketika seorang anak mengalami parentifikasi, dampak negatif yang ditimbulkannya dapat bertahan lama hingga dewasa. Meskipun terlihat memiliki tanggung jawab yang besar, anak yang mengalami trauma parentifikasi sering mengalami gangguan dalam perkembangannya karena keterbatasan atau ketidaksesuaian dengan proses tumbuh kembang yang seharusnya terjadi pada usianya.
2. Jenis-jenis parentifikasi anak
Melansir dari verywellmind, parentifikasi anak dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan peran yang diambil oleh anak dalam keluarga mereka. Jenis parentifikasi tersebut meliputi:
1. Parentifikasi Emosional
Parentifikasi emosional (emotional parentification) adalah ketika anak memberikan dukungan emosional kepada orangtua dalam bentuk memberikan nasihat, menyimpan rahasia, menghibur saudara kandung saat bertengkar, dan meredakan konflik.
Dalam banyak hal, anak mengidentifikasi diri sebagai terapis pribadi orangtua mereka, mendengarkan pekerjaan, hubungan, dan masalah sehari-hari orang tua mereka, lalu meyakinkan dan menenangkan mereka.
2. Parentifikasi Instrumental
Parentifikasi instrumental (instrumental parentification) adalah ketika anak-anak ditugaskan dengan tanggung jawab orang dewasa, seperti memasak makan malam, mengatur keuangan, atau bertanggung jawab atas saudara kandung mereka.
Meskipun beberapa dari tugas-tugas ini mungkin sesuai dengan usia anak, perbedaan penting yang perlu diperhatikan adalah apakah anak dimanfaatkan dan tugas tersebut lebih banyak melayani orangtua daripada anak, atau apakah anak belajar keterampilan dan tanggung jawab yang berharga melalui tugas-tugas ini.
Editors' Pick
3. Tanda atau gejala anak mengalami parentifikasi
Adanya parentifikasi anak dapat ditandai dengan beberapa gejala yang mungkin terlihat pada perilaku dan emosi anak tersebut. Jika orangtua terlalu bergantung pada anak mereka untuk memenuhi kebutuhannya, anak mungkin menunjukkan tanda-tanda seperti:
- Keraguan diri
- Keinginan kuat untuk menyenangkan orang lain
- Kesulitan dengan pernyataan
- Rasa bersalah dan depresi
- Stres dan kecemasan
- Kesulitan di sekolah
- Kehilangan masa kanak-kanak
4. Penyebab parentifikasi anak
Parentifikasi anak disebabkan oleh berbagai faktor dalam keluarga. Melansir dari verywellmind, penyebab potensial dari parentifikasi anak meliputi:
- Ketidakdewasaan emosional - Jika orangtua tidak dewasa secara emosional dan berjuang untuk mengatur kebutuhan emosional, fisik, atau logistik mereka, mereka mungkin merasa lebih mudah untuk bergantung pada anak-anak mereka daripada menjadi mandiri. Namun, penting untuk dicatat bahwa menelantarkan anak dan gagal memenuhi kebutuhan mereka adalah bentuk kekerasan terhadap anak.
- Tanggung jawab yang berlebihan - Ketika orangtua begitu kewalahan dengan tantangan mereka sendiri, batas antara orangtua dan anak menjadi tidak jelas dan orangtua mulai melihat anak mereka sebagai teman, pengasuh, atau bahkan orangtua.
- Kurangnya dukungan - Orangtua yang tidak memiliki hubungan yang suportif atau sistem pendukung yang kuat mungkin akan meminta anak mereka untuk melakukan hal ini untuk mereka.
- Kondisi kesehatan - Orangtua yang memiliki kondisi medis, kondisi kesehatan mental, atau gangguan penggunaan narkoba mungkin merasa sulit untuk merawat diri mereka sendiri atau anak-anak mereka. Akibatnya, anak mungkin dipaksa untuk berperan sebagai pengasuh. Ini juga bisa terjadi jika saudara kandung anak memiliki kondisi kesehatan.
- Pelecehan masa kecil - Orangtua yang pernah dilecehkan saat masih kecil mungkin tidak memiliki kompetensi emosional untuk menenangkan diri dan mengatur emosi mereka.
- Keadaan sulit - Orangttua yang sedang berjuang dengan keadaan yang sulit, seperti perceraian, kematian pasangan, kesulitan keuangan, atau imigrasi ke negara baru dapat mengandalkan anak-anak mereka untuk mendapatkan dukungan.
5. Dampak parentifikasi pada anak
Parentifikasi anak dapat memiliki dampak jangka panjang yang signifikan pada perkembangan dan kesejahteraan anak. Beberapa dampak yang mungkin terjadi meliputi:
Kebutuhan yang tertekan
Dalam skenario parentifikasi, orangtua mempekerjakan anak-anak untuk mengelola masalah mereka sendiri atau mengambil tanggung jawab mereka. Anak-anak ini, yang sangat ingin menyenangkan orangtua mereka, cenderung mengambil tanggung jawab orang dewasa dan peran orangtua sebagai pengasuh untuk orang dewasa dan saudara kandung mereka.
Akibatnya, anak-anak belajar bahwa kebutuhan dan emosi mereka sendiri adalah ancaman bagi orangtua mereka karena mereka tidak nyaman atau menyebabkan konsekuensi atau hukuman. Mereka takut dicap sebagai anak yang egois atau tidak tahu berterima kasih dan tidak ingin orangtua mereka berpaling dari mereka.
Alih-alih memiliki orangtua yang dapat memberikan ruang untuk kebutuhan mereka, anak-anak ini belajar untuk menahan atau menekan mereka. Selanjutnya, mereka percaya bahwa mereka harus menekan kebutuhan mereka untuk mempertahankan hubungan.
Dinamika hubungan yang tidak sehat
Anak-anak ini tumbuh dengan masalah yang signifikan dalam hubungan, sering kali memilih pasangan yang egois karena mereka lebih nyaman dengan dinamika ini. Mereka berjuang untuk mengekspresikan kebutuhan mereka sendiri tanpa mengalami rasa takut ditinggalkan atau ditolak.
Masalah kesehatan mental
Menekan kebutuhan seseorang secara terus-menerus tidaklah sehat, dan akibatnya, anak-anak yang mengalami parentifikasi dapat mengalami kecemasan, depresi, gangguan penggunaan obat terlarang, dan masalah kesehatan mental lainnya.
Kecerdasan emosional
Penting juga untuk mencatat kekuatan yang berasal dari pengasuhan orangtua. Anak-anak yang telah mengalami parentifikasi sering kali sangat bertanggung jawab, terorganisir, berempati, dan terhubung dengan orang lain. Mereka memiliki tingkat kecerdasan emosional yang sangat tinggi. Anak-anak ini memiliki kekuatan untuk merasakan emosi orang lain dengan kuat, sering kali dengan mengorbankan kebutuhan dan emosi mereka sendiri.
6. Mencegah terjadinya parentifikasi pada anak
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah terjadinya parentifikasi anak di dalam keluarga. Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan:
- Bagikan peran yang jelas antara anggota keluarga. Komunikasikan dengan jelas apa yang diharapkan dari setiap anggota keluarga berdasarkan usia dan kapasitas mereka.
- Berikan anak kesempatan untuk menjadi anak. Jangan membebani mereka dengan tanggung jawab yang berlebihan atau meminta mereka untuk menggantikan peran orang dewasa.
- Buat lingkungan di mana anak merasa nyaman untuk berbicara tentang perasaan dan kebutuhan mereka. Dukung mereka untuk berbagi apa yang mereka rasakan tanpa takut dihakimi atau diabaikan.
- Dukung kesehatan mental dan emosional anak. Berikan dukungan emosional yang memadai, baik melalui percakapan yang terbuka, mendengarkan dengan penuh perhatian, atau mempertimbangkan bantuan profesional jika diperlukan.
- Jika ada kondisi yang menyebabkan orangtua tidak dapat memenuhi peran dan tanggung jawab mereka dengan baik, penting untuk mencari bantuan dari jaringan dukungan yang ada. Ini bisa termasuk keluarga yang lebih luas, teman dekat, atau sumber daya komunitas seperti lembaga sosial atau institusi pendidikan.
- Berikan contoh peran orangtua yang sehat dan bertanggung jawab. Tunjukkan kepada anak bagaimana mengelola tugas dan tanggung jawab dengan bijaksana dan memberikan dukungan yang sesuai dengan usia mereka.
Itulah penjelasan mengenai parentifikasi, trauma anak dipaksa mengambil peran orangtua. Parentifikasi anak merupakan kondisi yang serius yang dapat mempengaruhi perkembangan dan kesejahteraan anak. Mari ciptakan lingkungan keluarga yang seimbang dan berikan kesempatan kepada si Kecil untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya.
Baca juga:
- Tak Melulu Soal Usia, Ini 8 Ciri Anak Sudah Dewasa Secara Mental
- Studi Menyebutkan Bahwa Warganet Remaja Lebih Sopan dari Orang Dewasa
- Lebih Dewasa, 7 Peran Papa Dalam Membentuk Kepribadian Anak Laki-Laki