Kementerian PPPA: Korban Anak Kanjuruhan 17 Tewas dan 7 Luka-luka
KPAI dan Kementerian PPPA berupaya menjangkau anak-anak yang menjadi korban tragedi Kanjuruhan
3 Oktober 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Korban tewas dalam tragedi Kanjuruhan dilaporkan telah mencapai 131 jiwa pada Minggu (2/10/22) sore. Meski mayoritas dari korban diketahui adalah orang dewasa, namun tak sedikit pula dari mereka masih berusia anak-anak hingga remaja.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Nahar menyebutkan bahwa sedikitnya ada 17 korban anak Kanjuruhan yang meninggal dan 7 anak mengalami luka-luka.
Tak hanya meninggalkan luka yang begitu mendalam bagi keluarga korban dan seluruh masyarakat Indonesia, tragedi Kanjuruhan dinilai Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) akan berdampak berat pada kejiwaan korban anak-anak.
Terutama, bagi anak-anak yang terpaksa berpisah atau kehilangan orangtua mereka untuk selamanya. Seperti yang dirasakan oleh salah seorang anak SD yang harus kehilangan orangtuanya akibat insiden di Stadion Kanjuruhan Malang pada laga Persebaya melawan Arema pada Sabtu (1/10/2022) kemarin.
Melansir dari berbagai sumber, berikut Popmama.com rangkumkan informasi selengkapnya.
Editors' Pick
1. Data korban anak Kanjuruhan
Berdasarkan laporan yang ada, data korban meninggal dari tragedi Kanjuruhan per hari Minggu (2/10/22) kemarin adalah sebanyak 131 jiwa. Berdasarkan laporan dari Kementerian PPPA, dari total tersebut ada 17 korban anak Kanjuruhan yang meninggal dunia.
Selain total 17 anak yang dinyatakan meninggal dalam tragedi Kanjuruhan, Kementerian PPPA juga menyebutkan terdapat 7 orang anak yang sedang menjalani perawatan, dan kemungkinan bisa bertambah sewaktu-waktu.
Dijelaskan juga oleh Nahar bahwa kebanyakan korban anak-anak ini berusia antara 12 tahun hingga 17 tahun. Pihaknya akan terus memastikan jumlah anak yang meninggal dan mengalami luka-luka untuk mendapatkan perawatan fisik dan psikis lebih lanjut.
2. Seorang anak SD yang kehilangan orangtuanya
Dari total ratusan korban yang meninggal dunia, salah seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar harus menelan pil pahit atas kepergian kedua orangtuanya yang tewas akibat insiden di Stadion Kanjuruhan Malang beberapa waktu lalu.
Kedua orangtua korban dinyatakan tewas dalam insiden tersebut, mereka adalah MY (40) dan RS (30). Sementara korban yang masih duduk di bangku SD itu berhasil selamat karena meminta bantuan kepada aparat yang bertugas.
Sutiaji selaku Wali Kota Malang dan Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jatim pun lantas mengunjungi rumah duka yang berada di Bareng, Kota Malang, Jawa Timur. Dijelaskan oleh Sutiaji, korban anak Kanjuruhan ini nantinya akan dirawat sang nenek.
Sebagai orang nomor satu di Kota Malang dan Jawa Timur, pihaknya akan membantu korban dalam segi pendidikan dengan memberikan beasiswa sekolah. Sementara, untuk saat ini sang anak akan mendapat pendampingan terlebih dahulu atas kepergian kedua orangtuanya dalam insiden tersebut.
3. Berdampak berat pada kejiwaan korban anak
Kepala Divisi Pengawasan dan Monitoring Evaluasi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jasra Putra menyebutkan bahwa tragedi ini bisa memberikan dampak berat pada kejiwaan korban anak-anak. Terlebih bagi mereka yang harus kehilangan orangtua untuk selamanya.
"Tentunya pasca-kejadian tersebut, akan membawa dampak kejiwaan yang berat bagi anak, apalagi bila disertai peristiwa terpisah dengan orang tua, kehilangan orang tua, atau kehilangan saudaranya," ujar Jasra dalam keterangan tertulis, Minggu (2/10/2022).
KPAI pun berharap semua pihak juga akan berfokus pada pelayanan korban, khususnya mereka yang masih hidup. Hal ini dilakukan untuk mengurangi hal yang lebih buruk yang akan dihadapi anak.
Selain itu, KPAI juga mendorong penyelenggaraan sepakbola agar menjadi ajang yang ramah anak. Sebab, tak sedikit orangtua yang memilih mengajak buah hati mereka dalam ajang pertandingan sepak bola yang berlangsung.
Sehingga penyelenggara harus bisa memberikan edukasi agar mitigasi pengurangan risiko bagi orangtua yang membawa anak di stadion bisa disediakan di kemudian hari. Hal ini karena anak-anak tentu tidak memiliki kesiapan ketika secara tiba-tiba harus menghadapi adanya kekerasan dan juga gas air mata.
Seperti diketahui bersama, pertandingan antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam lalu berakhir rusuh. Dilaporkan setidaknya 131 orang tewas dalam kerusuhan Kanjuruhan, di mana 17 di antaranya merupakan korban anak-anak.
Baca juga:
- Kronologi Lengkap Tragedi Kanjuruhan, Korban Tewas Mencapai 180 Orang
- 3 Perintah Jokowi soal Tragedi Berdarah Kanjuruhan, Liga 1 Dihentikan
- Manajemen Arema FC Buka Crisis Center untuk Tragedi Kanjuruhan