Ajarkan Sejak Dini! 9 Cara Mengajarkan Anak tentang Kesetaraan Gender
Anak laki-laki menangis itu bukan masalah kok, Ma. Stop pemikiran seperti ini yuk!
5 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kesetaraan gender sampai saat ini masih menjadi pembahasaan yang tak kunjung usai bagi banyak orang, terutama dalam mengenalkannya pada anak-anak.
Gender sendiri berasal dari bahasa Inggris yang artinya jenis kelamin yang dilihat dari fisiknya. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa banyak masyarakat yang masih membentuk stigma laki-laki yang kuat mengandalkan otot, serta perempuan lemah dan lembut mengandalkan hati.
Ada pula stigma lainnya yang umum diketahui seperti, "blue is for boys and pink is for girls" atau hal-hal lainnya yang berhubungan dengan karakter kesukaan anak, buku, baju, film, dan lain sebagainya.
Padahal, pada dasarnya anak perempuan pun juga memiliki kesamaan dalam berbagai hal seperti halnya anak laki-laki. Kunci dalam menanamkan kesetaraan gender pada anak adalah, berhenti membedakan kegiatan atau hal lainnya.
Selain tidak membedakan kegiatan antara anak perempuan dan anak laki-laki, berikut ini Popmama.com telah merangkum 9 cara lmengajarkan anak tentang kesetaraan gender. Yuk, bantu anak untuk memahami hal ini.
1. Nobody's perfect
Pernah mendengar ucapan seperti "Nobody's perfect", Ma? Jika iya, ini juga bisa diajarkan pada anak sebagai cara mengenalkan kesetaraan gender.
Setiap anak tentunya akan mendapat segala yang mereka inginkan secara seimbang, tak ada yang membedakan jenis kelamin mereka. Sebab di dunia ini tak ada seorang pun yang sempurna, jadi antara anak perempuan dan anak laki-laki pun sama.
Jika anak laki-laki mama menangis, biarkan. Itu caranya meluapkan emosi. Anak laki-laki pun juga bisa menangis seperti halnya anak perempuan, Ma.
2. Anak laki-laki juga boleh memasak!
Tanpa disadari, kita hidup di tengah masyarakat yang menitikberatkan bahwa dapur hanyalah untuk perempuan. Padahal, anak laki-laki pun boleh memasak kok, Ma.
Bahkan saat ini ada banyak juru masak ternama yang merupakan laki-laki. Mereka berani membuktikan pada dunia bahwa tak hanya perempuan yang bisa memasak, laki-laki pun juga bisa melakukannya.
3. Ketahui mana sentuhan baik dan buruk
Penting juga mengajarkan anak sentuhan mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Tak hanya pada anak perempuan, anak laki-laki pun demikian.
Ketika seseorang meminta anak mama untuk tidak menyentuhnya, maka biarkan dan hargailah. Lalu pada saat yang sama, jika anak mama merasa terancam oleh seseorang, ajarkan mereka untuk berani tegas mengatakan, "Stop!"
Editors' Pick
4. Memulai dari diri sendiri
Lakukan semuanya dimulai dari diri mereka sendiri. Itulah penting mengajak anak menyelesaikan tugas-tugas kecil di dalam rumah. Sehingga saat anak beranjak remaja, ia dapat mengelola semuanya sendiri tanpa bantuan Mama dan Papa lagi.
Jadi, tak ada kata istilah anak perempuan terlalu dimanja, atau anak laki-laki pasti lebih bisa melakukan sendiri. Keduanya sama kok, Ma!
5. Jadi contoh baik
Orangtua adalah contoh yang mudah anak lihat, untuk itu kita perlu memberikan contoh baik bagi anak mengenai kesetaraan gender. Mulai dari saling menghormati satu sama lain.
Berikan juga contoh yang kuat bahwa Mama juga bisa kuat seperti Papa, jadi anak akan mama akan memahami bahwa tak hanya laki-laki saja yang bisa menyelamatkan diri karena kekuataannya, anak perempuan pun bisa melakukannya.
6. Berbicara tentang seks
Bicara tentang seks bukanlah hal mengerikan, justru penting diajarkan pada anak ketika sudah memasuki usia yang tepat. Umumnya, orangtua mulai mengajarkan hal ini pada anak yang sudah memasuki usia sekolah.
Ini dilakukan untuk memahami dan menghormati semua jenis kelamin baik perempuan maupun laki-laki. Dengan memberikan informasi seputar seks sesuai usianya, maka ini akan membantu anak membuat pilihan yang tepat dan tidak menjadi remaja yang kebingungan perihal gender atau seks.
7. Beda orang, beda pula pendapatnya
Ini satu hal penting yang perlu anak ketahui. Ajarkan pada mereka bahwa tak semua orang yang ada disekitarnya memiliki pemikiran yang sama.
Akan ada masanya ia bertemu dengan orang yang mengejek atau mengkritik, namun di sinilah pentingnya rasa percaya diri dan membela hak-hak mereka itu sendiri.
Selain membela diri sendiri atas pendapat orang lain, penting juga mengajari anak untuk saling menghormati sudut pandang dan pendapat orang lain. Kuncinya, toleransi adalah hal penting yang harus dihargai.
8. Tidak berhak atas apa pun
Ini umumnya terjadi ketika pembagian hak properti milik orangtua. Tak sedikit anak laki-laki beranggapan bahwa merekalah yang lebih berhak mendapatkannya dibanding anak perempuan.
Padahal, tidak sepenuhnya seperti itu, Ma. Dalam konteks apapun, ajarkan anak untuk kerja keras dan memahami bahwa setiap anak memiliki hak yang sama sejak lahir. Tak ada harta dan mahar yang bisa membuat kita menjadi jauh lebih baik.
9. Yakinkan anak tentang tempat mereka berada
Saat ini mungkin ada banyak pemberitaan yang melibatkan anak perempuan. Itulah yang membuat orangtua akan terus berjuang untuk melindungi mereka.
Namun, tak hanya anak perempuan saja yang perlu mendapat perlindungan. Anak laki-laki juga perlu diyakinkan akan tempat khusus mereka. Beri tahu pada anak-anak mama betapa berharganya mereka, baik anak perempuan atau juga anak laki-laki.
Itu dia cara yang bisa Mama ajarkan pada anak untuk memahami kesetaraan gender. Beri tahu anak bahwa semua manusia terlahir dengan hak yang sama, terlepas dari jenis kelamin atau orientasi seksual mereka.
Baik anak perempuan atau anak laki-laki, keduanya juga memiliki kekuatan dan kelemahannya sendiri. Cobalah saling mengharagi dan menghormati sesama, ini semua bisa dimulai dari dalam rumah terlebih dahulu, Ma.
Itulah cara mengajarkan anak kesetaraan gender yang terkait dengan kehidupan sehari-hari. Semoga setelah anak bisa memahami hal di atas, mereka akan bisa lebih menghargai satu sama lain.
Baca Juga:
- Mama Perlu Tahu, Cara Mendidik Anak untuk Mengenali Identitas Gender
- 5 Cara Membuat Anak Peduli Sesama
- 6 Tips Agar Santai Saat Menghadapi Anak yang Memasuki Masa Pube