Alasan Remaja Tidak Nurut Perkataan Orangtua, Ini Penjelasan Ahli!
Perilaku rebell sebenarnya merupakan ciri dari sikap anak remaja
27 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seiring berjalannya waktu, tak terasa anak semakin besar saja. Misalnya, tubuhnya terlihat semakin tinggi hingga muncul jerawat di wajahnya. Bahkan, anak mama sudah lebih cocok dipanggil sebagai seorang remaja.
Mama bukan hanya menjadi saksi dari perubahan fisiknya, tapi juga psikisnya. Secara emosional, anak remaja mama terlihat sangat berbeda sekali. Salah satunya adalah ia menjadi kurang menurut dan bahkan menentang perkataan Mama.
Pastinya sebagai orangtua, Mama bingung kenapa ini bisa terjadi. Apalagi, si Remaja dulunya merupakan seorang penurut, tapi malah berubah menjadi seorang pembangkang. Mengapa bisa begini, ya? Apakah ada kaitannya dengan masalah hidup yang ia jalani?
Berikut penjelasan berdasarkan exclusive interview Popmama.com bersama Roslina Verauli, M.Psi., Psi., Psikolog Klinis Anak, Remaja dan Keluarga, RSPI - Pondok Indah. Yuk simak, Ma!
1. Pola-pola menentang adalah ciri keremajaannya
Roslina Verauli, atau biasa dipanggil dengan sapaan Mbak Vera, menyebutkan bahwa masa remaja itu sebenarnya merupakan sebuah periode transisi antara masa anak-anak menuju dewasa.
Memang dalam kurun waktu tersebut, remaja sangat rentan terkena stres, depresi ataupun mengalami masalah emosional. Meski demikian, sikap remaja yang suka menentang bukan merupakan wujud dari permasalahan yang ia hadapi.
Melainkan, pola-pola menentang tersebut harus dipahami sebagai sebuah ciri dari keremajaannya. Remaja mama butuh yang namanya pengembangan self-identity.
Ia pengin agar dirinya punya identitas sendiri yang tidak lagi ditentukan oleh orangtua.
“Itulah (aksi rebellious) ciri dari keremajaannya sebagai individu yang mulai beranjak dewasa dan akan membangun identity sendiri, nggak lagi ditentukan oleh ortu, nggak lagi sama dengan ortu,” jelas Vera.
Oleh sebab itu, Mama mungkin melihat si Remaja seolah-olah menentang ketika dinasihati atau diberitahu sesuatu. Padahal, ini merupakan sebuah tanda di mana ia ingin menjadi pribadi yang tak perlu terlalu diatur oleh orangtuanya lagi.
Editors' Pick
2. Otak anak sedang mengalami perkembangan
Perilaku tidak menurut remaja mama juga ada hubungannya dengan perkembangan otaknya, lho. Lebih tepatnya, bagian prefrontal cortex otak sedang berkembang di masa anak menuju pendewasaan.
Memangnya apa fungsi prefrontal cortex itu?
Jadi, bagian tersebut secara khusus berperan sebagai pusat berpikir dan penilaian. Area otak tersebut jugalah yang membantunya dalam memunculkan ide-ide cemerlang.
Bukan cuma ide saja sebenarnya, argumen dalam sebuah perdebatan juga lahir dari prefrontal cortex tersebut. Karena masih dalam tahap perkembangan, maka bagian tersebut perlu senantiasa diasah.
Nah, untuk melakukannya, remaja mama umumnya akan ‘berlatih’ dengan Mama sendiri. Itulah mengapa dirinya acap kali mendebat ucapan Mama.
Jadi harus diingat anak remaja tidak menurut atau suka melawan orangtua itu bukan karena stres atau hal lain, melainkan disebabkan oleh otak anak yang sedang berkembang ya, Ma.
Apa yang Harus Orangtua Lakukan?
Jika anak suka melawan orangtua di usia remaja, maka yang harus Mama lakukan terlebih dahulu adalah dengan menyadari bahwa memang anak sedang di masa tumbuh-kembangnya.
Mama harus sadar dulu kalau anak remaja sudah tidak seperti dulu lagi. Dirinya tidak ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi.
Kalau Mama sudah memaklumi sikap rebell tersebut sebagai ciri keremajaannya, langkah yang perlu dilakukan selanjutnya adalah dengan mengubah pola asuh dan komunikasi pada anak remaja di rumah.
Vera mengatakan kalau pola asuh yang mengharapkan anak selalu patuh kepada orangtua adalah sebuah kekeliruan. Apalagi, pola asuh ini sudah tidak cocok lagi diterapkan bagi remaja mama yang memang sudah mampu menunjukkan pola-pola menentang.
Maka dari itu, sebagai orangtua, Mama perlu menyesuaikan gaya parenting dari gaya pengasuhan yang digunakan ketika si Remaja masih berumur 5 tahun ke bawah menjadi yang cocok dengan umurnya saat ini.
“Harus move on ketika punya anak usia sekolah (6–12 tahun), harus punya gaya pengasuhan untuk anak umur 6–12 tahun,” ungkap Vera.
Supaya lebih jelas, lanjut baca lagi di bagian berikut untuk mengetahui gaya pengasuhan dan komunikasi yang cocok untuk remaja mama, yuk!
1. Menemukan gaya pengasuhan yang cocok
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian sebelumnya, penting bagi Mama untuk menyesuaikan gaya pengasuhan dengan umur si Remaja. Sebab, perilakunya pada saat masih umur 5 tahun ke bawah dengan sekarang sangat jauh berbeda.
Ketika masih berusia 0–5 tahun, anak masih selalu ingin dekat dan ditimang-timang oleh Mama. Akan tetapi, tidak lagi sedemikian seiring bertambah usianya. Yang tadinya selalu minta digendong, remaja mama seolah-olah ingin mengatakan “put me down! (turunkan aku!)”.
Sebab, di usianya yang sekarang, remaja mama juga mulai butuh interaksi dan membangun pertemanan dengan remaja sebayanya. Alhasil, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk bermain dengan teman dan sekolah, sedangkan sisanya baru bersama Mama.
Bukan cuma membiarkannya bersosialisasi dengan teman-temannya, Vera juga menambahkan bahwa remaja butuh diberikan power atau otoritas.
Maksudnya, Mama perlu memberinya kendali terhadap diri sendiri dan juga mulai mendengar keinginannya.
“Jadi, kontrol dan disiplin itu gak melulu dari ortu. Anak juga butuh didengar, anak butuh penjelasan kenapa kita (orangtua) minta mereka (melakukan hal) A atau B, anak juga butuh dikasih kesempatan untuk bernegosiasi dengan orangtua.”
Nah, apabila remaja telah diberi kesempatan tersebut, dirinya seolah telah diberikan power/otority untuk dapat bersikap sesuai dengan aturan orangtua tanpa mencegah kepribadiannya untuk berkembang.
2. Menerapkan gaya komunikasi yang sesuai
Dalam mengasuh anak, komunikasi juga memiliki peranan penting. Berkaitan dengan hal ini, Vera menekankan agar orangtua mampu mengaplikasikan gaya komunikasi yang positif, bukan lagi yang negatif.
Memangnya bagaimana gaya komunikasi yang negatif?
Gaya komunikasi yang negatif adalah ketika Mama selalu mengkritik anak mama. Menyalahkan tanpa menjelaskan di mana letak kesalahan anak. Semua hal yang ia lakukan selalu Mama beri komentar buruk. Atau, Mama juga tak mengizinkannya untuk mengeluarkan pendapat.
Gaya yang seperti itu pastinya akan berdampak buruk bagi si Remaja. Maka dari itu, Mama harus segera menerapkan gaya komunikasi yang lebih positif, yakni memuji si Remaja sesuai dengan porsinya, mengajaknya bernegosiasi, memberikannya apresiasi, dan juga mendnegar isi hatinya. Alhasil, ini membuat remaja mama merasa dihargai.
Itulah alasan mengapa remaja tidak nurut dengan perkataan orangtua. Jadi, jika anak remaja mama mulai menentang ucapan Mama adalah ciri dari keremajaannya, ya.
Selain itu, Mama juga perlu ingat bahwa meskipun dirinya tidak ingin sepenuhnya dikekang, ia tetaplah seorang remaja. Mereka belum dewasa sehingga masih perlu untuk terus dibimbing oleh kedua orangtuanya.
Baca juga:
- 8 Dampak Buruk Helikopter Parenting bagi Anak, Jangan Diteruskan!
- Cara Igor Saykoji Mengawasi Aktivitas Anak di Internet, Simak yuk!
- Dampak Buruk Perilaku Pilih Kasih yang Dilakukan Orangtua pada Anak