Globalisasi membawa banyak perubahan bagi kehidupan dari berbagai aspek.
Teknologi yang setiap hari kita pakai merupakan bagian dari manfaat globalisasi.
Perkembangan segala sektor kehidupan kini dipengaruhi oleh globalisasi yang mempermudah proses modernisasi.
Dapat diartikan, globalisasi adalah fenomena terintegrasinya masyarakat dunia sehingga memunculkan ruang yang seolah-olah tanpa batas untuk saling bertukar pikiran, ide, dan menjalin interaksi global.
Banyak kemajuan yang dibawa oleh globalisasi, seperti gencarnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kemunculan perdagangan bebas antarnegara, kemudahan transportasi, hingga pola hidup yang semakin praktis dan modern.
Walaupun manfaat globalisasi sangat berlimpah, terdapat sisi lain dari globalisasi yang membawa dampak negatif khususnya bagi bidang sosial budaya. Dampak ini masuk secara perlahan dan mampu merubah tatanan hidup masyarakat apabila dibiarkan.
Berikut Popmama.com telah merangkum 15 dampak negatif globalisasi dalam bidang sosial budaya yang perlu diwaspadai bersama terutama kepada si Anak!
1. Munculnya sikap westernisasi
Unsplash/kajtek
Westernisasi adalah sikap atau tindakan masyarakat yang meniru kebudayaan kebarat-baratan. Kekhawatiran terbesar adalah apabila generasi penerus bangsa ini sudah menjadikan kebiasaan-kebiasaan buruk dalam dunia barat menjadi gaya hidupnya sehari-hari.
Kebiasaan buruk seperti pergi ke klub malam, pergaulan bebas, dan berfoya-foya sudah seharusnya dijauhi. Namun dengan adanya globalisasi, gaya hidup ini bisa dengan mudah dilakukan karena banyaknya akses untuk mencoba.
Jati diri bangsa yang khas akan budaya ketimuran akan hilang seraya dengan langgengnya sikap westernisasi di masyarakat.
2. Tingginya sikap individualisme
pexels/cottonbro
Individualisme dapat berdampak buruk karena menimbulkan pola pikir individu yang hanya memikirkan diri sendiri tanpa memerhatikan kepentingan orang lain.
Seseorang yang telah terpapar paham individualisme begitu parah biasanya akan tidak peduli dengan hal-hal di sekitarnya, termasuk orang lain.
Sulit bagi mereka untuk mengindahkan kepentingan bersama. Maka dari itu, individualisme adalah ancaman bagi kebiasaan gotong royong di Indonesia.
3. Lunturnya nilai-nilai bangsa
kemlu.go.id
Nilai-nilai luhur dalam kehidupan bangsa yang termuat pada pancasila semakin menghilang dan tidak dijalankan.
Seiring dengan berkurangnya interaksi sosial dan masuknya paham-paham lain, masyarakat akan mulai melupakan pancasila. Akhirnya, jiwa nasionalisme dan rasa cintanya pada tanah air pun luntur dan tergantikan.
4. Maraknya gaya hidup konsumtif
Pexels/Andrea Piacquadio
Konsumtif adalah perilaku yang senang berbelanja tanpa urgensi tertentu dan dilakukan tanpa pertimbangan yang matang.
Mudahnya akses untuk melihat banyak produk yang dijual pada internet mendukung masyarakat untuk memiliki pola hidup konsumtif.
Akhirnya, masyarakat pun belanja secara berlebihan. Seringkali, gaya hidup konsumtif juga didorong oleh keinginan untuk terus mengikuti tren yang selalu berubah-ubah.
Individu yang konsumtif akan menurunkan semangat produktivitas dan menjadi boros.
5. Menguatnya gaya hidup hedonisme
Pexels.com/TimDouglas
Menurut KBBI, hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa setiap kesenangan dan kenikmatan dalam bentuk materi merupakan tujuan utama dalam hidup seseorang.
Orang dengan gaya hidup hedonisme hanya akan berfokus pada kebahagiaan semata dibanding memenuhi kebutuhannya. Hedonisme memengaruhi seseorang untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak ia perlukan.
Dampak dari hedonisme adalah munculnya sikap yang tidak pernah puas dan selalu melihat orang lain berdasarkan harta kekayaan.
6. Berkembangnya sikap fear of missing out (FoMO)
Pexels/Tima Miroshnichenko
FoMO adalah fenomena sosial yang membuat seseorang merasa tertinggal dan kehilangan momen karena tidak mengikuti aktivitas tertentu.
Biasanya sikap ini akan lebih mudah terjadi pada kalangan anak dan remaja.
Salah satu faktor utama berkembangnya FoMO saat ini adalah maraknya penggunaan sosial media. Dengan kemudahan untuk melihat setiap aktivitas orang lain melalui gadget, membuat seseorang akan melakukan perbandingan sosial terhadap kehidupannya sendiri dan hidup orang lain.
Akhirnya demi mengikuti tren sosial, seseorang menjadi memaksakan diri untuk bisa fit in. Seperti misalnya, bergaya yang tidak sesuai dengan keadaan finansial yang ada.
FoMO yang semakin memburuk akan membuat seseorang lebih mudah mengalami depresi dan kecemasan sosial.
Editors' Pick
7. Peluang kejahatan menjadi semakin luas
Pixabay/B_A
Dengan terbukanya batas antarnegara melalui internet, penjahat menjadi lebih 'kreatif' dalam melakukan aksinya.
Tak hanya di dunia nyata, kini kejahatan juga dapat berlangsung di dunia maya.
Jenis kejahatan pun menjadi beragam, seperti pembobolan data, peretasan, bahkan transaksi narkotika.
Ancaman kejahatan tidak hanya berasal dari dalam negara, namun juga bisa berasal dari mancanegara. Ini terjadi karena internet bersifat transnasional.
Dampak buruknya adalah penegak hukum akan semakin sulit untuk mendeteksi pelaku kejahatan karena kemajuan teknologi yang semakin mudah untuk mengecoh proses penyelidikan.
8. Banyaknya kasus cyberbullying
Freepik/Burdun
Cyberbullying adalah tindakan perundungan yang dilakukan melalui internet.
Perundungan di dunia maya begitu membahayakan karena pola yang dilakukan biasanya bersifat terus menerus. Tujuannya adalah untuk menakuti, membuat marah atau kesal, dan mempermalukan targetnya di depan publik.
Seseorang yang terkena cyberbullying akan selalu merasa tidak aman, bahkan apabila ia hanya berdiam diri di rumah. Maka dari itu, kemungkinan terparah dari cyberbullying adalah korban dapat merasa frustasi dan mengakhiri hidupnya sendiri.
Sementara pelaku cyberbullying akan merasa lebih aman ketika melakukan perundungan di dunia maya karena lebih mudah untuk menyembunyikan identitasnya.
9. Angka diskriminasi semakin meninggi
unsplash/priscilladupreez
Diskriminasi adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau golongan tertentu dengan menyudutkan orang atau golongan lain yang berbeda.
Melalui internet, perbedaan akan lebih mudah untuk ditemui karena beragamnya manusia yang dapat dijumpai.
Namun, orang yang tidak memiliki rasa toleransi akan melihat hal tersebut dalam cara pandang negatif. Mereka akan menggunakan internet sebagai sarana untuk mengolok-olok orang yang mereka anggap berbeda.
Bentuk diskriminasi pun akhirnya berkembang. Perilaku tindak menyenangkan tersebut juga dapat dirasakan secara verbal baik melalui komentar, pesan, atau bahkan berbentuk ancaman keamanan.
10. Menurunnya moral masyarakat
Pexels/Daria Sannikova
Degradasi moral dapat menimbulkan masyarakat yang tidak bermoral dan melupakan akhlak atau budi pekerti sebagai manusia.
Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya pengawasan maupun pemahaman yang baik dalam menerima informasi melalui internet.
Tak jarang ini disebabkan karena seseorang ingin mendapatkan sorotan dan perhatian, sehingga seringkali ia tidak memedulikan moral dan hanya mengincar viral.
11. Ancaman penyalahgunaan internet
Freepik/iljaest
Di balik banyaknya edukasi yang bisa diakses melalui internet, terdapat juga banyak informasi negatif yang disajikan, seperti pornografi, berita fitnah, ujaran kebencian, permusuhan, ideologi radikal, dan sebagainya.
Hal ini dapat membahayakan pola pikir, khususnya apabila terjadi pada anak-anak.
Maka dari itu, penting bagi Mama untuk selalu mengawasi penggunaan internet untuk anak mama di rumah. Jangan sampai keluwesan mengakses internet malah menjadi boomerang yang akan membawa anak terjebak dalam penyalahgunaan dunia maya.
12. Berkurangnya interaksi secara langsung
Pexels/August de Richelieu
Internet dapat membuat yang jauh menjadi lebih dekat dan yang dekat menjadi lebih jauh.
Anak yang kecanduan internet akan membuatnya minim bersosialisasi.
Pastikan anak mama menggunakan internet dalam porsi yang wajar dan biasakan dirinya untuk bertemu dengan orang lain supaya ia tidak kaku dan kebingungan pada saat bergaul.
Orangtua pun juga harus menjadi contoh kepada anak untuk tidak selalu berkutat dengan gadget masing-masing dan utamakan berbicara langsung. Buatlah waktu khusus untuk berkumpul dan mengobrol bersama keluarga.
13. Memudarnya norma dan agama
http://truepapua.com
Munculnya globalisasi membuat norma-norma seperti norma kesusilaan dan norma kesopanan perlahan mulai ditinggalkan.
Masyarakat dibuat lengah dengan berbagai macam kemudahan dan hiruk pikuk duniawi, sehingga agama pun seringkali tidak dijadikan pedoman utama dalam menjalani kehidupan.
Nilai-nilai norma dan agama yang memudar dikhawatirkan akan membentuk masyarakat yang sulit teratur, tidak bermoral, dan kehilangan arah tujuan hidup yang sebenarnya.
14. Terkikisnya budaya lokal
Kemendibud.go.id
Indonesia memiliki budaya yang kaya. Ragamnya sangat bermacam-macam mulai dari bahasa daerah, adat istiadat, tarian daerah, lagu daerah, rumah adat, dan warisan budaya lainnya.
Namun, seiring derasnya globalisasi yang masuk ke tanah air, membuat masyarakat khususnya generasi muda tidak bertekad untuk melestarikannya.
Pandangan hidup yang menganggap budaya luar terlihat lebih baik akhirnya menggerus jiwa nasionalisme para pemuda dan pemudi Indonesia. Budaya lokal yang sejatinya adalah harta berharga bagi bangsa akhirnya terkikis dengan sendirinya karena tidak dijalankan.
15. Masyarakat menjadi lebih malas
www.socastsrm.com
anak malas
Dengan kemudahan untuk bisa mendapatkan apapun yang diinginkan, masyarakat akhirnya menjadi malas untuk mengupayakan sesuatu.
Produktivitas pun akhirnya menurun. Akhirnya, inovasi pun tidak berkembang.
Teknologi yang memanjakan manusia membuat masyarakat menjadi lebih sulit untuk bersungguh-sungguh dalam berusaha.
Itulah 15 dampak negatif globalisasi dalam bidang sosial budaya.
Semoga seluruh dampak negatif tersebut tidak terjadi pada keluarga kita, ya, Ma!
Tetap awasi penggunaan internet pada anak. Lindungi anak dengan pemahaman norma dan agama yang baik sehingga anak bisa menghindarkan dirinya sendiri dari segala kemungkinan buruk dampak negatif globalisasi.