Pro Kontra Soal Menggunakan Teknologi untuk Belajar
zaman sekarang, PR saja dikerjakan memakai aplikasi, lho!
10 Desember 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Zaman sekarang, anak-anak sudah sangat akrab dengan berbagai aplikasi untuk membantu mereka belajar. Banyak banget yang dipakai. Misalnya, Google Classroom, aplikasi ayobelajar, zenius, dan lain-lain.
Jika belajar saja mereka perlu teknologi, bahan pelajaran atau jawaban dari pertanyaan guru pun biasa mereka cari melalui bantuan gadget.
Mendidik anak menggunakan teknologi di zaman now adalah hal yang menantang. Kenapa? Saat ini adalah masa Third Waves of Internet: Internet of Things. Jadi menggunakan internet adalah kebutuhan dan membuat Wi-Fi masuk dalam piramida kebutuhan pokok manusia.
Bener enggak, Mama dan Papa?
Bill Gates dan Steve Jobs sangat mengawasi anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi dalam keseharian mereka. Mereka membuat aturan tentang penggunaan teknologi, bahkan sangat tegas pada implementasinya.
Mereka tidak memperbolehkan adanya penggunakan gawai pada waktu bersama keluarga, contohnya saat makan malam. Mereka menggunakan momen tersebut untuk mempererat hubungan keluarga dan bahkan berdiskusi tentang topik-topik tertentu dengan anak-anaknya.
Yuk, Mama dan Papa menggali cara-cara mendidik anak menggunakan teknologi dengan bijaksana!
Pro-Kontra anak menggunakan teknologi
Pertentangan anak menggunakan teknologi pasti ada. Pihak yang mendukung dan menolak saling berbagi fakta tentang efek penggunaan teknologi pada anak-anak.
Para pendukung penggunakan teknologi berpendapat bahwa teknologi dapat:
- Membuat anak akan memiliki keterampilan motorik lebih baik,
- meningkatkan kemampuan kognitif,
- membuat anak sibuk,
- menyenangkan untuk anak,
- teknologi ada dimana-mana.
Bagi mereka yang menolak memiliki pendapat yang tak kalah penting, yaitu:
- Membuat anak mager; sedentary,
- anak akan mencari kepuasan simulasi, dengan kata lain kecanduan,
- kurang bersosialisasi dengan anak-anak lain,
- mengalami ganguan perkembangan, seperti ADHD,
- tidak hemat karena teknologi baru mahal,
- kurang memiliki hubungan dengan dunia luar.
Itulah pendapat masing-masing kubu. Mama dan Papa berada dipihak mana, itu adalah keputusan kalian. Menurut Popmama.com bijaksana dalam menggunakan teknologi dan pengawasan orangtua adalah kuncinya.
Editors' Pick
Teknologi untuk belajar
Si Anak menggunakan teknologi untuk belajar, bukan hanya untuk hiburan, adalah kebutuhan. Kemampuan anak dalam mengguasai teknologi akan membantunya melatih keterampilan riset dan komunikasinya.
Guru-guru saat ini sudah mengintegrasikan pembelajarannya di kelas fisik dengan kelas virtual, misalnya penggunaan Google Classroom. Sebelum menerapkan kelas virtual, para guru akan membuat pedoman dan kesepakatan dengan para muridnya.
Motivasi diri, tanggung jawab, dan kemandirian Si Anak akan nampak dalam belajarnya. Tanggung jawab Mama dan Papa di rumah adalah melakukan pedampingan, dan selalu merujuk kembali pada pedoman dan kesepakatan yang telah dibuat di kelas fisik.
Konsistensi penerapan pedoman dan kesepakatan oleh Guru dan Mama akan mendorong Si Anak untuk berada dalam koridor untuk melakukan hal yang benar dan secara tidak langsung membentuk etos kerjanya.
Kejujuran akademik dan etika penelitian
Sumber informasi saat ini sangat banyak, baik informasi yang benar atau buatan, juga dengan mudah untuk diunduh.
Ini dapat membuat kebingungan dalam memilih informasi yang tepat dan terpercaya.
Yang perlu Si Anak ingat yaitu kegiatan menyalin dan menempel; copying and pasting, copy and paste, adalah salah satu bentuk plagiarisme. Terkadang sumber informasi yang diambil tidak ada penulisnya, disini “akal sehat” bekerja.
Plagiarisme adalah isu besar dalam dunia pendidikan tentang kejujuran akademik dan etika penelitian.
Guru di sekolah akan menuntun para murid untuk melakukan kutipan. Kutipan dari sumber yang terpercaya akan lebih mudah dibandingkan dengan sumber yang sebaliknya. Si Anak akan belajar membedakan informasi yang tepat dan terpercaya dengan informasi palsu; hoax.
Mama juga harus ingat dengan membuat kutipan, Si Anak belajar untuk menghargai kekayaan intelektual pemilik informasi sebagai etika dalam penelitian.
Etika dunia maya dan cyber bullying
Satu hal yang sering dilupakan oleh banyak orang adalah dunia maya dan nyata saling berhubungan. Semua yang kita lakukan di dunia maya akan berpengaruh dalam dunia nyata.
Etika dunia maya tidak berbeda dengan etika sehari-hari dalam kehidupan nyata; santun, saling menghargai, dan berimbang. Mama dan Papa bertanggung jawab dalam mengawasi Si Anak beretika di dunia maya.
Cyber bullying, tidak berbeda dengan bullying, pada umumnya. Kedua bentuk bullying tersebut berdampak buruk terhadap korban.
Satu hal yang niscaya tentang cyber bullying yaitu setiap aksi pelakunya di dunia maya akan tercatat. Catatan ini adalah akan selalu ada, artinya ini akan mempengaruhi masa depan si pelaku dalam mencari pekerjaan, atau bahkan dalam memperoleh visa untuk melancong ke negara lain.
Jadi Mama, teknologi adalah sesuatu yang dapat ditaklukan. Mama dan Papa dampingi Si Anak dalam belajar menggunakan teknologi agar mereka siap menghadapi gelombang ketiga dari internet.
Mama siap? Yuk lha!
Baca juga: