Waspada Long Covid pada Anak Selama Sekolah Tatap Muka
Adakah cara untuk mencegah supaya anak tidak terkena long covid?
2 September 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tepat pada Senin (30/8/2021), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memberikan izin pengadaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) untuk jenjang sekolah PAUD hingga SMA/SMK. Berkaitan dengan ini, tentu pemerintah masih menghimbau agar pihak sekolah tetap mematuhi protokol kesehatan demi mencegah timbulnya klaster Covid-19 yang baru.
Meskipun senang akhirnya bisa belajar offline, tidak sedikit orangtua yang masih khawatir ketika anaknya harus beraktivitas di luar rumah di saat situasi yang tak menentu ini. Banyak orangtua yang takut anaknya malah tertular virus Corona.
Bukan hanya itu saja, orangtua yang anaknya sempat terinfeksi juga tak kalah cemas. Mereka takut apakah si Anak mengalami gejala long covid yang lantas akan membuatnya kelelahan dan tak bisa belajar dengan baik. Kira-kira, apakah ada cara mencegah anak supaya tidak mengalami long covid setelah sembuh?
Untuk menemukan jawabannya, berikut Popmama.com rangkum informasi tentang mewaspadai long covid pada anak selama pembelajaran tatap muka berdasarkan pernyataan Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp. A(K), selaku Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).
1. Apa saja gejala long covid pada anak?
Melansir salah satu postingan dr. Aman di Instagram, istilah long covid sendiri merujuk kepada gejala Covid-19 yang masih dirasakan hingga berbulan-bulan (bisa 6–8 bulan) meskipun telah dinyatakan sembuh. Sebelumnya, banyak orang yang yakin bahwa sindrom ini hanya diderita oleh orang dewasa. Namun faktanya, tidak.
Sebenarnya, gejala pasti dari long covid masih belum diketahui. Hal ini tentu dikarenakan wabah Covid-19 yang berlangsung sehingga memungkinkan adanya perubahan di masa yang akan datang.
Meskipun begitu, setelah mengumpulkan banyak data, sejumlah gejala long covid yang mungkin dialami oleh anak berupa:
- Merasa lelah;
- Batuk;
- Demam yang naik-turun;
- Nyeri kepala;
- Nyeri otot;
- Nyeri dada;
- Anosmia (kehilangan kemampuan mengecap/mencium bau)
- Gangguan pencernaan;
- Sulit fokus/konsentrasi, dan gejala lainnya.
Editors' Pick
2. Aman: "Sebelum long covid, ada MIS-C"
Dalam pernyataannya, dr. Aman menyebutkan bahwa sebelum kemunculan long covid pada anak, terlebih dahulu ada yang dinamakan MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome in Children). Sesuai dengan namanya, sindrom ini juga diderita oleh anak-anak.
Sebagai informasi, MIS-C adalah kelainan hiperinflamasi (radang) yang terjadi pada beberapa organ tubuh penderitanya. Dan mirip seperti long covid, anak yang mengalami MIS-C umumnya adalah yang juga pernah sakit Covid-19 sebelumnya.
Bisa terjadi selama 4–5 bulan bahkan pada anak OTG (Orang Tanpa Gejala), anak mama yang menderita sindrom ini akan menunjukkan sejumlah gejala, yakni:
- Demam selama lebih dari 3 hari;
- Ada 2 gejala penyerta, bisa berupa ruam, konjungtivitis, syok, gangguan pencernaan, dan lainnya;
- Peningkatan penanda inflamasi (LED, CRP, dan prokalsitonin) tanpa adanya penyebab inflamasi lain;
- Memang pernah terdeteksi positif Covid-19.
Hanya saja, dr. Aman mengatakan kalau MIS-C dapat menuntun kepada komplikasi pada jantung, layaknya penyakit Kawasaki. Tentu jika terlambat ditangani, anak yang menderitanya sangat mungkin meninggal dunia.