7 Cara Pendekatan untuk Ngobrol Topik Sensitif dengan Anak
Banyak orangtua bingung memulai obrolan tentang seks, kematian, atau hal sensitif lainnya ke anaknya
17 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagai orangtua, kita tentu memahami betul bahwa ada banyak sekali hal yang harus dikomunikasikan pada anak remaja mama supaya si Anak dapat menjalani kehidupan dengan cara-cara yang pintar dan bijak.
Mulai dari topik mengenai narkoba, seks dan hal-hal terkait semacamnya. Nah, semuanya itu sebaiknya dibicarakan dengan cara pendekatan untuk membicarkan topik yang sensitif pada anak di bawah ini sebagaimana dilansir dari laman commonsensemedia.
1. Peka terhadap waktu yang tepat
Memasuki usia remaja dengan rentang umur 7-12 tahun, anak mama cenderung mengalami berbagai perubahan gejolak fisik, emosi, dan pikiran.
Hal inilah yang menjadi landasan bahwa membicarakan topik yang sensitif yang dilakukan pada waktu yang tepat. Pemilihan waktu akan menentukan bagaimana si Anak menyimak serta merespon masalah sensitif dengan positif pula.
2. Gali hal-hal yang diketahuinya
Sekarang mungkin adalah waktu yang tepat untuk membicarakan topik yang sensitif tetapi Mama sebaiknya melakukan pengamatan terlebih dahulu di tahap awal berdiskusi.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara menggali hal-hal yang diketahui si Anak dengan menyodorkan berbagai pertanyaan seperti, “Apa kamu ketahui mengenai ini (topik)?” atau “Apa pendapat kamu mengenai ini (topik)?” Dengan mengetahui segala isi pikiran si Anak, Mama jadi tahu bagaimana untuk melanjutkan komunikasi terkait.
Editors' Pick
3. Mulailah dengan sikap yang hati-hati
Setelah mengetahui isi pikiran dan perasaan si Anak mengenai topik yang sensitif, Mama tentu tidak boleh diam saja. Sebaliknya, Mama harus mulai melakukan proses selanjutnya yang mengarahkan orientasi pikiran dan perasaan si Anak terhadap topik tersebut ke hal-hal yang positif.
Namun, Mama dianjurkan untuk melakukannya secara hati-hati dengan tidak menunjukkan sikap tegas bahwa pikiran dan perasaannya salah dalam konotasi negatif.
4. Berikan gambaran besar dan perspektif Mama
Dengan permulaan yang hati-hati di mana Mama tidak memberikan indikasi yang mengatakan bahwa si Anak salah di awal diskusi, Mama sebaiknya mulai mendominasi pembicaraan dengan memberikan setiap detil terkait gambaran besar yang harus diketahui si Anak.
Kemudian, bumbuilah dengan perspektif Mama terkait topik tersebut dengan cara-cara yang positif. Ada baiknya jika Mama melakukannya dengan memberi respon terhadap pendapat anak mama mengenai apa yang benar dan apa yang tidak benar untuk dipercayai dengan memberikan penjelasan logis.
5. Dorong rasa penasaran anak
Komunikasi yang Mama bangun dengan membicarakan topik sensitif yang memang harus diketahui si Anak tentu saja haruslah membuat ia tertarik untuk mempelajari kebenarannya.
Untuk itu, dalam mendiskusikannya, cobalah untuk mendorong rasa penasaran si Anak dengan cara mengajaknya membaca buku terkait guna menemukan kebenaran dari isu atau topik yang sensitif tersebut. Alhasil, ia jadi ingin menggali hal-hal yang tidak diketahuinya dimana Mama harus mengarahkan dan membimbingkannya ke arah positif.
6. Angkat perasaan anak mama
Membicarakan topik yang sensitif tentu saja tidak hanya ditujukan untuk si Anak mendapat pengetahuan atau kebenaran terkait informasi yang harus diketahuinya.
Sebaliknya, Mama tentu saja berharap adanya kesadaran terkait topik tersebut ke hal-hal positif yang menentukan gaya hidup yang benar dan bijak.
Untuk itulah, Mama harus membangun komunikasi dengan mendorong si Anak mencurahkan perasaannya. Sebagai contoh tanyakan, “Bagaimana perasaanmu mengenai hal ini?”
7. Tutup dengan kesimpulan yang positif
Terakhir, Mama tentu saja tidak boleh lupa untuk memastikan bahwa arah pembicaraan terkait topik yang sensitif mengacu pada hal-hal yang positif. Dalam hal ini, Mama tentu saja harus ingat untuk menutup diskusi dengan memberikan kesimpulan yang positif.
Hal ini bisa dilakukan dengan menarik sisi positif dari fenomena yang ada kemudian rumuskan ke hal-hal yang baik untuk dijalani si Anak dalam menghadapi keadaan yang sensitif tersebut.
Sekarang, Mama tidak perlu bingung lagi mengenai apa yang harus dilakukan untuk membicarkan topik yang sensitif. Semangat, Ma!
Baca juga:
- Penting, Ini Keterampilan yang Dibutuhkan Anak untuk Masa Depannya
- 5 Kebiasaan Positif yang Bikin Anak Mama Bisa Membuat Dunia Lebih Baik
- 7 Cara Mengatasi Anak yang Suka Berkata Kasar