Saat ini, maraknya pornografi dikalangan anak-anak dan remaja sudah masuk ke dalam tahap yang mencemaskan dan perlu pengawasan lebih dari seluruh orangtua. Ini seiring dengan semakin mudahnya anak dalam mengakses internet serta fasilitas gadget yang diterima dari orangtua mereka.
Akses mudah ke pornografi secara online akan menimbulkan potensi bahaya yang semakin meningkatkan kekhawatiran tentang kesehatan dan kesejahteraan anak-anak.
Anak-anak dan remaja yang menggunakan email atau menjelajahi Internet akan berisiko terkena pornografi yang tidak diinginkan.
Meskipun sudah ada sistem blokir dan filter yang dapat mencegah akses tersebut, namun tidak menutup kemungkinan paparan pornografi tetap dapat menghantui anak-anak.
Di tahun 2005, sebuah penelitian terhadap anak muda berusia 10-17 tahun menemukan 42% melaporkan maraknya pornografi online.
Eksposur berkelanjutan terhadap pornografi tentunya dapat memiliki efek negatif pada anak-anak dan remaja. Untuk itu, setiap orangtua harus mengetahui bagaimana pornografi dapat membahayakan anak-anak mereka.
Berikut Popmama.com telah merangkum dari berbagai sumber mengenai serba-serbi bahaya pornografi bagi anak-anak usia remaja. Semoga bisa membantu Mama di luar sana dalam memerangi maraknya pornografi dikalangan anak-anak.
1. Penggunaan media harus lebih diperhatikan
Freepik/drobotdean
Penelitian menunjukkan bahwa “media memiliki kapasitas yang luar biasa dalam mengajarkan sesuatu.” Penggunaan yang berlebihan, khususnya pada konten yang mengandung kekerasan, stereotip gender, dan eksplisit secara seksual akan memengaruhi pandangan dunia anak-anak, meningkatkan perilaku berisiko tinggi.
Sharon Cooper, seorang dokter anak forensik dan anggota fakultas di Fakultas Kedokteran Universitas Carolina Utara, menyatakan bahwa anak-anak menerima gambar seksual yang tidak sehat dari pornografi dewasa.
Dr. Cooper berpendapat bahwa anak-anak dan remaja lebih rentan terhadap paparan gambar porno daripada orang dewasa, hal ini karena neuron cermin di otak, yang meyakinkan orang bahwa mereka benar-benar mengalami apa yang mereka lihat.
Neuron cermin memainkan peran penting dalam cara anak-anak belajar. Anak-anak belajar sebagian besar melalui peniruan, dengan neuron cermin terlibat dalam proses mengamati apa yang dilakukan orang lain dan meniru perilaku tersebut.
Disaat pandemi seperti sekarang ini, anak tentu semakin lebih sering dalam mengakses internet. Untuk itu Mama perlu memperhatikan penggunaan media terhadap anak. Sebab usia anak-anak akan lebih mudah mengamati dan meniru perilaku yang ia lihat meskipun tanpa disengaja sekalipun.
2. Konten pornografi mempromosikan agresi terhadap kaum perempuan
Freepik
Pornografi bisa dibilang lebih seksis dan memusuhi perempuan daripada gambar-gambar seksual lainnya di media.
Agresi atau kekerasan terhadap perempuan yang ditemukan dalam banyak pornografi dewasa ini dapat mengajarkan anak laki-laki bahwa hal itu dapat diterima secara sosial, bahkan diinginkan untuk berperilaku agresif terhadap ataupun merendahkan kaum perempuan.
Padahal pada kenyataanya tidak seperti itu.
Pornografi juga menggambarkan hubungan seksual secara tidak akurat.
Pada tayangan pornografi tidak mencerminkan bagaimana orang secara nyata berperilaku dalam hubungan intim.
Dalam realita itu bukanlah hal yang umum terjadi, hanya sebagian pasangan yang mencoba hal tersebut.
Harapan yang tidak realistis dari hubungan intim yang dilihat oleh anak-anak dalam tayangan pornografi dapat menghambat kemampuan anak untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat di masa depannya.
Studi tentang konten seksual dan kekerasan di media menunjukkan bahwa kaum muda menerima, belajar dari, dan dapat meniru perilaku yang digambarkan di media sebagai normatif, menarik, dan tanpa risiko.
Inilah yang kemudian membentuk sikap dan perilaku negatif terhadap kaum perempuan.
Editors' Pick
3. Memengaruhi hubungan intim yang sehat di masa mendatang
Pixabay/Free-Photos
Membangun hubungan romantis dan seksual adalah tugas perkembangan sentral untuk remaja dan dewasa muda. Namun maraknya penyebaran pornografi dikalangan anak-anak tentu dapat membahayakan kemampuan mereka untuk membangun dan memelihara hubungan intim yang sehat.
Teori sosialisasi seksual menunjukkan, seringnya terpapar dengan tema-tema yang konsisten tentang gender dan perilaku seksual ternyata memengaruhi perasaan anak muda tentang apa yang diharapkan secara seksual untuk laki-laki dan perempuan.
Sebuah survei tahun 2006 tentang remaja sekolah menengah usia 14-18 menemukan penggunaan media secara teratur dikaitkan dengan dukungan stereotip seksual, bahwa remaja yang melaporkan menonton televisi untuk pertemanan lebih cenderung setuju bahwa seks berorientasi pada rekreasi.
Selain itu ada pemahaman bahwa laki-laki menjadikan perempuan sebagai objek seksual.
Penelitian menunjukkan, bahwa orang dewasa muda yang berulang kali terpapar pornografi mungkin memiliki tingkat kepercayaan yang lebih rendah pada saat berhubungan intim dan mungkin kehilangan harapan untuk menemukan eksklusivitas seksual dengan pasangannya kelak.
Jadi, bisa dikatakan sebuah hubungan bukan karena kasih sayang dan saling menghargai sehingga bisa jadi sebuah keluarga bahagia. Namun ada anggapan berpasangan dan melakukan hubungan seks diperlukan karena bisa menjadi hiburan atau rekreasi.
4. Bahaya kecanduan pornografi
Freepik/pressfoto
Kecanduan adalah risiko bagi anak-anak dan remaja yang terus-menerus mengakses pornografi online. Ini akan membuat kegiatan yang tadinya menyenangkan, pada akhirnya berkembang menjadi suatu keharusan.
Literatur medis telah mengakui bahwa konsumsi pornografi dapat menjadi masalah pada usia anak-anak. DSM-V yang baru-baru ini diperbarui mencakup diagnosis Hypersexual Disorder, yang mencakup penggunaan pornografi secara kompulsif.
Anak-anak dan remaja mampu mengembangkan perilaku seksual kompulsif, yang dapat menyebabkan kecanduan seksual. Waktu seorang anak yang dihabiskan secara online dapat mengindikasi suatu kelainan ketika hal itu mengakibatkan gangguan atau tekanan klinis yang signifikan.
Kegagalan dalam menahan keinginan untuk melihat gambar porno meskipun efek negatif yang ditimbulkan perilaku tersebut terhadap fungsi sosial atau rekreasi, merupakan suatu tanda gangguan yang ditimbulkan dari adanya kecanduan pornografi.
Literatur medis lainnya mendukung hal serupa bahwa seseorang dengan satu kecanduan cenderung memiliki lebih dari satu masalah kesehatan mental daripada orang dewasa, termasuk kegiatan seksual, penyalahgunaan obat, dan gangguan lainnya.
5. Gangguan mental dari paparan pornografi
Theimagineproject.org
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya mengenai gangguan mental anak, adanya kecanduan mengakses pornografi juga dapat mengganggu kepribadian anak, gangguan suasana hati dan kegelisahan.
Selain itu penyalahgunaan zat dan ketergantungan dikaitkan dengan kompulsif seksual.
Kurangnya kendali impuls (konsekuensi dari kecanduan) mungkin akan mengarahkan mereka yang kecanduan pornografi online lainnya untuk terlibat dengan materi yang tidak pantas atau menyimpang secara seksual.
Ini juga sering dikaitkan dengan kinerja akademis anak yang semakin buruk.
Paparan terhadap pornografi membahayakan anak-anak dan remaja dengan menormalkan kekerasan seksual, menciptakan harapan yang tidak realistis untuk pasangan dan hubungan intim, dan meningkatkan risiko kecanduan.
Untuk itu orangtua harus mengetahui bagaimana seharusnya bersikap dalam menghadapi anak-anak agar terhindari bahaya pornografi seperti yang sudah disebutkan pada poin-poin di atas.
5 Tips yang Harus Dilakukan Orangtua dalam Memerangi Pornografi Dikalangan Anak-Anak
parenting.firstcry.com
Meski usianya masih terlalu muda untuk mengakses pornografi, tetapi di era teknologi yang semakin canggih ini tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak akan terpapar hal-hal yang tidak diinginkan ini.
Oleh sebab itu, orangtua harus melakukan berbagai hal dalam memberikan pengertian tentang bahaya pornografi yang sudah disebutkan sebelumnya, dan memberikan pemahaman mengenai organ seksual mereka. Berikut hal-hal yang bisa Mama lakukan:
Memberikan pendidikan seks dengan menyertai hal-hal yang harus mereka hindari. Mulai dari organ vitalnya yang tidak boleh disentuh orang lain ataupun menyaksikan konten pornografi.
Menjelaskan berbagai bahaya dari adanya paparan pornografi yang dapat merusak dirinya. Beritahu secara jelas dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami anak.
Jalin komunikasi yang intens agar anak tidak merasa kesepian dan menghindarinya dari keinginan untuk mencoba berbagai kegiatan yang negatif.
Berdiskusi dan menghargai pendapat anak juga menjadi salah satu cara untuk membuat anak memahami bahaya konten yang belum seharusnya ia lihat. Hargai juga setiap pendapat yang ia berika dari hasil diskusi yang Mama dan anak lakukan.
Memberikan pengawasan dengan memabatasi penggunaan gadget agar tidak berlebihan. Dengan membatasi konten berbahaya pada gadget anak, Mama dapat mencegah pengaruh pornografi pada anak di era digital ini.
Itulah yang bisa Mama dan Papa perjuangkan untuk membesarkan anak yang terbebas dari bahaya kecanduan tayangan porno. Semua semata-mata demi kebaikan anak di masa mendatang.