Sindrom Metabolik pada Anak: Gejala, Penyebab, Tanda, dan Pengobatan
Sindrom ini awalnya hanya ditemukan pada orang dewasa, namun sudah merembet ke anak dan remaja
6 Agustus 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah Mama mendengar istilah sindrom metabolik? Kalau belum, kondisi tersebut merujuk pada sekelompok gangguan kesehatan yang menyerang tubuh secara bersamaan. Yup, orang yang menderita sindrom metabolik umumnya punya gangguan kesehatan lebih dari satu.
Kondisi ini lazim ditemukan pada orang dewasa ataupun yang sudah lansia. Akan tetapi, penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus anak dan remaja yang mengalami sindrom metabolik.
Ini sangat mengkhawatirkan karena sindrom yang awalnya hanya diderita oleh orang dewasa tersebut bisa menjadi umum bagi anak dan remaja di masa depan. Apalagi, sindrom metabolik juga dapat menuntun kepada penyakit berbahaya, seperti diabetes, stroke, ataupun penyakit jantung.
Apakah sindrom ini bisa diobati? Untuk menemukan jawabannya, mari simak ulasan dari Popmama.com tentang gejala, penyebab, tanda, dan pengobatan sindrom metabolik pada anak. Kuy, dibaca sampai habis, Ma!
1. Apa itu sindrom metabolik?
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, sindrom metabolik merujuk kepada sekelompok penyakit yang terjadi secara bersamaan. Umumnya, jenis penyakit yang termasuk ke dalam sindrom ini adalah hipertensi (tekanan darah tinggi), kadar gula tinggi, dislipidemia (kadar lemak darah tinggi), ataupun obesitas.
Kondisi ini sebenarnya lebih umum ditemukan pada orang dewasa. Akan tetapi, kasus anak-anak maupun remaja yang mengidap sindrom metabolik menunjukkan sebuah peningkatan.
Mengutip dari Konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), penelitian yang dilakukan di Jakarta pada 50 remaja obesitas dalam rentang usia 10–19 tahun menunjukkan angka 34 persen prevalensi sindrom metabolik. Penelitian yang sama juga dilakukan di Manado pada anak remaja yang obesitas dan kelebihan berat badan berusia 10–14 tahun. Hasilnya, angka yang ditunjukkan sebesar 23 persen.
Dari situ, berarti sudah lumayan banyak anak-anak dan remaja yang menderita penyakit-penyakit orang dewasa. Sebagai akibatnya, mereka akan rentan mengalami sindrom metabolik. Dan jika angka tersebut tidak segera dikontrol, sangat mungkin Mama menemukan anak dan remaja yang sudah terkena penyakit kardiovaskular (gangguan jantung dan pembuluh darah) di masa depan.
Editors' Pick
2. Siapa saja yang dapat mengidap sindrom metabolik?
Orang yang memiliki berat badan normal pun sebenarnya juga bisa mengalami hipertensi, diabetes, maupun penyakit jantung. Hanya saja, sindrom metabolik umumnya identik dengan orang yang overweight (kelebihan berat badan) hingga obesitas.
Sejalan dengan itu, jika anak mama tidak memiliki berat bedan ideal, kemungkinan besar dirinya akan mengalami sindrom metabolik.
Kondisi tersebut tentu mengkhawatirkan. Hal ini karena anak mama yang obesitas akan mengalami yang namanya resistensi insulin. Ketika itu sudah terjadi, tubuh tidak mampu menggunakan hormon insulin secara efektik. Alhasil, darah tidak mampu masuk ke sel tubuh, tapi gula menumpuk di darah. Maka, terjadilah diabetes.
Tidak hanya itu saja, penderita sindrom metabolik juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit berbahaya lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke.
3. Gejala dan tanda sindrom metabolik pada anak
Banyak orang yang tidak menyadari kalau mereka sebenarnya telah mengidap sindrom metabolik. Hal ini karena kondisi tersebut biasanya tidak menunjukkan gejala, Ma. Atau, semisal ada gejala yang tampak, sering kali dianggap sebuah gejala biasa.
Umumnya, gejala-gejala sindrom metabolik pada anak ataupun orang dewasa meliputi:
- Sakit kepala;
- Badan terasa pegal;
- Sering merasa haus;
- Semakin sering buang air kecil;
- Perut bertambah buncit;
- Sesak napas.
Namun yang pasti, orang dewasa ataupun anak mama sudah menderita sindrom metabolik apabila diagnosis dokter menunjukkan:
- Indeks massa tubuh (BMI) dan lingkar pinggang yang tinggi (lebih dari 40 inci pada laki-laki dan 35 inci pada perempuan);
- Hasil tes darah yang menunjukkan trigliserida tinggi (lebih dari 149 mg/dL);
- Hasil tes darah yang menunjukkan kolesterol HDL rendah (kurang dari 40 mg/dL pada laki-laki dan 50 mg/dL pada perempuan);
- Hasil tes darah yang menunjukkan gula darah puasa tinggi (lebih dari 100 mg/dL);
- Tekanan darah sistolik yang lebih dari 130 mmHg dan diastolik lebih dari 85 mg/dL;
- Mengalami akantosis nigrikans, yakni penggelapan kulit di bagian lipatan seperti leher dan ketiak;
4. Faktor risiko penyebab sindrom metabolik pada anak
Kelebihan berat badan memanglah faktor utama pemicu sindrom metabolik. Namun selain itu, melansir Konsensus Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko sindrom metabolik pada anak, yakni:
- Riwayat orangtua dengan penyakit kardiovaskular ataupun diabetes melitus tipe-2 (DMT2);
- Riwayat ibu yang mengidap diabetes melitus selama kehamilan;
- Riwayat lahir kecil masa kehamilan (KMK) dengan catch-up growth dini;
- Pola makan yang tidak diperhatikan;
- Konsumsi karbohidrat yang tinggi;
- Gaya hidup yang kurang aktif secara fisik (sedentary lifestyle);
- Sering terpapar asap rokok;
- Faktor genetik dan lingkungan;
- Fator etnisitas (suku).
5. Cara pengobatan sindrom metabolik pada anak
Dari poin-poin sebelumnya, Mama bisa tahu kalau sindrom metabolik sangatlah mengkhawatirkan. Terlebih, karena kondisi kesehatan yang satu ini dapat menuntun kepada penyakit-penyakit yang berbahaya.
Salah satu cara yang paling efektif sebagai pengobatan sindrom metabolik adalah dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih positif.
Dalam hal ini, anak mama yang overweight wajib menurunkan berat badan. Hal ini supaya tekanan darah, kadar gula darah, dan lemak darah dapat kembali normal. Dan jika anak mama berat badannya ideal, maka harus selalu berusaha untuk mempertahankannya.
Di samping itu, menciptakan kebiasaan yang lebih sehat pada anak juga perlu dilakukan, seperti:
- Membatasi konsumsi makanan cepat saji dan minuman yang manis-manis;
- Memperbanyak makan buah dan sayur;
- Mengonsumsi biji-bijian;
- Mengurangi waktu bermain handphone atau menonton TV;
- Ajak anak untuk lebih aktif secara fisik dengan rutin berolahraga.
Semisal mengubah gaya hidup ternyata belum ampuh mengobati sindrom metabolik pada anak maupun orang dewasa, dokter bisa memberikan resep beberapa obat, contohnya:
- Obat diuretik, penghambat beta, atau obat ACE inhibitor untuk mengatasi tekanan darah tinggi;
- Obat golongan statin, seperti atorvastatin, untuk mengatasi kolesterol tinggi;
- Obat diabetes, seperti metformin.
Itulah informasi mengenai gejala, penyebab, tanda, dan pengobatan sindrom metabolik pada anak. Bantu anak untuk selalu menjaga kesehatannya karena sehat itu sangatlah mahal. Semoga informasinya bermanfaat ya, Ma!
Baca juga:
- Anak Sering Vertigo dan Sakit Telinga? Waspadai Penyakit Meniere
- Kenali 9 Jenis Sakit Mata yang Sering Dialami Anak-Anak
- Mudah Sakit, 5 Efek Buruk Begadang bagi Remaja dan Cara Mengatasinya