Sistem Tanam Paksa, Sistem Eksploitasi yang Merugikan Rakyat Indonesia

Inilah sistem yang memperbudak rakyat Indonesia, yuk ketahui!

29 Januari 2024

Sistem Tanam Paksa, Sistem Eksploitasi Merugikan Rakyat Indonesia
Kelaspintar.id

Tahukah kamu bahwa sebelum Indonesia merdeka, bangsa Eropa telah lebih dulu menduduki dan menjajah Indonesia, salah satunya Belanda. Masa penjajahan Belanda ditandai dengan adanya pemerintah kolonial yang memperluas kekuasaan bangsanya.

Pemerintah kolonial pun terus membuat kebijakan, tujuannya untuk mendapatkan keuntungan besar. Salah satu kebijakan pemerintah kolonial yang sangat merugikan rakyat Indonesia adalah sistem tanam paksa.

Berikut Popmama.com telah mengulas tentang sistem tanam paksa yang terjadi di Indonesia, yuk simak!

1. Apa itu sistem tanam paksa?

1. Apa itu sistem tanam paksa
sumbersejarah1.blogspot.com

Sistem tanam paksa adalah sistem yang mewajibkan rakyat Indonesia untuk menanam tanaman tertentu, seperti kopi, tebu, dan kakao, untuk kepentingan Belanda. Sistem tanam paksa ini sangat merugikan rakyat Indonesia karena mereka harus menyisihkan sebagian besar waktu dan tenaganya untuk menanam tanaman untuk Belanda. 

Para pejabat Belanda sering memaksa rakyat untuk menanam tanaman di luar perjanjian, dan hasil panennya pun sering dirampas secara sewenang-wenang.

2. Gubernur Hindia Belanda

2. Gubernur Hindia Belanda
sumbersejarah1.blogspot.com

Gubernur J. Van den Bosch dikirim dari Belanda untuk mengatasi krisis keuangan negara. Ia memutuskan menerapkan sistem tanam paksa dengan maksud meningkatkan pemasukan negara melalui ekspor.

Tujuan utama J. Van den Bosch dalam penerapan sistem tanam paksa adalah untuk mendapatkan keuntungan besar dari kegiatan ekspor. Sistem ini diberlakukan pada tahun 1830 dan berlangsung selama hampir 70 tahun, yaitu hingga tahun 1870.

Editors' Pick

3. Wilayah tanam paksa

3. Wilayah tanam paksa
Instagram.com/aulacervantesyakarta

Pada awalnya, penerapan tanam paksa terbatas pada wilayah Jawa, terutama dataran tinggi Parahyangan dan Pasundan. Wilayah ini menjadi fokus tanam paksa karena kondisinya sangat sesuai untuk menanam tanaman ekspor seperti teh, kopi, karet, dan kina.

Tanaman tebu secara luas ditanam di Karesidenan Cirebon, Pekalongan, Tegal, Semarang, Jepara, Surabaya, dan Pasuruan. Seiring berjalannya waktu, tanam paksa juga diperluas ke luar Jawa, termasuk untuk menanam kopi, lada, cengkeh, dan pala.

Kopi ditanam di Sumatera Barat, Minahasa, dan Minangkabau, lada ditanam di Lampung dan Palembang, cengkeh ditanam di Ambon sedangkan pala ditanam di Banda.

4. Aturan tanam paksa

4. Aturan tanam paksa
sumbersejarah1.blogspot.com

Berikut adalah aturan-aturan sistem tanam paksa:

  • Sebagian besar lahan yang diperuntukkan untuk tanaman ekspor melampaui batas yang seharusnya, bahkan mencapai lebih dari seperlima dari lahan garapan.
  • Rakyat lebih fokus pada budidaya tanaman ekspor, mengakibatkan keterlantaran pekerjaan di sawah dan ladang mereka sendiri.
  • Rakyat yang tidak memiliki tanah harus bekerja melebihi batas yang ditetapkan, bahkan lebih dari 1/5 waktu tahunan.
  • Proses penanaman paksa memakan waktu lebih dari tiga bulan karena memerlukan perawatan yang terus menerus.
  • Kelebihan hasil panen tidak menghasilkan pengembalian kepada rakyat, melainkan menjadi bagian dari jumlah pajak yang harus dibayarkan.
  • Tanggung jawab atas kegagalan panen diterima oleh rakyat.

5. Dampak sistem tanam paksa

5. Dampak sistem tanam paksa
sumbersejarah1.blogspot.com

Sejumlah konsekuensi dari tanam paksa yang dialami oleh penduduk Indonesia pada masa itu meliputi:

  • Rakyat mengalami penderitaan akibat beban kerja yang sangat berat.
  • Pertanian sawah dan ladang mengalami pengabaian karena adanya kewajiban kerja rodi.
  • Beban ekonomi rakyat semakin meningkat.
  • Angka kemiskinan mengalami peningkatan signifikan.
  • Munculnya kelaparan dan penyebaran wabah penyakit di kalangan masyarakat.
  • Kesadaran masyarakat terhadap tanaman ekspor bernilai tinggi semakin meningkat.

6. Penolakan tanam paksa

6. Penolakan tanam paksa
sumbersejarah1.blogspot.com

Douwes Dekker, atau yang dikenal dengan nama pena Multatuli, adalah salah satu tokoh Belanda yang paling vokal menentang sistem tanam paksa. Ia lahir di Amsterdam, Belanda, pada tanggal 2 Maret 1820.

Douwes Dekker bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Hindia Belanda pada tahun 1838. Ia ditempatkan di Lebak, Banten, dan menyaksikan langsung penderitaan rakyat akibat sistem tanam paksa.

Ia juga mengajukan tuntutan pada pemerintah kolonial Belanda untuk lebih memerhatikan kehidupan rakyat.

7. Penghapusan sistem tanam paksa

7. Penghapusan sistem tanam paksa
pinhome.id

Tuntutan Douwes Dekker dan kecaman dari berbagai pihak akhirnya mendorong pemerintah Belanda untuk menghapus tanam paksa secara bertahap. Tanam paksa resmi dihapuskan pada tahun 1870.

Dengan penghapusan sistem tanam paksa pada tahun 1870, Indonesia memasuki babak baru dalam perjalanan sejarahnya. Pahitnya pengalaman tanam paksa telah meninggalkan jejak yang dalam dalam sejarah bangsa, tetapi kesadaran akan pentingnya keadilan dan martabat manusia telah menjadi pijakan menuju perjuangan merebut kemerdekaan.

Baca juga:

The Latest