Waspada! Ini 4 Bahaya untuk Anak di Dalam Makanan Cepat Saji
Bahaya apa aja sih yang ada di dalam makanan cepat saji? No.3, Mama harus tahu
3 Februari 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mudah, cepat, dan rasa yang enak adalah alasan untuk memilih makanan cepat saji alias fast food.
Seperti yang Mama tahu, makanan cepat saji mengandung bahan tambahan pangan atau zat aditif dan bahan pengawet yang dapat membahayakan tubuh.
Coba Mama bayangkan jika zat aditif dan bahan pengawet itu terakumulasi dalam tubuh si Anak. Hal yang niscaya adalah efek dari bahan-bahan tersebut akan dirasakan olehnya dalam jangka pendek dan panjang.
Alih-alih mendapatkan manfaat baik yang mendukung pertumbuhannya, makanan cepat saji malah jadi sumber penyakit.
Yuk, Mama pelajari bahaya makanan cepat saji bersama Popmama.com!
1. Berkontribusi pada obesitas
Makanan cepat saji memiliki kandungan lemak dan kalori tinggi.
Konsumsi tanpa kontrol akan berdampak negatif pada berat badan, sebab Si Anak akan mengkonsumsi kalori lebih besar dibandingkan kebutuhan kalorinya. Sisa kalori ini akan disimpan dalam tubuh dalam bentuk lemak.
Hamburger dengan patty daging berlapis, keju, bacon, dan mayones mengandung lemak lebih dari 65 miligram lemak yang dibutuhkan tubuh setiap hari.
Obesitas juga meningkatkan risiko diabetes tipe-2, serangan jantung, stroke, beberapa jenis kanker, gangguan tidur; sleep apnea, dan bahkan asma.
Kontrol asupan lemak dan menghitung kalori dapat membantu si Anak terhindar dari obesitas.
Lemak yang baik untuk tubuh adalah lemak tak jenuh; unsaturated yang berasal dari alpukat, minyak zaitun, kacang-kacangan, salmon, walnut, dan biji rami.
Editors' Pick
2. Peningkatan risiko diabetes tipe-2
Minuman soda yang umumnya disajikan bersama burger atau ayam goreng di restoran cepat saji mengandung gula hingga 10 sendok teh atau setara dengan 40 gram.
Selain dari minuman, gula diperolah dari makanan yang memiliki karbohidrat seperti roti dan nasi. Takaran saji gula tambahan tersebut jauh melebihi kebutuhan gula sehari-hari yang hanya sebesar 12 gram, atau 2 sendok makan. Kelebihan asupan gula akan meningkatkan kadar gula dalam darah.
Tingginya kadar gula dalam darah membuat organ pankreas untuk bekerja keras memproduksi insulin, hormon pengontrol kadar gula dalam darah. Gagal pankreas berarti insulin berhenti produksi dan penyakit diabetes muncul. Penyakit ini membutuhkan penanganan rutin.
Komplikasi diabetes memperbesar risiko gagal ginjal, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, kerusakan syaraf, hilang pendengaran, dan glucaoma. Penuhi asupan gula alami dari buah-buahan, kurangi minuman soda, perbanyak minum air, dan kurangi konsumsi gula akan terhindar dari penyakit diabetes.
3. Merangsang terjadinya atherosclerosis
Atherosclerosis adalah plak dalam arteri yang disebabkan oleh kolesterol dan sodium yang tinggi. Makanan cepat saji mengandung kolesterol dan garam yang tinggi. CDC Amerika melaporkan ada hubungan erat antara konsumsi sodium (baca: garam) dengan dampak negatif tekanan darah.
Kita banyak mengkonsumsi sodium dari makanan olahan, baik dari pabrik atau restoran.
Tubuh membutuhkan 1.500 miligram sodium dan 300 miligram kolesterol. Sarapan dengan roti, telur, dan sosis mengandung 1.200 miligram sodium dan 250 miligram kolesterol.
Atherosclerosis dapat Si Anak hindari dengan mengkonsumsi roti gandum, sayuran, dan buah segar.
4. Malnutrisi walau sering makan
Makanan cepat saji itu mudah, cepat, dan enak. Namun kandungan gizi di dalamnya tidak berimbang.
Si Anak membutuhkan asupan makanan berimbang dan bergizi guna mendukung masa pertumbuhannya. Makanan cepat saji tidak memiliki vitamin, garam mineral dan asam amino yang berimbang dan dibutuhkan tubuh dalam masa pertumbuhan. Sehingga potensi malnutrisi menjadi besar jika intensitas makan makanan cepat saji tinggi.
Si Anak yang mengalami malnutrisi akan cenderung cepat lelah, sulit konsentrasi, berat badan abnormal, kulit kering, daya tahan tubuh menurun, kemampuan menyimpan informasi menurun, sulit mengontrol emosi, mudah depresi, dan pertumbuhan tubuh lambat.
Ngeri sekali efeknya, Mama. Jangan sampai terjadi pada buah hati Mama dan Papa, ya!
Multivitamin tambahan yang diberikan untuk Si Anak, mungkin dapat membantu mengisi kekurangan itu. Namun, Mama harus ingat jika multivitamin itu diperoleh dalam produksi massal sehingga kandungan bahan aditif dan kimia tambahan juga tinggi.
Konsumsi makanan secara berimbang, makan buah dan sayur serta olahraga teratur dapat membuat Si Anak terhindar dari malnutrisi.
Yuk, awasi pola makan si Anak untuk masa depan yang cemerlang!
Baca juga: