Anak Sering Emosi dan Mudah Marah, Tanda Anak Jadi Instant Gratifier?
Jika dibiarkan, anak bisa tumbuh menjadi pribadi tanpa rasa sabar
5 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah anak mama mengamuk saat makanannya tak kunjung datang? Atau, menjadi agresif ketika ia ingin membeli mainan namun tak segera Mama turuti?
Jika emosi yang ditunjukkan oleh anak sudah berlebihan, waspadai itu sebagai tanda instant gratifier.
Apabila terus berlanjut, sikap seperti ini akan membuat anak menjadi abai akan setiap rangkaian proses yang harus dijalani untuk mencapai sesuatu, lho, Ma!
Sebelum terlambat, yuk simak informasi Popmama.com berikut ini tentang tanda anak jadi instant gratifier beserta penyebab dan cara mencegahnya!
1. Definisi instant gratifier
Instant gratifier adalah istilah untuk pelaku yang menunjukkan sikap instant gratification.
Dilansir dari American Psychological Association, instant gratification adalah suatu kondisi terburu-buru yang menginginkan segala kebutuhannya atau keinginan seseorang cepat terpenuhi tanpa penundaan.
Anak yang menjadi instant gratifier memiliki dorongan berlebihan untuk segera mendapatkan kepuasan, tanpa mempertimbangkan efek jangka panjang atau proses yang lebih besar.
Editors' Pick
2. Tanda anak mulai menjadi instant gratifier
Mama bisa memerhatikan perilaku anak mama selama di rumah. Apakah mereka cenderung sabar atau tidak sabar jika harus disuruh menunggu? Apakah mereka cukup malas untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya lebih baik?
Jika Mama masih bingung, berikut contoh perilaku yang menunjukkan bahwa anak bisa jadi sudah bertranformasi menjadi seorang instant gratifier, perhatikan tanda perwujudannya sebagai berikut:
- Menunjukkan emosi secara tak terkendali dan menjadi agresif jika kemauannya tak dituruti.
- Berbicara dengan nada tinggi kepada Mama dan Papa.
- Terlalu banyak bermain daripada belajar padahal sedang memasuki masa ujian.
- Membeli sesuatu secara impulsif dan berlebihan dibanding menabung.
- Tidak suka berbagi, contohnya anak lebih suka menyimpan makanan untuk diri sendiri.
- Terlalu sering berleha-leha dibanding membantu Mama.
- Lebih suka bermain gadget padahal sedang menghabiskan waktu bersama keluarga.
- Selalu manja dan tidak menunjukkan peningkatan sikap yang lebih dewasa.
- Menunda-nunda tugas padahal ada waktu luang untuk mengerjakannya.
- Begadang untuk menonton TV dan kemudian bangun dengan kondisi yang tidak fit keesokan paginya.
Satu hal yang pasti sebagai kesamaan semua contoh perilaku di atas, anak bersifat instant gratifier hanya akan selalu memprioritaskan keinginannya sendiri dan tidak suka melalui proses yang melelahkan. Mereka tidak suka menyita waktunya untuk berhadapan dengan situasi yang melenceng dari keinginannya.
3. Penyebab perilaku instant gratifier
Dilansir dari psychologytoday.com, dalam studi mereka yang ke-8 tentang sikap orangtua yang memanjakan anak terlalu berlebihan, ditemukan bahwa hal ini membawa dampak buruk bagi anak.
Hasilnya, pemanjaan yang berlebihan akan membuat anak tidak mampu untuk menunda keinginan, sulit berterima kasih, menganggap kesenangan selalu dalam kacamata materialistis, dan tidak bahagia dalam tumbuh kembangnya menjadi dewasa. Sementara itu, studi ini juga menjelaskan bahwa orangtua yang tidak terlalu memanjakan anak-anaknya, membuat si anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih sabar menunda kepuasan, mudah bersyukur, tidak selalu memprioritaskan hal materialisits, dan cenderung lebih bahagia.
Anak yang manja akan terbiasa untuk mendapatkan kesenangannya secara instan dan selalu didukung. Maka dari itu, mereka akan geram dan menunjukkan emosi berlebihan ketika kepuasannya tertunda atau bahkan tak tercapai.
Faktor lainnya, mereka mungkin beberapa kali menerima ketidakpastian. Instant gratifier bisa jadi adalah manifestasi anak untuk menunjukkan sikap mereka yang takut mengambil risiko buruk jika terdapat penundaan.
4. Efek timbulnya sikap instant gratifier pada anak
Mari kita membahas bagaimana efek jika anak terus menerus menjadi instant gratifier dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka pendek, kemampuan anak untuk mengendalikan diri semakin melemah dikarenakan tekanan emosional yang dirasakannya setiap kali tidak mampu menahan keinginannya.
Kemudian jika diprediksi untuk waktu yang panjang, leinginan yang kuat dalam memperoleh kesenangan secara instan akan memancing anak untuk hidup secara tidak sehat. Anak kemungkinan akan lebih menyukai makanan instan atau berkualitas rendah yang memuaskan lidahnya saja, namun dapat menyebabkan penyakit yang tidak secara langsung mereka rasakan.
Selain itu, frekuensi impulsive buying pada anak juga meningkat yang efeknya merusak kemampuan anak untuk mengatur keuangan. Begitu pun, dorongan yang konstan untuk terus bermain sosial media sehingga menurunkan kualitas interaksi sosial anak terhadap lingkungan di sekitarnya.
Anak akan mudah terdistraksi dengan hal-hal kecil sehingga sulit baginya untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan yang hanya bisa diraih dalam proses panjang.
Ringkasnya, adiksi terhadap kepuasan instan akan menimbulkan masalah pada otak anak, dengan membuat fokus anak lebih cepat bergeser, mengalihkan perhatian dari proses untuk mengejar target, dan merusak banyak aspek seperti keuangan, kemampuan sosial, dan kesehatan.
5. Cara mencegah anak tumbuh sebagai instant gratifier
Faktor utama menghindari sikap instant gratifier adalah jangan membiasakan anak terlalu manja dan mendapatkan kesenangan secara cepat.
Selain memberikan mereka nasihat, bagaimana jika Mama juga membuat mereka terbiasa melatih kesabaran dan mengalami berbagai proses untuk memperoleh sesuatu?
Yuk, ketahui caranya berikut ini!
- Cobalah memasak bersama anak. Tidak hanya mengajarkan keterampilan yang sangat berguna untuk hidup, belajar memasak akan membuat anak menghargai setiap proses dalam mengolah makanan. Mulai dari mencuci bahan-bahan, memotong, memberikan bumbu, memasak, sampai menata meja. Proses menyiapkan makanan tersebut juga akan membuat anak terlatih untuk menahan rasa lapar sehingga ia bisa mengendalikan perilaku dan tidak agresif.
- Biasakan anak untuk mampu menerima penolakan. Di awal mungkin anak akan memberontak, namun inilah saat yang tepat untuk mengajarkan kepada anak terkait batasan. Suatu saat nanti anak akan mengerti bahwa penerapan batasan adalah tanda bahwa orangtua menunjukkan rasa peduli, dibanding jika permintaannya terus disetujui. Maka dari itu, bersikaplah tegas kepada anak supaya mereka tidak kebablasan.
- Ajarkan kepada anak mencurahkan keinginannya melalui wish list. Dengan cara ini, anak akan terlatih untuk belajar menyusun prioritas. Sembari menulis, mereka juga akan berpikir-pikir kembali apakah kemauan tersebut memang dibutuhkan atau sekadar keinginan semata. Nah, dari list inilah, Mama bisa mengajarkan pula kepada anak untuk menabung dalam rangka bisa membeli barang-barang yang mereka dambakan. Kegiatan menabung ini juga bisa mengembangkan kedisiplinan mereka sekaligus mengajarkan betapa sulitnya mengumpulkan uang, Ma!
Itulah informasi seputar tanda-tanda anak jadi instant gratifier beserta penyebab dan cara mencegahnya, Ma!
Jika Mama menemukan kesulitan dalam menghadapi kondisi instant gratifier pada anak, segeralah berkonsultasi dengan tenaga profesional seperti Psikolog.
Semoga informasi ini bisa bermanfaat dan membuat Mama lebih mampu mendeteksi dan mencegah gangguan pada kepribadian anak, ya, Ma!
Baca juga:
- Apa Itu Crab Mentality? Waspadai Tanda-tandanya pada Anak!
- Psikologi Warna: Apa Kepribadian Anak Berdasarkan Warna Favoritnya?
- Mama Perlu Tahu, 12 Tips untuk Membantu Memahami Psikologi Anak Remaja