Gejala Dehidrasi pada Anak yang Harus Segera Ditangani

Kurang minum bisa bikin anak mama dalam bahaya. Bagaimana mengatasinya?

22 April 2020

Gejala Dehidrasi Anak Harus Segera Ditangani
Pixabay/ Inkflo

Manusia pasti kehilangan cairan tubuh setiap harinya, lewat keringat, air mata, urine, dan tinja. Cairan tubuh juga bisa keluar lewat napas. Coba buang napas lewat hidung pada sebuah kaca. Ada  titik-titik air di sana, bukan?

Tanpa terkecuali, anak-anak pun kehilangan cairan dan mineral tubuh. Jumlah yang keluar akan lebih banyak jika anak mengalami demam, diare, muntah, atau terlalu banyak beraktivitas.

Menurut data Kemenkes, sebanyak 49,5 persen usia anak dan praremaja di Indonesia mengalami dehidrasi ringan. Dalam skala, 1 di antara 2 anak usia 10-19 tahun di Indonesia mengalami kekurangan cairan. Yang menjadi masalah, kondisi ini tidak disadari oleh orangtua maupun anak itu sendiri.

Salah satu gejala dehidrasi ringan yang tidak banyak orang tahu adalah haus. “Merasa haus, sudah menandakan tubuh kehilangan setidaknya 1persen cairan,” ujar DR. Dr. Saptawati Bardosono, M.D., M.Sc., dari Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia.

Editors' Pick

1. Gejala dehidrasi

1. Gejala dehidrasi
upload.wikimedia.org

Gejala dehidrasi pada anak sebaiknya dikenali dan ditangani dengan cepat. Karena ternyata, dehidrasi memiliki dampak yang berbahaya bagi tubuh.

Dalam tahap ringan, dehidrasi dapat memengaruhi konsentrasi dan fokus anak.

Jika sudah tergolong kategori berat, dehidrasi bisa menyebabkan kerusakan organ dan otak. Jadi Mama harus selalu memperhatikan gejala berikut yang menandakan anak mama menderita dehidrasi.

  1. Mulut kering dan bibir pecah-pecah
  2. Lemas hingga kehilangan kesadaran
  3. Mata yang tampak cekung
  4. Jarang buang air kecil
  5. Kulit kering
  6. Sering mengeluh pusing
  7. Mudah emosi
  8. Warna urine yang gelap
  9. Peningkatan suhu tubuh

Sangat penting untuk mendeteksi gejala awal dehidrasi pada anak dan meresponsnya dengan cepat. Tujuan utama dari penanganan pertama dehidrasi adalah mengganti cairan yang hilang dengan cepat, hingga kembali normal.  

Mama bisa memberikan air putih, atau cairan yang sudah ditambahkan garam dan gula, untuk mengganti mineral tubuh yang hilang. 

Jika sudah diberikan cukup minum, tetapi kondisi anak belum membaik, segera bawa ke rumah sakit atau konsultasikan dengan dokter.

Jangan ditunda-tunda jika anak terasa dingin ketika disentuh, mengeluh pusing, mengalami disorientasi, dan tidak sadarkan diri. Langsung bawa ia ke rumah sakit ya, Ma!

2. Siapa saja yang bisa terkena risiko dehidrasi?

2. Siapa saja bisa terkena risiko dehidrasi
Pixabay/54118

Risiko dehidrasi tidak untuk mereka yang kedinginan atau ekstra kepanasan saja. Berikut ini Popmama.com sebutkan kelompok orang yang rentan mengalami dehidrasi, antara lain:

  • Bayi dan anak-anak
  • Orang lanjut usia
  • Pengidap penyakit kronis (jangka panjang)
  • Olahragawan atau atlet
  • Orang yang berolahraga di tempat yang panas dan lembap
  • Orang yang tinggal, bekerja dan berolahraga di dataran tinggi

Nah, bagi anak remaja yang memiliki kegiatan ekstra namun kurang cairan juga bisa berisiko mengalami dehidrasi.

3. Kebutuhan cairan anak

3. Kebutuhan cairan anak
static.pexel.com

Kebutuhan cairan anak, sama dengan orang dewasa, yaitu 1,9-2,2 liter air per hari. Namun angka ini bisa berubah sesuai cuaca, berat badan, hingga aktivitas anak.

Dehidrasi tentu saja dapat dicegah. Pencegahan dehidrasi perlu dilakukan dengan membiasakan minum air secara teratur setiap harinya.

Cairan apa pun, bisa dikonsumsi asal bebas bahan pengawet, zat kimia berbahaya, tidak beracun, atau tidak mengandung banyak gula.

Baca juga:

The Latest