Sakit tanpa Penyebab Medis, Apa Itu Gangguan Somatoform pada Remaja

Pada dasarnya, gangguan ini adalah kondisi medis yang dipicu oleh gangguan kesehatan mental

18 September 2024

Sakit tanpa Penyebab Medis, Apa Itu Gangguan Somatoform Remaja
Pexels/AndreaPiacquadio

Gangguan Somatoform pada remaja, juga dikenal sebagai Somatic Symptom Disorder (SSD), merupakan kondisi medis yang sering dijumpai di semua kalangan usia termasuk remaja.

Pada dasarnya, kondisi ini terjadi ketika penderita mengeluhkan berbagai gejala fisik, nyeri kepala, nyeri dada, dan kelelahan yang berpengaruh secara signifikan pada kehidupan sehari-hari mereka.

Meskipun keluhan-keluhan ini nyata dirasakan, hasil pemeriksaan medis menunjukkan hasil yang normal, sehingga memberikan tantangan dalam pemahaman dan penanganan kondisi ini.

Sebagaimana gangguan somatoform dapat memengaruhi kesejahteraan remaja, pemahaman mendalam terhadap gejala dan pengaruhnya menjadi kunci dalam menyikapi tantangan ini secara holistik.

Untuk itu, Popmama.com telah merangkum penjelasan selengkapnya mengenai gangguan somatoform pada remaja, termasuk gejala dan penanganannya. Simak, Ma!

1. Penyebab gangguan somatoform pada remaja

1. Penyebab gangguan somatoform remaja
Freepik/katemangostar

Penyebab gangguan somatoform pada remaja belum diketahui secara pasti, namun diduga terkait dengan kewaspadaan berlebihan terhadap sensasi fisik yang salah diinterpretasikan sebagai penyakit.

Faktor lain yang dapat meningkatkan risiko meliputi faktor genetik, kejadian traumatis, riwayat keluarga penyakit, stres, depresi, dan riwayat gangguan cemas.

Editors' Pick

2. Gejala gangguan somatoform pada remaja

2. Gejala gangguan somatoform remaja
Freepik/Jcomp

Dari segi gejala, gangguan somatisasi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, termasuk:

1. Hipokondriasis : ini merupakan varian SSD yang dicirikan oleh ketakutan dan kecemasan berlebihan terhadap keluhan fisik, di mana penderitanya khawatir bahwa gejala yang mereka rasakan adalah tanda dari suatu penyakit tertentu.

Sebagai contoh, ketika mengalami sakit perut ringan, remaja mungkin merasa sangat cemas bahwa mereka mungkin menderita kanker lambung.  

2. Gangguan Konversi : Gangguan konversi adalah kondisi di mana seseorang melaporkan gejala yang mempengaruhi sistem saraf, seperti kejang, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, mati rasa, atau bahkan lumpuh.

Namun, ketika dilakukan pemeriksaan fisik lebih lanjut, dokter tidak dapat menemukan penyebab medis dari kondisi tersebut.  

3. Gangguan Dismorfik Tubuh : Gangguan ini merupakan keadaan psikologis di mana seseorang merasa sangat khawatir terkait penampilan fisik mereka.

Contohnya, penderita gangguan ini mungkin merasa bahwa bentuk wajah mereka tidak normal dan berbeda dari orang lain.  

4. Gangguan Nyeri Psikogenik : Gangguan nyeri psikogenik adalah jenis SSD yang ditandai dengan keluhan rasa sakit atau nyeri yang berkelanjutan pada tubuh, meskipun tidak ada temuan penyebab medis yang dapat diidentifikasi selama pemeriksaan medis.

3. Diagnosis gangguan somatoform pada remaja

3. Diagnosis gangguan somatoform remaja
Freepik/Lifestylememory

Jika remaja sering merasakan sakit atau ketidaknyamanan fisik, mereka bisa pergi ke dokter untuk mencari tahu penyebabnya. Dokter akan bertanya lebih lanjut tentang keluhannya, melakukan pemeriksaan fisik, dan mungkin melakukan tes tambahan.

Bila hasilnya normal namun keluhan tetap ada, dokter barulah dapat mempertimbangkan bahwa itu mungkin disebabkan oleh gangguan somatoform.

Penentuan diagnosis gangguan somatoform dilakukan oleh dokter berdasarkan pedoman medis tertentu. Biasanya, ini dilakukan oleh dokter spesialis kesehatan mental, seperti seorang psikiater, yang ahli dalam menangani masalah kesehatan mental.

4. Penanganan gangguan somatoform pada remaja

4. Penanganan gangguan somatoform remaja
Pexels/JESHOOTS.com

Tindakan penanganan medis untuk penderita remaja, umumnya:

1. Konsumsi obat : Jika gangguan yang dialami penderita dipicu oleh gangguan cemas atau depresi, dokter dapat meresepkan obat antidepresan untuk mengontrol gejala.

2. Terapi perilaku kognitif (CBT) : Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) digunakan sebagai pendekatan medis untuk memperbaiki perilaku dan pola pikir pasien.

Melalui pengurangan fokus pada keluhan fisik, terapi ini bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien.

3. Hipnosis : Metode hipnosis, sebagai terapi psikologis, bertujuan membuat pasien menjadi lebih rileks dan fokus pada hal-hal positif untuk mengalihkan perhatiannya dari gejala fisik yang dialaminya.

Penting untuk dipahami bahwa gangguan somatoform pada remaja dapat membutuhkan perhatian khusus.

Konsultasikanlah dengan dokter jika dirasa anak Mama mengalami gejala diatas karena tenaga medis akan memberikan diagnosis dan penanganan yang tepat.

Dukungan emosional dan pemahaman dari Mama sangat berperan penting dalam membantu remaja melewati kondisi ini.

Baca juga:

The Latest